Teknologi Komunikasi: Mendekatkan yang Jauh
Saat awal merantau seperempat abad yang lalu, internet dan jaringan seluler belum meluas. Komunikasi dengan keluarga di Indonesia dilakukan melalui telepon rumah. Posel sesekali, tentu, untuk mengirim foto.
Kartu Telepon Sakti
Saya teringat dulu menelepon ke Indonesia dengan membeli semacam kartu prabayar terlebih dahulu. Dengan voucer ini, kita menelepon ke suatu nomor khusus untuk kemudian memasukkan kode rahasia, lalu baru memanggil nomor internasional yang kita inginkan. Biaya panggilan akan diambil dari saldo voucernya.
![]() |
Asia Star adalah salah satu voucer andalan kami di masa lalu (Foto diambil dari eBay) |
Komunikasi telepon ini murah, karena melalui jadingan internet. Ya, VoIP. Asal jangan menelepon dari atau ke telepon seluler saja, kartu sakti ini jadi andalan para perantau di sekitar tahun 2000an.
Telepon Rumah Gratis
Seiring meluasnya internet, VoIP pun makin meluas. Berbagai penyedia jaringan internet berlomba menawarkan telepon murah. Murah sampai gratis. Kegratisan bertelepon mulanya adalah dari telepon rumah ke telepon rumah lain. Telepon lokal? Tentu saja. Namun kegratisan ini berlaku untuk luar negeri juga. Termasuk ke Indonesia!
![]() |
Daftar negara yang bisa ditelepon secara gratis dan tak terbatas dengan penyedia internet kami saat ini—tetapi sudah beberapa tahun kami sudah tak memiliki pesawat telepon rumah lagi! heu ... (Foto: Freebox) |
Tentu saja ini kami manfaatkan. Kami sampai rela berpindah penyedia segala demi mencari yang menawarkan kegratisan telepon ke Indonesia ini. Kalau sekarang sih setahu saya sudah semua penyedia memberikan layanan gratis ke Indonesia ini.
Berkembangnya Messenger
Harus dicatat bahwa perkembangan jaringan seluler di Indonesia jauh lebih cepat ketimbang di Prancis. Saat keluarga dan teman-teman di sana sudah menggunakan ponsel ke mana-mana, di Prancis masih jarang orang pegang hp! Paksu sendiri menunggu kelahiran si Ucok untuk berlangganan ponsel agar saya bisa lebih mudah dihubunginya—dari telepon rumah atau telepon kantor, tentunya!— saat sedang keluar ke dokter anak atau belanja. Memang, masih harus menunggu lama hingga telepon genggam bisa dibeli tanpa terikat abonemen di Prancis.
Saat internet juga makin luas dan murah, telepon jadi jarang digunakan di Indonesia. Banyak anggota keluarga dan teman yang mulai meninggalkan telepon rumahan. Mereka pun meminta kami menginstal Skype dan kemudian Whatsapp untuk berkomunikasi, baik untuk berkirim pesan, bertelepon, maupun video chat.
![]() |
Skype sudah tidak ada lagi sejak 5 Mei 2025 dan digantikan oleh Teams (Foto: Microsoft Support) |
Tanpa mereka, mungkin kami tak akan menginstal keduanya—kami sempat menolak menginstal Blackberry yang sama sekali tidak populer di Prancis. Atau paling tidak akan lambat sekali menginstalnya. Mengingat bahwa untuk komunikasi dalam negeri, menggunakan telepon seluler pun sudah gratis tak terbatas, masuk dalam biaya abonemen.
Terlihat di Medsos = Aman
Dengan adanya messenger, memang kami jadi lebih banyak berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman. Yang tadinya hanya dengan keluarga kecil level orang tua dan adik-adik (kebetulan saya dan suami sama-sama anak pertama), meluas ke keluarga besar dengan adanya video conference di Skype dan lalu grup Whatsapp. Demikian juga dalam lingkup pertemanan. Tak lagi terbatas teman dekat saja.
Namun di sisi lain, sedikit demi sedikit komunikasi secara pribadi jadi berkurang. Chat dengan jalur pribadi makin jarang. Memang demi kepraktisan, informasi lebih sering disampaikan di group chat. Atau bahkan dalam posting di media sosial untuk jangkauan lebih luas. Akibatnya, muncul prinsip "asal terlhat di medsos atau grup berarti aman".
![]() |
Aplikasi messenger dan medsos di ponsel saya |
Saya sendiri merasakan berkurangnya intensitas komunikasi pribadi itu. Dengan adanya grup Whatsapp keluarga kecil dan grup keluarga level eyang—terhitung ada tujuh grup Whatsapp keluarga yang saya ikuti, dan ya: masih ada lagi!—, saya jadi makin jarang berkomunikasi pribadi dengan ibu dan adik-adik. Atau saya merasa cukup dengan mengirim pesan tertulis, tidak lagi bertelepon. Antusiasme video chat yang muncul di saat internet baru saja meluas sudah jadi meluntur seiring dengan makin bebas dan murahnya internet!
Tentu saja asumsi kecukupan medsos dan messenger, apalagi grup messenger, itu tidak tepat. Belum tentu informasi kita sampai, karena sasaran yang kita inginkan tidak melihat posting atau pesan kita. Bisa jadi terlewat, atau memang karena sedang tidak online lalu tertutup oleh postingan/pesan lain, kan!?
Menjaga Komunikasi
Saat melepas si Ucok ke perantauan dulu, kami sudah berpesan untuk menjaga komunikasi. Kami bersepakat untuk berbincang video chat seminggu sekali. Selain itu kami cukup bertukar pesan saja. Meski tentu tak menutup kemungkinan untung saling menelepon dan ber-video chat!
Seiring waktu, saya merasakan berkurangnya intensitas pertukaran pesan kami. Kadang untuk video chat pun terlewat. Entah memang karena kesibukan—perjalanan, deadline, jadwal kerja kelompok—, atau beberapa kali juga karena lupa. Namanya juga manusia, ya!?
![]() |
Pintu masuk ke jurusan Ucok di Visby, tetapi saat menulis ini anaknya sedang berada di Koln untuk Gamescom 2025 |
Namun saya berpesan pada Ucok untuk selalu mengabarkan jika ada pergerakan penting. Saat meninggalkan kota rantaunya, misalnya. Entah untuk bepergian beberapa hari untuk suatu kepentingan, atau sekedar jalan-jalan seharian. Agar kami bisa selalu saling tahu posisi masing-masing.
Itu juga yang saya ingatkan pada Butet, dan akan saya ulang sampai meninggalkannya di kota rantaunya dua hari lagi. Apalagi kami sekeluarga, saya, paksu, dan anak-anak, tidak suka berkecimpung di medsos. Tidak hobi mengupdate real time kegiatan kami.
Butet sendiri sempat curhat, bagaimana dia akan kehilangan momen "ngobrol sore"-nya dengan saya. Ritual berbincang sepulang sekolah yang membuat saya harus pause dari segala aktivitas untuk mendengarkannya. Sebuah kekhawatiran yang sudah terlintas tetapi saya simpan saja itu ternyata dia rasakan juga.
Jauh di Mata, di Hati Jangan
![]() |
Gedung kampus si Butet |
Saya berharap, semoga dengan segala teknologi yang tersedia, kami tetap bisa memelihara komunikasi. Semoga kami bisa saling mengingatkan saat yang lain sedang sibuk dan belum sempat menyapa. Tak perlu saling menunggu. Colek saja begitu teringat dan sempat. Saat memang tak sempat? Lantunkan doa dalam hati untuk kebaikan semua.
Meski berjauhan secara fisik, semoga kedekatan hati kami bisa tetap terjaga. Dan bahkan makin erat lagi. Insya Allah. Aamiin....
---
Tulisan ini diikutkan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Agustus 2025 dengan tema Teknologi: Memerdekakan atau Menjajah? yang diusung oleh Mamah Host Risna dan Mamah Host Dea
Ya ampun, kenapa jadi terharu membaca artikel teh Alfi.
ReplyDeleteHal yang sama aku rasakan saat Kaka dan Mas di Bandung, itu hanya beda kota 125 km saja. Butet dan Ucok lebih jauh dari itu kah? Ah, pastinya kangen ya ...
Rantau Butet 1100 km dari Cannes teh. Kl si Ucok dua kali lipatnya 😁
DeleteTeh semoga masih gencar berkomunikasi dengan anak-anak ya. Iparku yang di LN hampir tiap hari video call sama Bumer, jadinya aku lihatnya sih kaya 'deket' aja. Padahal nyambi kegiatan rumah juga, jadi ngga kerasa hilang banget
ReplyDeleteSampe saat ini masih vidcall tiap malem. Belum seminggu pisah dan masih masa libur panjang. Semoga ga terlalu meluntur nanti kl udah masuk masa perkuliahan ya!? 🥺
DeleteRomantis banget "ngobrol sore" bareng anak..
ReplyDeleteMasa2 kembali berdua dengan suami, sudah beda ya kalau momennya karena anak2 merantau..
Rasa pengen menemani teh Alfi kalau lagi sendiri, ditinggal suami teteh business trip. Hug ;)
Beda banget rasanya teh. Tapi emang masih blm seminggu juga kali ya? Ayo sini temenin aku mengalihkan kegalauanku 🤗
DeleteTahun 2019 adalah tahun kami berpencar. Saya di jogja, anak sulung di Bandung (ITB), anak kedua dan ketiga di Surabaya (ITS dan Unair). Group chat wa adalah penghubung kami. Iya. Ada masanya berpencar dan setelah lulus semuanya pulang.
ReplyDeleteMusti banyak belajar dari mbak Sari, ini. Ajarin aku biar ga lama2 galau mbaaak 🥺 Belum seminggu sih 😅
Delete