Kopenhagen 2024: Hari Kedua

Hari kedua kami awali dengan sarapan di hotel. Ragam makanannya lumayan juga. Meski jelas, tak selengkap sarapan di hotel-hotel di Indonesia!

Butet yang biasanya susah dibangunkan saat liburan, selama di Kopenhagen cukup kooperatif. Dia menemukan pancake dan salmon asap yang jadi menu tetapnya di ketiga sarapan. Susu coklat di mesin minuman hangat hotel terlalu manis. Hanya sekali dia mencoba di hari pertama dan tak mau mengulang lagi.

Saya sarapan telur orak-arik ditemani salad. Malas mengantri minta dibuatkan telur dadar panas. Salah memilih chiociatto yang entah kenapa saya menangkapnya cioccolato, coklat tanpa susu. Tapi enak juga, meski tetap terlalu manis. Dengan porsi kopi yang cuma sedikit karena sempat saya stop begitu sadar, rasanya jadi seperti moka. Lagian kok bisa, berpikir dalam bahasa Italia padahal sedang di Denmark begitu ya? Hahaha.

Harbour Bus

Agenda pertama kami di hari Minggu itu adalah ke Festival Sakura. Kami ke sana menggunakan harbour bus. Transportasi umum jalur air ini bisa kami manfaatkan dengan tiket transport yang kami beli di malam hari pertama. 

Kebetulan ada pemberhentian di bawah hotel kami. Pemberhentian yang sama digunakan untuk kedua arah harbor bus. Dan kami beruntung: kapal yang kami inginkan datang 2 menit sesaat kami tiba di sana. Sedangkan untuk ke arah satunya lagi, harus menunggu 20 menit!

Lumayan juga naik kapal umum ini. Kita bisa melihat pemandangan Kopenhagen dari air tanpa perlu membayar mahal kapal turistik. Dan kapal ini tertutup, jadi tak perlu takut dingin!

Langelinieparken

Festival Sakura diadakan tiap akhir April di Taman Langelinie. Kami beruntung, berada di Kopenhagen pas sekali dengan pelaksanaan Festival yang sudah ke-17 itu. 

Pemberhentian harbour bus berada di dekat pintu masuk taman. Dari pelabuhan saja, sudah terlihat bahwa sungguh amat disayangkan kalau melewatkan kesempatan mengunjungi taman ini saat berada di Kopenhagen di bulan April!

Belum pernah saya melihat begitu banyak Sakura. Masya Allah, indahnyaaa. Lama sekali kali berhenti di depan taman membuat foto. Butet yang memang mencari objek foto pun bahagia memanfaatkan momennya.

Tak menyesal kami "buang waktu" di depan pintu. Karena di dalam, sudah terlalu banyak orang!

Ada tenda-tenda bertema Jepang yang disusun di sepanjang taman. Selain panggung besar utama untuk pertunjukan, ada tenda-tenda yang berjualan pernak-pernik Jepang, ada aktivitas kaligrafi, klub judo, klub sumo, konter ikebana, upacara minum teh, ada yang berjualan bonsai, dan tak ketinggalan makanan!

Rencananya kami hendak makan siang di sana. Namun karena sarapan jam 9 lebih, lewat tengah hari juga kami belum merasa lapar. Dan Butet mengeluh ingin ke toilet. Dan dia tak mau ke sembarang toilet. Apalagi toilet portable untuk acara festival begitu. 

The Little Mermaid

Sebelum memutuskan keluar dari Festival, kami sempat berusaha membuang waktu dengan, berjalan ke arah patung Putri Duyung, ikon kota Kopenhagen. Atau malah ikon Denmark?

Kami sebenarnya tak tertarik sih. Tapi toh sudah dekat ini. Masih di wilayah Taman Langelinie juga. Siapa tau habis jalan ke sana jadi lapar. Ternyata tidak juga! Hahaha.

Sampai lokasi, kami tak berusaha melihat tampak wajah patung perunggu tokoh cerita H.C. Andersen itu. Ada terlalu banyak orang juga di sana. Butet sendiri lebih tertarik mengambil foto dua angsa yang sedang berada di dekatnya. 

Designmuseum Danmark

Tadinya, sesudah dari Festival Sakura, kami berpikir untuk ke National Gallery of Denmark (SMK). Arahnya tak jauh dari Taman Langelenie. Namun karena ada urgent toilet, agenda diubah ke Museum Desain saja. Yang ini berjarak lebih dekat dari Taman.

Tiket masuk ke Museum Desain ini gratis untuk usia di bawah 18 tahun. Ada loker gratis berkunci untuk menyimpan ransel ... dan botol air yang tak boleh dibawa masuk! Ada tempat penitipan jaket free service yang sebaiknya tak dilakukan karena ada taman di tengah museum yang akhirnya jadi kami lewatkan.

Saat kami ke sana 21 April itu, ada bagian museum yang sedang direnovasi. Tiket masuk pun didiskon. Sayangnya, renovasi membuat pengunjung harus memutar balik, mengambil jalur yang sama dengan jalur masuk untuk keluar dari museum.

Koleksi museum ini cukup banyak dan menarik. Namun saya merasa seperti masuk ke museum seni kontemporer saja. Secara barang-barang yang ditampilkan cukup ajaib. Apalagi pameran temporernya tentang desain pakaian. Seakan menonton defile busana haute couture yang tidak mungkin dipakai sehari-hari saja!

Ada sih, barang "normal" dan bahkan bersejarah. Dan memang jadi hambar dan kurang menarik setelah melihat bentuk-bentuk aneh yang tak biasa kita lihat sehari-hari. Hihihi.

Di salah satu ruang, disediakan beberapa aplikasi desain virtual yang bisa dicoba langsung oleh pengunjung: mencari desain bangku yang paling cocok untuk situasi tertentu, mendesain lampu yang pas untuk ruang makan, atau membuat cangkir sesuai imajinasi kita.

Marmorkirken

Kami memutuskan untuk pulang ke hotel dulu saja, istirahat dulu, lalu keluar lagi agak sorean. Saat mencari stasiun metro, kami menyempatkan masuk ke Frederiks Kirke yang juga dikenal sebagai Marble Church.

Cantik tampak luarnya, cantik juga bagian dalamnya.

Sayang sekali kami tak memperhatikan peta dan melewatkan Amalienborg, istana ratu, yang ternyata terletak tak jauh dari sana.

Joe n the Juice

Sebelum berangkat, kami sempat "sarapan" di Joe n the Juice di bandara Nice. Butet sangat suka dengan sandwich avocado di sana. Dan JnJ tidak ada di Cannes. Kesempatan. Dia makan satu sandwich utuh, saya berbagi saja dengan Paksu. 

Saat sampai di Kopenhagen, kami lihat ada banyak sekali JnJ di sana. Ternyata memang JnJ asalnya dari Kopenhagen! Karena itulah kami berniat untuk makan paling tidak sekali saja di sana. Dan tercapai siang itu: kami makan di JnJ di depan stasiun metro yang tak jauh dari hotel kami.

Tivoli Gardens

Kalau masih ada yang bertanya apa mungkin ke taman hiburan tanpa naik wahana sama sekali? Itu tidak masalah, saudara-saudara! Apalagi kalau ke Tivoli Gardens.

Tivoli Gardens mudah diakses karena terletak di tengah kota Kopenhagen. Kami ke sana menggunakan metro setelah menyempatkan istirahat dan salat. 

Dari awal, saya jelas tak mau naik-naik wahana yang perlu kekuatan jantung. Suami masih pikir-pikir. Kami menawari Butet untuk naik sendiri. Tapi dia tak tahu mau mencoba apa saja. Masih bingung melihat roller coaster saja ada 3 jenisnya. Itu di luar yang khusus untuk anak kecil, ya! Karenanya, kami membeli tiket masuk saja, dan berniat membeli tiket wahana secara satuan.

Lalu, untuk apa ke sana kalau tak berniat naik wahana?

Tivoli Gardens adalah salah satu taman hiburan tertua di dunia. Taman luas ini adalah tempat yang asyik untuk sekedar jalan-jalan. Atau duduk-duduk santai ... di saat suhu udara lebih hangat, tentunya! Keseluruhannya indah tertata. Tak heran jadi tempat favorit H.C Andersen dan mengilhami Walt Disney. Tak salah kalau dijadikan salah satu lokasi yang harus dikunjungi kalau sedang ke Kopenhagen. Meski tak berniat naik wahana pun!

Ada berbagai macam pertunjukan yang biasa disajikan di sana. Namun karena kami sampai sana sudah jam 6 lewat, tinggal Illumination yang tersisa, yang memang itu salah satu tujuan alasan kami tetap ke sana meski sudah cukup lambat.

Illumination diselenggarakan tiap mulai "musim panas", yang artinya mulai akhir Maret sampai akhir September. Pertunjukan hari itu dimulai pukul 21.30 (hari lain, bisa beda, tergantung matahari). Masih lama. Niatnya juga jalan-jalan santai, coba-coba wahana, dan makan malam sekalian di sana dulu. Namun akhirnya Butet batal mencoba wahana sama sekali. 

Rugi sih, sebenarnya ya. Apa daya, memang hari itu dingin sekali di Kopenhagen. Rasanya saya juga tak rela membayangkan Butet naik roller coaster berkecepatan tinggi dalam suhu 4°C saja. Brrrr... Tapi ternyata banyak juga yang masih naik tuh!

Saat matahari terbenam, pas kami sudah puas putar-putar. Kami pun makan malam di dalam Taman. Pilihan jatuh pada ramen di cuaca yang dingin. Di depan pintu masuk restoran, dituliskan bahwa kuah ramen di sana menggunakan kaldu ayam atau kaldu sayur. Cocok!

Selesai makan malam kami jalan sebentar menikmati Taman yang sudah lengkap berhias lampu warna-warni, sambil menuju lokasi Illumination. Tak berpengalaman, kami tak yakin lokasi pertunjukannya di mana. Hanya dikatakan di website Taman bahwa lokasi ideal adalah di jembatan yang menyeberangi danau. Sisi mana, tak jelas.

Saya mengambil sisi yang menghadap ke wahana-wahana. Butet bernaluri lebih tajam, mengambil sisi satu lagi yang terlihat gelap tapi dihiasi lampu-lampu warna-warni. Walhasil, dia bisa menikmati atraksi dengan lebih baik. Tak apa. Saya masih sempat berlari ke sisi lain meski hanya mendapat tempat di pinggir saja!

Masalah Metro

Kami pulang mengambil metro yang sama. Seharusnya! Saat sudah sampai di jalurnya, ada pengumuman bahwa metro yang hendak kami ambil tidak jalan! Ada masalah teknis. Tak jelas akan berapa lama.

Kami pun memutuskan mengambil metro yang berlawanan arah, yang jalurnya terdapat di peron yang sama. Memutar sedikit untuk mengambil metro berikutnya agak lebih jauh.

Yah, anggap saja memuaskan keinginan Butet yang sempat berkomentar kalau naik metronya sebentar sekali. Memang dari hotel kami perlu naik metro satu stasiun saja ke pusat kota, untuk berganti metro ke tujuan yang selama itu cuma 1-2 stasiun saja. 

Akhirnya merasakan naik metro agak panjang. Heu, hanya 4 stasiun sih. Lalu nyambung 4 stasiun lagi. Lumayan! Hahaha. 

Meski memutar, tak ada lelah tambahan yang berarti. Tetap saja merasa bahagia bertemu dengan kasur dan selimut yang nyaman. Istirahat, bersiap menyongsong hari ketiga! 


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah