Belanja Buku Liburan 2024

Satu hal yang cukup berarti, yang selalu kami lakukan tiap kali liburan ke Indonesia dan tak sempat sama sekali tahun ini adalah ke Gramedia! Gramedia yang saya maksud adalah toko independennya. Bukan gerai yang ada di mall.

Ya, kami memang selalu ke Gramedia di dua kota tujuan utama liburan kami di Indonesia: Bandung dan Solo. Di Bandung, kami biasa ke Gramedia Merdeka. Di Solo, Gramedia Slamet Riyadi, tentunya. Dua tempat itu tidak pernah kami—dalam hal ini terutama saya dan Butet—lewatkan ... sampai liburan musim panas kemarin ini!

Di Gramedia Merdeka, sambil menemani saya mencari buku, Butet biasa menemukan alat-alat gambarnya. Perlengkapan lukis bermerek Jepang jauh lebih murah di Indonesia ketimbang di Prancis. Bahkan beberapa merek Prancis pun dijual lebih murah di Indonesia lho! Karenanya, Butet selalu kami minta membuat daftar belanja terlebih dahulu, dan kami batasi pendanaannya. Kalau tidak, bisa kalap dia!

Di Gramedia Slamet Riyadi, sambil saya mencari buku juga (!!!), Butet biasa membeli gadget-gadget lucu untuk oleh-oleh teman-temannya. Pensil, bolpoin, rautan ... yang sayang sekali secara kualitas sering kali tak bisa dipertanggungjawabkan. Kami paling suka mencari map dan buku bersampul batik di sana! 

Kami tetap ke Gramedia setiap kali menemukannya di berbagai mall di Bandung dan di Solo. Saat di Yogya juga—dan kami jadi penasaran dengan Gramedia Yogya yang gedungnya megah, yang hanya kami lewati saja. Di Jakarta sebenarnya kami sempat menemui Gramedia. Namun saya menolak, saat Butet mengajak masuk ke sana. Takut tergoda membeli buku! Karena kalau soal buku, saya sudah banyak yang menunggu saya di Solo. 

Sebelum berangkat liburan ke Indonesia, saya sudah sempat membeli buku secara daring. Pre-order untuk karya penulis-penulis favorit saya. Saya kirim ke Solo dan minta disimpankan. Tahun ini ada dua buku Ziggy Zesya dan satu buku Zaky Yamani. Eh, baru sadar kalau dua-duanya berinisial Z! Hehehe.

Untuk Ziggy, saya sudah mulai membeli bukunya di bulan November 2023, saat rilis Pulau Batu di Samudera Buatan—yang sudah saya selesaikan seminggu yang lalu tapi belum saya tulis reviunya sampai saat saya menulis ini. Hanya beberapa bulan sesudah periode libur musim panas tahun lalu.

Tak disangka, awal Juni Ziggy menerbitkan buku baru, Mari Pergi Lebih Jauh. Rupanya Kita Pergi Hari Ini yang sudah saya beli dua tahun lalu ada lanjutannya. Direncanakan, sampai 8 jilid, pula! Saya tak mau ketinggalan pre-order dengan bonus tanda tangan dan pembatas buku rajutannya.

Dan saya membeli 2. Satu lagi untuk sahabat Indonesia di Prancis yang saat pulkam tahun lalu juga membeli Kita Pergi Hari Ini, bilang tak mengerti ceritanya, dan sepertinya tak tahu kalau ada lanjutannya. Tapi sssttt, ulang tahunnya masih akhir Agustus!

Untuk Zaky Yamani saya sempat bimbang. Sepasang Elang dari Diyarbakir adalah buku kedua dari trilogi Perjalanan Mustahil Samiam dari Lisboa. Saya sudah membaca buku pertamanya itu dan sangat menyukainya. Saya ragu, apa lebih baik membeli Kereta Semar Lembu—yang sudah sekian lama saya antri di iPusnas—dulu? Apakah saya perlu membeli buku pertamanya? Namun bimbangnya tak lama. Saya lekas memesan, tak mau melewatkan edisi khusus bertanda tangannya!

Akhirnya saya tak membeli buku Zaky Yamani yang lain. Itu juga, total sudah ada 3 buku untuk saya sendiri. Empat jika ditambah kado untuk teman. Lalu ada satu buku titipan yang dibeli teman lain dan dikirim ke Solo. 

Kemudian dari Bandung saya ingin memboyong Monte Cristo pertama saya yang berbahasa Indonesia—akhirnya! Dan Butet ingin membawa buku Fahrenheit 451 lama saya yang sudah buluk, kuning, dan penuh bercak. Vintage, katanya! Hahaha.

Tetap saja, saat di Bandung, saya tergoda membeli buku Panduan Matematika Terapan karya Triskaidekaman yang sempat saya baca di iPusnas, belum selesai, sudah habis masa pinjamnya, dan belum mendapatkannya kembali setelah sekian lama mengantri. Lalu saat di Solo saya tak mampu menahan diri membeli Pangeran Cilik-nya Antoine de Saint Exupery yang sudah sempat saya timang-timang saat di Gramedia Yogya. Batal beli padahal Butet memboyong Dracula-nya Bram Stoker. Cetakan serial Classic-nya Gramedia bagus. Tak hanya sampulnya saja.

Paksu cukup terpana melihat tumpukan buku saat mengepak koper untuk kembali ke Prancis. Tenang, bawaan kami tak pernah banyak kok. Masih jauh dari batas maksimal berat yang diizinkan.

Kalau tak memikirkan dana dan kapan membacanya, masih ada banyak buku yang ingin saya beli. Tak hanya penulis Indonesia, tapi juga penulis Asia, terutama Jepang dan Korea, yang terjemahan Indonesianya sering kali lebih cepat terbit ketimbang di Prancis.

Ada satu buku yang sudah masuk wishlist saya sejak 2022 dan belum terbeli juga: boxset Rapijali-nya Dee Lestari! Setelah dua tahun berlalu, saya jadi ragu, entah apakah suatu saat akan benar-benar membelinya.


---

Tulisan ini tidak disponsori oleh Gramedia dan semua anak perusahaannya 😜


Comments

Popular posts from this blog

Investasi untuk Anak

Blogger Curcoler? Yes!

Menyusun Tagihan