Ucok Merantau Versi 2
Agustus sudah hampir seminggu, blog masih kosong saja ....
Memang ada banyak sekali yang terjadi. Ada banyak yang harus dikerjakan, dan ada banyak yang harus dipikirkan. Yang seharusnya jadi bahan tulisan, kalau berlebihan memang malah jadi bingung menyusunnya. Overwhelmed!
Salah satunya adalah keberangkatan si Ucok kembali merantau. Yang tak terasa sudah berlalu seminggu. Kali ini, Ucok merantau bukan lagi untuk menuntut ilmu, tapi untuk mencari kerja.
Ya, sulung saya itu sudah lulus S2-nya Juni kemarin. Tak ada upacara wisuda dengan toga. Seperti halnya saat S1, hanya ada acara kumpul bersama wisudawan bersama dosen-dosennya. Dan kami tak hadir juga.
Sampai saat menulis ini, ijazahnya pun belum diterima. Padahal salah satu alasan kami ke Visby Juli lalu adalah untuk merayakan kelulusan si Ucok. Ceritanya ambil momen sesudah ijazah sampai di tangan, lah.
Meski begitu, kami tetap merayakannya dengan makan malam bersama di restoran Korea di Visby. Lho? Memang itu yg diinginkan si Ucok. Dia belum pernah ke restoran yang memang belum lama buka itu karena tidak masuk dalam budget mahasiswanya. Heu ....
Sebelum sidang S2, Ucok sudah mendapat pekerjaan paruh waktu dengan sebuah start-up di Belanda. Meski kerjanya online, saya tak terlalu berharap dia ikut kami jalan-jalan sampai kembali ke Prancis. Saya hanya berharap bisa berkumpul berempat di hari peringatan tahun perak pernikahan yang agendanya jatuh saat kami di Tallinn, Estonia.
Ternyata Ucok senang-senang saja ikut kami jalan-jalan. Dia sebenarnya sudah sempat ke Helsinki dan Tallinn saat mewakili kampusnya di suatu acara. Namun tentu saja tak sempat jalan-jalan wisata bebas.
Ucok juga mau ikut ke Prancis meski tak bisa lama. Ada seorang teman sekampusnya, orang Prancis, yang belum pernah dan ingin main ke Cannes. Sekalian lah!
Begitulah akhirnya Ucok sempat pulang kampung selama 2 minggu. Minggu pertama praktis dia menjadi pemandu wisata untuk temannya itu. Pergi pagi, pulang malam. Saya sampai hanya sempat memasak sekali untuk mereka. Plus membekali si teman saat pulang: nasi dan Ayam Tante Alfi, resep andalan yang alhamdulillah sukses disuka, sampai menanyalan resep segala! Yihaaa! Hahaha.
Teman si Ucok menginap di rumah kami dari Senin hingga Jumat. Senin malam, ganti menerima Victor si Kucing. Tapi ini ceritanya lain waktu saja lagi. Yang jelas ada kesempatan untuk Ucok berkenalan dengan Victor walaupun hanya dua hari.
Kepergian Ucok kali ini tak kami antar sampai bandara. Pengalaman berangkat ke Visby dengan jadwal pesawat yang sama, perjalanan sangat tidak nyaman. Apalagi di akhir Juli, kepadatan lalu lintas meningkat lagi.
Ucok setuju berangkat naik bus saja. Toh halte bus ke bandara dekat dari rumah. Dan bus langsung mengantarkannya sampai terminal keberangkatannya juga.
Melepas Ucok naik bus membangkitkan nostalgia. Empat setengah tahun sebelumnya kami mengantarkannya ke bandara untuk berangkat kuliah S1 semester 2 di kota yang tak kami kenal sebelumnya. Tak bisa menemaninya karena masih masa pandemi. Sekarang sudah selesai studi dan merantau untuk mencari kerja.
![]() |
Atas: masker asli, bawah: masker editan. Hehehe. |
Bagaimanapun juga, berada di rumah menggodanya untuk santai. Mengurung diri di kamar sekalipun! Dia merasa lebih bisa konsentrasi di studionya di Pulau Gotland sana. Lagipula, akhir Agustus ini dia dikirim ke Koln, menghadiri Gamescom, mewakili perusahaannya.
Minggu depan giliran si Butet yang berangkat menuju kota rantaunya. Kali ini saya dan Paksu bisa mengantarnya. Bahkan menemaninya beradaptasi beberapa hari. Meski masih di Prancis, kami belum pernah sama sekali ke daerah utara sana. Meski masih di Prancis, ternyata perjalanan ke Valenciennes tidak mudah juga. Seperti ke Visby.
Ah, nasib anak-anak kami membawa mereka ke kota berinisial V, yang untuk mencapainya membutuhkan perjuangan. Semoga Valenciennes membawa kesenangan dan kekerasanan untuk Butet, seperti Visby untuk abangnya. Aamiin.
Comments
Post a Comment