Belanja Wajib Saat Liburan

Setiap ke Indonesia, saya selalu menyempatkan belanja buku. Buku Indonesia, tentu saja. Dalam sebulan lebih sedikit, ada beberapa buku yang saya baca. Kelebihan membaca dengan bahasa ibu sendiri, sepertinya ya!? Jadi jauh lebih cepat!

Buku-buku yang saya selesaikan, biasanya saya tinggalkan saja. Ditinggal di Bandung atau di Solo. Di tempat saya menyelesaikannya. Hanya buku yang belum selesai bacalah yang saya bawa kembali ke Prancis...

Karenanya, kalau ada buku yang memang ingin saya bawa pulang, pasti sengaja tidak saya baca dulu. Buku yang ingin saya koleksi, saya sisihkan. Buku karya teman yang saya dapatkan bertanda tangan, saya simpan. Saya baru membacanya setelah sampai Prancis...

Mudik kali ini, saya tak sempat menyelesaikan satu buku pun! Bahkan buku yang saya bawa dari Prancis pun saya titipkan ke suami saat dia sempat pulang duluan. Suasana hati tidak mendukung. Di awal karena kondisi Covid-nya Ucok, lalu diikuti melihat kondisi kesehatan bapak mertua yang tak stabil, membuat tak minat untuk membaca. Meski membeli, tetap disempatkan!...

Ya! Kami tak sempat membeli-beli oleh-oleh standar. Tak ada abon pedas, kripik paru, sambal pecel, atau teh Gardoe. Tapi buku, tetap ada!...

Memang dari awal perjalanan kami sudah meniatkan untuk ke toko buku. Transit panjang sinkronisasi kami ke Dubai sudah diagendakan dengan ke toko buku. Kesempatan mencari buku berbahasa Inggris secara offline. Di Prancis, tidak mudah mendapatkan kenikmatan itu!...

Transit kami di Dubai tidak panjang. Praktis untuk jalan-jalan, hanya ada waktu setengah hari saja. Kami memutuskan untuk ke sekitaran Dubai Mall. Dan di sana, tujuan utama kami adalah ke Kinokuniya!

Buku pertama yang kami beli untuk liburan kali ini adalah untuk Butet. Ceritanya, kami menjanjikan padanya hadiah berupa uang untuk keberhasilannya meraih mention très bien pada ujian brevet du collège-nya. Tadinya, saya pikir dia ingin memanfaatkannya untuk membeli CD KPop yang tak dikabulkan papanya. Jaman digital begini kok masih beli CD, begitu alasan suami saya itu. Sedangkan Butet lebih ingin mengoleksi poster dan stiker bonusnya!...


Butet membeli dua buku di Kinokuniya; Anatomy: a Love Story-nya Dana Schwartz dan You've Reached Sam-nya Dustin Thao. Kalau tak mengingat bahwa kami masih mau naik Burj Khalifa, bahwa dia masih ingin membeli pernak-pernik di Daiso, plus rencananya membeli gantungan kunci spesial di Indonesia --yang akhirnya saya bayari--, Butet pasti sudah membeli lebih banyak lagi!...


Saya sendiri membeli edisi spesial Detektif Conan dalam bahasa Jepang. Itupun karena didesak Butet. Niat mulanya ingin membeli edisi bahasa Arab. Karena saya ingin mengoleksi nomor 100-nya dalam berbagai bahasa. Namun waktu sudah tersita untuk mencari buku Butet. Tak sempat mencari bagian manga terjemahan. 
Kalau mungkin ada yang bertanya, tidak, saya tidak bisa berbahasa Jepang, pun baca-tulisnya...


Sampai Indonesia, Gramedia adalah salah satu tujuan jalan-jalan standar kami. Meski kali ini tak bisa sesering dan selama biasanya di jaringan toko buku terbesar Indonesia itu, saya sempat membeli dua buku terbaru Ziggy Zezsya; Tiga dalam Kayu dan Kita Pergi Hari ini. Niatnya buku ke dua yang bercerita tentang kucing itu akan saya perkenalkan ke Butet. Tapi saya baca sinopsisnya terkesan sangat gelap. Saya mau baca dulu saja...


Seorang adik, Nila Auriga, datang jauh-jauh dari Jakarta. Kami kenal di Prancis saat dia kuliah di sana. Sengaja hanya untuk menemui saya. Membawa dua buku karyanya; novel Sang Flamboyan dan kumpulan puisi Republik Komedi...

Pulang ke Solo saya temukan paket hadiah ulang tahun dari Tim Ketua Kelas KLIP 2021. Ada kerudung, ciput, tali rambut, dan 3 buku; dua eksemplar novel Kupilih Jalan Terindah Hidupku dan satu eksemplar antologi Flashes of Life...

Ada pula paket buku antologi karya lulusan KLIP 2020 Maya Jangan Terpuruk, Nyata Jangan Terserak yang saya menangkan saat quiz launchingnya bulan Maret lalu...

Dari pengukuhan profesor bapak, kami mendapatkan suvenir berupa handuk dan buku karya beliau; Civil Society Perspektif Islam dan Barat. Saya simpan ketiganya. Namun hanya satu yang saya bawa. Dua lagi untuk masing-masing Ucok dan Butet...


Saya memesan buku dari seorang sahabat KLIP, Rijo Tobing, melalui Tokopedia. Tiga buku karyanya; Randomness Inside My Heart, The Cringe Stories, dan Crazy Sick 2020, saya boyong pulang semuanya...

Di bandara Soekarno-Hatta untuk pulang ke Prancis, Butet minta mampir ke Periplus. Padahal waktu itu sudah hampir jam 10 malam dan kami belum makan...

Periplus bandara tutup setelah kami membayar buku Six Crimson Cranes-nya Elizabeth Lim...


Saat saya memamerkan buku-buku yang saya bawa ke Prancis, seorang teman berkomentar, banyak sekali! Padahal itu tak termasuk buku hadiah ultah dari KLIP yang tak saya bawa karena sudah saya baca sebelumnya di iPusnas...

Dan saya tak sempat membeli boxset Rapijali. Tak ada waktu, dengan agenda yang tak menentu. Lagipula tak ada tempat di bagasi juga. Padahal buku terbaru Dee Lestari itu sebenarnya ada di nomor satu daftar belanja buku saya!...


Comments

  1. Keren jajan bukunya mba Alfi, jauh -jauh tetep buku yang dicari. Selamat membaca ya mbak.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Justru kesempatan beli buku Indonesia, emang mbak... 😉

      Delete
  2. Wow...keren mbak Alfi, pulang kampung yang dicari adalah buku, kalau saya yang kebayang adalah kulinernya hehehe 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kuliner jelas selalu masuk dalam daftar to do kl pulkam. Tapi pasti nggak bisa kesampaian semuanya. Kebesaran mata, kyknya 🤔😁

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah