Susu Moka

Subuh ini kami dibangunkan oleh suara halilintar yang bersahutan, yang sebenarnya sudah mulai jauh sebelum Subuh. Tak putus-putus. Sampai jam 8 pagi lebih.

Setelah itu tenang? Tentu tidak, saudara-saudara. Keberisikan disambung dengan suara bor! Rupanya ada perbaikan saluran air (?) di seberang jalan. Padahal hari ini libur nasional: Kenaikan Bunda Maria.

Tapi semua itu tak mengganggu kenyenyakan si Butet. Dia tetap tidur pulas selepas salat Subuh, dan baru bangun sekitar pukul 10. Memang, berkat turunnya hujan, udara terasa mendingin. Meski suhu masih lebih tinggi dari normal, dan daerah kami masih dinyatakan siaga kuning ... untuk gelombang suhu panas. Karena jadi ada siaga oranye untuk badai petir!

Saya habiskan pagi dengan membaca. Tak lupa rutinitas Duolingo pagi, tentunya. Dan sarapan. Rupanya saya masih menyimpan baumkuchen yang dibeli di Bandung! Masih enak. Bertanggal kedaluarsa 2 Agustus! Hahaha!

Kue ini memang salah satu yang wajib dibeli saat di Indonesia. Sebagai bagian rutinitas ke Alfamart/Indomaret yang tahun ini tak sesering biasanya. Bahkan tidak sama sekali untuk saya.

Baumkuchen ini dibelikan Butet bersama dorayaki kesukaannya saat dia ke Alfamart bersama papanya. Ingat Mama, katanya. Saat dia dan abangnya membeli dorayaki di Chateraisé di Jakarta, dia pun tak lupa membeli baumkuchen yang menemani perjalanan saya ke Bandung naik Whoosh. Dari Alfamart, Butet juga membelikan Ultramilk Moka untuk saya!

Soal perhatian, Butet tak ada tandingannya. Tiap kali ke supermarket dia mengingatkan saya membeli minuman favorit saya itu. Tak selalu saya ikuti, tentunya ya! Seperti sehari sebelum meninggalkan Solo, saya tak mau membeli Ultramilk Moka. Takut tak terminum. Karena tak mungkin dijadikan bekal naik pesawat juga kan!? Dan masih ada satu kotak di persediaan juga.

Seperti di Bandung, susu moka yang saya konsumsi di Solo adalah berkat Butet juga. Tanpa saya minta, dia membelikannya. 

Mungkin susu moka ini satu-satunya yang terpuaskan selama perjalanan singkat liburan kami. Saya meminumnya di setiap kota yang kami kunjungi. Kecuali di Yogya. Kami tak sempat ke swalayan sama sekali.


Ultramilk Moka adalah belanjaan pertama saya sesudah sampai di Indonesia (dua kotak sekaligus! Dan memang habis, selama 3 malam di Jakarta), lalu juga jadi jajanan terakhir di Indomaret bandara Solo (cukup satu saja dan dihabiskan sebelum boarding), bersama kue semir meses yang tak terbeli selama periode liburan.

Yang masih membuat penasaran adalah sirop Marjan rasa moka. Sudah lama sekali saya tak meminumnya. Saya baru menemukannya di hari terakhir sebelum meninggalkan Solo. Mubadzir ditinggalkan, karena tak ada yang suka rasa moka selain saya. 

Namun jelas tak mungkin saya menghabiskan satu botol sirop dalam semalam. Dan saya tak mau membawanya ke rantau. Berat dan terlalu beresiko! 

Hari ini, tepat seminggu saya tak keluar rumah sejak mengantar Ucok ke bandara. Hari ini, rasanya ingin keluar rumah dengan udara yang lebih bersahabat. Namun kami kalah oleh peringatan siaga oranye badai petir yang ternyata tak datang di kota kami. Padahal sebenarnya malam ini jadwal festival kembang api.

Kapan saya akan keluar rumah lagi? Untuk Jumat besok, suhu udara dinyatakan normal, tak ada siaga gelombang panas lagi. Namun masih ada siaga badai petir meski sudah diturunkan ke kuning. 

Ataukah besok saya akan tetap mager? Menikmati udara yang mudah-mudahan segar dengan jendela terbuka lebar setelah sekian lama harus berusaha sedapat mungkin menahan masuknya udara panas ke dalam rumah dan harus puas dengan angin yang datang dari kipas angin yang harus dinyalakan seharian?

Kita lihat saja!


---

P.S. Tulisan ini tidak disponsori oleh Ultramilk dan merek-merek lain yang tersebut di atas 😁


Comments

Popular posts from this blog

Investasi untuk Anak

Blogger Curcoler? Yes!

Menyusun Tagihan