Dadakan ke Marseille

Rabu, 16 April kemarin, saya ke Marseille. Saya dadakan ke Konsulat untuk membuat paspor baru, menggantikan paspor saya yang sudah habis masa berlakunya sejak akhir Februari. Ya, kali ini saya terlambat. Lupa sama sekali. Sayangnya Maret sudah masuk Ramadan. Saya masal bepergian di saat sedang berpuasa.

Apalagi saya justru disadarkan saat diumumkan akan adanya Warung Konsuler di Cannes Sabtu tanggal 26 April. Kebetulan, kan!? Saya sudah mendaftar dan mengirimkan berkas untuk membuat paspor di acara itu. Sayangnya, saya tak bisa menunggu.

Heu... Sebenarnya bisa sih!

Ceritanya, dari 4 ENSA yang dikonfirmasi pendaftarannya oleh Butet di platform Parcoursup, Jumat lalu ENSA Rennes mengirimkan panggilan untuk wawancara. Butet langsung menentukan jadwal untuk 5 Mei. Dan Paksu mencari transportasi serta akomodasi di Rennes. Saya? Memantau dan memvalidasi saja! Hahaha.

Setelah mencoba berbagai kombinasi, ternyata pilihan terbaik jatuh pada pesawat. Langsung pesan saja sebelum harga berubah. Fluktuasi harga pesawat memang sangat dinamis. Apalagi jadwal wawancara Butet adalah hari Senin, sehingga kami harus berangkat di akhir pekan. Padahal tanggal 1-nya kan libur Nasional. Setelah semua beres, baru terpikir bahwa paspor saya sudah habis masa berlakunya!

Sebenarnya untuk penerbangan dalam negeri, bahkan di dalam Uni Eropa, menunjukkan identitas dalam kartu penduduk (resident card) saja sudah cukup. Namun sudah ada beberapa kejadian, ada saja petugas yang keukeuh mengecek paspor. Saya pernah mengalaminya. Suami juga pernah. Teman suami, yang orang Prancis pun pernah! Meski kalau kasus dia sih memang untuk penerbangan Uni Eropa.

Sebagai pemegang kartu penduduk, saya juga bisa saja menunjukkan paspor yang sudah habis masa berlakunya. Yang ini, saya belum pernah mengalaminya, tetapi suami pernah. Apalagi paspor saya belum lama expired. Fyi, pembuatan paspor di Prancis bisa memakan waktu sampai 2 bulan! Mungkin karena itu dimaklumi.

Masalahnya, dalam prosedur pembuatan paspor, kantor perwakilan akan menahan paspor yang lama untuk dicabut masa berlakunya. Jadi kalau saya tetap ingin membuat paspor baru saat Warung Konsuler, saya beresiko tak memegang paspor saat keberangkatan, karena masih dalam proses pembuatan dan pengiriman!

Karenanya, Senin pagi saya segera mengirim pesan, menanyakan kepada servis konsuler, apakah saya bisa tetap memegang paspor lama saya selama prosedur pembuatan paspor baru. Pesan saya tak langsung dibalas, dan saya sendiri juga sangat sibuk hari itu karena sedang banyak pekerjaan di MGN dan KLIP, yang ini ceritanya menyusul lain waktu saja. 

Selasa pagi, saya megirim pesan lagi dan langsung dibalas. Jawabannya tidak. Saya langsung melanjutkan ke pertanyaan kedua yang sudah saya siapkan: apakah saya bisa membuat janji temu dadakan Rabu atau Kamis—karena tentu saja Selasa sudah tak mungkin lagi? Alhamdulillah jawabannya bisa Rabu pagi! 

Kalau jawabannya tidak—dan saya bisa memaklumi karena Jumat besok Konsulat tutup untuk libur Hari Paskah, mengikuti libur nasional Indonesia—saya akan membatalkan janji temu membuat paspor baru saat Warung Konsuler di Cannes. Saya memilih mengundur pembuatan paspor saja dulu dan membawa paspor expired saat bepergian. 

Selasa itu saya lekas mencari tiket untuk ke Marseille. Perginya tidak sulit. Saya menemukan Blablabus dengan harga standar. Untuk pulangnya, ternyata tak ada Blablabus antara jam 11 hingga jam 4 dari Marseille ke Cannes! Paksu menyarankan naik kereta saja. 

Karena kereta regional ada banyak dan harganya membuat meringis sehingga saya berharap mungkin sebenarnya ada bus tapi tak ada tiket lagi sambil menunggu siapa tahu ada tiket terbebas agak sorean, saya tak langsung membeli tiket pulang. Saya amankan dulu tiket berangkat dan mengonfirmasi janji temu pembuatan paspor di Konsulat.

Agak lama baru terpikir mengecek Flixbus. Ada jam 15.10! Sudah masuk kategori harga agak mahal (10€ lebih mahal dari tiket pergi), tetapi masih lebih murah dari kereta. Saya baru membelinya saat setelah sekian kalinya mengecek dan harganya sudah naik 2€, mengabaikan durasi perjalanan yang lebih panjang 30 menit.

Saya tak menemukan informasi sebelum membeli tiketnya. Saya pikir, mungkin karena jadwalnya yang memperhitungkan kepadatan lalu lintas? Atau karena tujuannya yang ke Genova yang mengharuskan bus istirahat di tengah perjalanan?

Saat saya makan siang di Marseille, saya baru melihat di email konfirmasi tiket ada link untuk mengikuti perjalanan busnya. Saat iseng klik—biasanya saya klik link ini saat menunggu kedatangan bus atau sudah dalam perjalanan—ternyata ditunjukkan jalurnya: bus memutar dulu ke Aix en Provence! Pantas saja!

Yah begitulah. Saya berangkat 7.35 dari Cannes dalam hujan. Sepatu sudah basah sejak sampai di terminal bus keberangkatan. Dalam bus saya lepas sepatu, mengurangi kelembaban. Saya lupa membawa kaus kaki cadangan.

Bus sampai tepat waktu. Metro tidak penuh. Perjalanan kaki ke Konsulat juga lancar. Marseille yang ternyata juga sedang banyak hujan, saat itu sedang reda. Namun lebih dingin daripada saat saya meninggalkan Cannes. Proses pembuatan paspor berjalan cepat dan lancar. Sebentar saja saya di kantor Konsulat Marseille.

Saya serahkan formulir yang saya unduh dari website Konsulat dan sudah saya isi lengkap, ambil foto, rekam sidik jari, sudah! Sebagian besar berkas sudah saya kirimkan sebelumnya kan!? Lalu pembayaran dilakukan melalui transfer. Belum jam 11 saya sudah keluar. Itupun sempat ngobrol dulu dengan petugas kekonsulerannya!

Kalau saya mengambil bus jam 3, itu sengaja karena kalau ambil kereta jam 12, makan siang saya gimana dong!? Kan saya tak bisa memastikan pembuatan paspor selesai jam berapa. Ya kalau sempat beli makanan di stasiun. Kalau nggak, saya bakal kelaparan sampai jam 2 lebih! Makanya saya memilih makan siang dulu di Marseille. Makan siang di Soul!

Sudah lama saya ingin makan di restoran milik teman WNI yang sudah saya kenal sejak belasan tahun itu. Kami kenal saat salat Id entah tahun berapa. Hanya ketemu kalau berlebaran di Konsulat dan sekali saat saya berpartisipasi dalam bazar. Lebaran pun belum tentu saya datang. Begitu pun dia sejak mulai merintis restorannya.

Saya naik metro menuju Noailles. Hanya satu stasiun sebelum Gare Saint Charles. Keluar metro, ternyata hujan sudah turun lagi! Untungnya Soul tidak jauh. Kawan saya menyambut dengan senyum sangat lebar. Dia masih sedang memasak didampingi asisten mudanya, mempersiapkan servis makan siang. Saya berbincang dengannya dari balik jedela yang menghubungkan dapur dengan meja kasir.

Saya makan dan ngetem di restoran itu—lumpia, bala-bala, dan semur dagingnya enak sekali—sampai jam setengah 3. Niatnya jam 2 pamit. Atau kalau ada pengunjung datang dan sudah tak ada tempat. Karena memang kemarin itu restoran penuh! 

Namun pas sekali jam 2 itu sudah sepi pengunjung dan kawan saya mengajak berbincang sambil makan siang. Daripada saya menunggu lama di terminal bus juga sih ya. Jalan kaki hanya 15 menitan.

Saat pulang, hujan masih turun. Kaki saya yang sudah mulai kering jadi basah lagi. Memperhitungkan perjalanan yang panjang, saya memilih membeli kaus kaki pengganti. Ternyata saya hanya sempat melepas kaus kaki basah dan tak sempat mengenakan yang baru karena tak mau mengganggu tetangga duduk saya yang masuk bus cepat juga. Ya sudah, saya pun pulang tak berkaus kaki. Rezekinya si Butet, karena ukuran kaki kami sama!

Saya tiba di rumah menjelang jam 6 sore. Enaknya perjalanan di musim semi, saya tak perlu salat di perjalanan karena Magrib baru menjelang jam 8 malam lebih. Btw, dengan perjalanan kemarin, praktis saya tiap bulan ke Marseille sejak Februari ke porte ouverte ENSA dan Maret untuk salat Idulfitri.

Paspor akan dibawakan sekalian saat Warung Konsuler nanti. Semoga lancar-lancar semuanya ya. Aamiin.


Comments

Popular posts from this blog

Menengok Ketentuan Pemberian Nama Anak di Prancis

Perjalanan Bela Bangsa

Foto Kelas