Liburan di Indonesia

Sudah lama tak menulis?

Salahkan liburan!...

Memang ternyata sulit sekali mengambil waktu untuk serius menulis. Ide banyak. Bertumpuk-tumpuk, malah! Tapi untuk menguraikannya menjadi cerita, itu membutuhkan alokasi berdiam tenang yang rupanya merupakan suatu keistimewaan yang sulit didapatkan selama liburan. Beruntung saya masih sempat menuliskan poin-poinnya. Sebelum lupa...

Apalagi liburan kali ini spesial. Setelah 4 tahun menahan kangen, dengan segala peristiwa, segala agenda penting. Sampai-sampai mengabarkan kedatangan kami pun tak sempat!

Karenanya, kali ini saya coba untuk sedikit menjelaskan kenapanya. Sebelum bertemu dengan keluarga besar dan teman-teman. Sebelum kembali berkabar dengan mereka yang sudah lama tak berkontak. Daripada mengulang cerita yang sama...

Bukan apa-apa. Takut mengulang cerita ke orang yang sama saja!

Liburan Bertiga

Ya! Akhirnya kami berangkat bertiga saja. Tanpa si Ucok...

Ceritanya si Ucok positif Covid 19. Kurang dari seminggu sebelum keberangkatan...

Awalnya batuk-batuk dan agak demam. Dua hari tak ada perubahan, saya minta dia ke dokter. Saat membuat janji temu, dia diminta tes covid dulu, melihat gejalanya. Dan di situlah diketahui keberadaan virusnya...

Berdasar aturan di Swedia, si Ucok diminta isoman selama 2 minggu dan langsung dibuatkan janji temu untuk tes covid setelahnya, per 29 Juli...

Kami sempat mencoba mencari cara untuk menyusulkannya ke Indonesia. Namun dengan waktunya yang pada dasarnya sudah terbatas, ketidakpastian kepulihan dan kondisi badannya, plus harga tiket yang amat sangat tinggi, singkatnya kami putuskan untuk membiarkan Ucok santai penyembuhan dan membatalkan keberangkatannya liburan...

Mengurus soal tiketnya memang menguras waktu dan pikiran. Memikirkannya sakit di negri orang, yang pada dasarnya sudah membutuhkan 4 jam penerbangan pesawat saja rasanya sudah galau. Apalagi ini saya berada 14 jam jarak. Padahal itu baru si atas pesawatnya saja. Belum segala perjalanan ke airport, transit, dan sebagainya...

AlhamduliLlaah hasil tes Ucok sudah negatif. Kondisinya pun sudah baik kembali. Tapi jangankan menyusul ke Indonesia, untuk sekedar liburan ke Prancis pun dia tak sempat...

Agenda Penting Keluarga

Liburan kali ini mengandung dua agenda istimewa; pernikahan sepupu di Bandung dan pangukuhan ayahanda sebagai profesor di Solo. Dua-duanya kami jadwalkan dengan jeda sehari dari ketibaan di kota yang bersangkutan...

Tiba di Bandung tanggal 22 Juli jam 2 pagi, lalu menghadiri pernikahan tanggal 23 Juli mulai jam 8 pagi tentu saja bukan sesuatu yang mudah. Jetlag jelas belum hilang. Kepala rasanya berawan. Makan juga belum berselera. Tapi jelas, senang sekali bisa bertemu keluarga besar di sana. Itu adalah pertama kalinya sejak menikah, saya menghadiri pernikahan sepupu dari pihak suami...

Pengukuhan profesor ayah lebih lancar. Tiba di Solo tanggal 4 Agustus sore, tanggal 6-nya sudah nyaman saja. Jetlag sudah hilang. Butet pun siap mengikuti acara yang penuh pidato panjang yang tak ditangkapnya sebagian besar artinya...

Keder Kemacetan

Acara pentingnya cuma sehari di masing-masing kota? Bebas dong, sesudah itu?

Tentu tidak!...

Ada berbagai acara keluarga baik itu direncanakan resmi (pertemuan keluarga berundangan --mau pakai istilah formal kok kayaknya ribet banget--) maupun tidak (keluarga yang datang ke rumah, agenda keluar yang tak perlu saya jelaskan, ...)...

Dua minggu di Bandung, kami hanya sempat benar-benar berwisata ke Nuart dan mengantar Butet ice skating di PVJ. AlhamduliLlaah saya sempat ketemuan dengan sahabat kuliah dan rekan Klipers. Selain itu kami praktis di rumah saja. Tapi pada dasarnya kami memang malas keluar rumah juga sih, melihat kemacetan jalanan...

Sampai di Solo, ternyata lalu-lintas kota tak jauh beda. Meski tak sepadat Bandung, kemacetan tetap di mana-mana. Hasilnya, seminggu ini kami belum jalan-jalan selain wisata kuliner ke Kusuma Sari dan mampir ke Steak Mas Mbong setelah menyelesaikan suatu urusan...

Selanjutnya?

Masih ada 12 hari sebelum liburan di Solo usai. Apakah kami bakal tetap mager? Apalagi kemudahan fasilitas Gofood yang membuat kami tak perlu keluar rumah untuk mencicipi segala kuliner Solo. Ditambah godaan Tokopedia yang mengiming-imingi dengan segala diskonnya yang tinggal menunggu di rumah, kita bisa mendapatkan hampir segalanya...

Yah, kita lihat saja nanti!...

Yang jelas mohon maaf, tak sempat mengabarkan kedatangan kami ke Indonesia. Dan mohon maaf juga, jika sampai kembali berangkat nanti, kita tak bisa menyempatkan berjumpa... 🙏


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah