Back Home 2022

Home sweet home!

Setelah keluar dari rumah mertua di Antapani pukul 16 WIB, Butet dan saya sampai di rumah di Le Cannet pukul 15 CEST. Dari pintu ke pintu, total perjalanan memakan waktu 28 jam!

Karenanya harap maklum kalau suka bingung saat ditanya berapa jam perjalanan yang kami butuhkan untuk pulang, dari Prancis ke Indonesia atau sebaliknya...

Perjalanan pesawatnya sendiri, kalau menggunakan pesawat Emirates Airways, total memakan waktu 16 jam saja. Ditambah transit minimal 3 jam, total jenderal 19 jam. Ya, minimal. Karena ada transit standar sampai 10 jam. Standar di sini maksudnya yang ditawarkan oleh maskapai saat memesan tiket pesawat pulang-pergi. Yang bukan disengaja mengambil tiket multiple destination, seperti kami kemarin yang ingin bermalam di Dubai...

Tentu perhitungan tadi adalah jika kita naik Emirates yang bisa direct dari Nice ke Jakarta dengan transit di Dubai. Kalau naik maskapai lain, perhitungannya jelas beda lagi...

Dan itupun baru perjalanan pesawatnya. Masih harus ditambah perjalanan ke airportnya dan jeda waktu untuk boarding kan!?

Kebetulan, dari rumah kami ke airport Nice Cote d'Azur hanya mengambil waktu skeitar setengah jam saja. Entah itu naik Uber atau naik bus. Halte bus tak jauh dari rumah. Cukup berjalan kaki 350 meter saja. Yang jauh adalah saat sudah tiba di Indonesia. Mengingat pesawat langsung yang ada hanya sampai Jakarta saja...

Yang cukup nyaman adalah mengambil pesawat dari Jakarta langsung menuju Solo. Bandara Adi Sumarmo terletak hanya 5 km saja dari rumah adik, tempat kami tinggal selama di Solo. Penerbangan satu jam saja. Namun harus diperhatikan jadwal pesawat yang sejak pandemi sepertinya berubah. Tidak lagi sesering 4 tahun yang lalu...

Kemarin kami sudah sempat membeli tiket pesawatnya. Sampai di bandara tengah hari, masih ada 12 jam sampai ke jadwal penerbangan ke Dubai. Karenanya kami memesan hotel untuk transit. Lumayan untuk istirahat sejenak, selonjoran, dan mandi sebelum penerbangan yang panjang. Namun apalah manusia; hanya bisa berencana. Tuhan juga yang menentukan pada akhirnya. Kami ternyata harus berangkat ke bandara dari Bandung...

Nah. Bandung ini unik. Dari pengalaman perjalanan Bandung-CGK, terdapat variasi waktu yang cukup luas. Paling cepat suami yang pernah menempuhnya dalam waktu 2,5 jam saja. Paling lama, pernah kami berempat menempuhnya selama 8 jam! Memang jalan santai dan ada waktu berhenti makan malamnya. Tapi tetap saja kan!?...

Karenanya kemarin kami menanyakan dulu ke pak sopir yang mengantar kami ke bandara. Memastikan kapan waktu yang tepat. Yang tak terlalu mepet, tapi juga yang tak akan membuat Butet dan saya menunggu terlalu lama di bandara. Diputuskan berangkat jam 4 sore, dengan perhitungan sekitar 4 jam perjalanan. Dan perhitungannya cukup tepat!

Sayangnya, saat memasuki bandara kami belum bisa check in. Masih harus menunggu satu jam sampai akhirnya terbebas dari bagasi besar yang sudah diperhtungkan cukup satu saja biar tak terlalu repot. Meski akibatnya kami jadi tak bisa membawa banyak bawaan. Tapi toh bawaan apa? Kami tak sempat belanja-belanja juga...

Untung juga tak banyak bawaan. Secara sampai rumah, ternyata lift sedang macet! Jadilah saya mengangkat koper 30 kg itu melalui anak tangga yang berbentuk melingkar satu per satu. Sulit, tentu saja. Dan berat!

Jam 3 di Prancis artinya jam 8 malam di Indonesia. Rasa kantuk mulai menyerang. Lapar tak terlalu, karena kami makan di pesawat tak lama sebelum mendarat. Mencoba tidur, tapi tak bisa juga. Butet yang biasa tidur tengah malam masih segar. Dia malah membereskan kamarnya dan baru membangunkan saya saat ingin makan malam!

Kami makan malam Indomie Cup saja. Tak sanggup rasanya keluar rumah mencari makan. Apalagi untuk memasak. Salat Maghrib-Isya lalu tumbang. Untuk terbangun jam 2 pagi. Jam 7 di Indonesia!...

Yah, begitulah sesudah liburan ke Indonesia. Ada jetlag yang selalu mengikuti. Karenanya kami tak pernah mau mepet kembali ke Prancis. Semoga jetlag sudah hilang saat harus kembali ke sekolah hari Kamis 1 September nanti...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah