Nähdään Helsinki, Tere Tallinn!
Hari terakhir di Helsinki, kami bergerak lebih pagi. Jam 9-an kami sudah turun sarapan. Kurang strategis sih. Jam segitu, sedang rame-ramenya. Kami tak mendapatkan meja berempat. Beruntung ada pasangan di sebelah meja kosong untuk dua orang yang bersedia kami tumpangi mejanya.
Jam 10 kami sudah selesai. Naik ke kamar, mengambil barang-barang, dan lalu chcek-out. Kami menitipkan koper-koper dan ransel-ransel, kemudian berangkat memanfaatkan sisa waktu di Helsinki.
Tujuan kami adalah ke benteng di Pulau Suomenlinna.
Beteng yang masuk dalam warisan budaya Unesco ini merupakan usulan si Ucok. Saya dan Paksu sempat ragu. Takut terlalu mepet waktu. Ke pelabuhan, menyebrang laut, jalan-jalan di pulaunya, ... Sedangkan feri kami untuk menuju Tallinn dijadwalkan berangkat pukul 19.30.
Ya, tujuan perjalanan kami berikutnya adalah ke Tallinn, Estonia.
Ucok kami minta mencari informasi lebih detil. Dan dia menemukan bahwa penyeberangan ke pulau hanya memakan waktu setengah jam saja. Kapal bisa kami naiki dengan menggunakan tiket transport biasa. Jadwal kapal dan juga tram tidak berbeda meski di hari Minggu.
Jam 11 kami sudah di pelabuhan. Ternyata, moda transportasi yang masuk dalam tiket umum biasa adalah feri. Bukan bus air, seperti yang kami kira. Malah kebetulan. Karena feri lebih besar, lebih nyaman, dan perjalanan hanya memakan waktu 15 menit.
Padahal feri berjalan tidak cepat. Seakan memberi kesempatan pada para penumpang untuk menikmati pemandangan. Feri melewati beberapa pulau kecil. Ada yang kosong, ada pula yang meperlihatkan satu rumah di atasnya. Entah siapa yang tinggal di sana.
Sampai di pulau, kami ke kantor pusat pengunjung. Niatnya mencari peta. Ternyata kosong, tak ada peta kertas. Namun personil di sana memberi tip untuk mengikuti petunjuk jalan berwarna biru, untuk tak melewatkan objek-objek menarik.
Petunjuk jalan mengarahkan pengunjung ke objek utama: Gerbang Sang Raja yang berjarak 1,5 km dari pelabuhan. Jalur biru mengantarkan pengunjung dengan efektif. Asal tidak belok-belok dan mampir-mampir saja. Seperti si Ucok yang ingin mengunjungi pameran pembuatan kapal, Butet yang berhenti untuk menggambar, atau saya yang tetiba ingat jatuh di demotion zone Duolingo. Eh? Hahaha.
Kami jalan santai juga. Menikmati udara segar pulau tanpa kendaraan bermotor. Kabut sempat datang. Alhamdulillah hujan yang diprakirakan tidak turun. Tak lupa menghormati privasi penduduk lokal juga ya. Karena Suomenlinna adalah pulau berpenghuni.
Salah satu hal yang berkesan, saya temukan di toilet. Toiletnya jelas bukan yang terbaik dari yang saya temui. Namun di sana, saya baru menyadari bahwa air keran di Finlandia adalah air terbersih di dunia berdasar WHO. Sayang sekali saya tidak mengambil foto stiker yang tertempel di dinding toilet.
Setelah mencapai Gerbang Sang Raja, kami menyusuri jalan balik ke pelabuhan. Ucok dan papanya menyempatkan mengunjungi kapal selam bekas perang dunia kedua yang digunakan untuk menyerang Rusia (heu). Butet dan saya memilih duduk-duduk dan ke toko suvenir di mana lagi-lagi belanja produk Moomin! Kali ini dia bayar sendiri dengan uang hasil menjaga kucing teman. Lumayaaan.
Kami kembali ke kota sekitar jam 3. Lapar. Di pulau tak ada tempat makan yang menarik. Dan kami sudah melirik kedai-kedai di pasar di pelabuhan dengan menu khas ikan-ikanan.
Merasa masih ada waktu, kami berputar ke Normal sebelum kembali ke hotel. Butet ingin mencari ... ya, Moomin lagi! Bukan suvenir sih. Lebih ke biskuit dan permen yang harga di Normal lebih murah ketimbang di tempat lain.
Kami sampai di hotel jam 17, sesuai dengan yang kami harapkan. Duduk sejenak, mengambil barang, kami keluar lagi. Mengambil tram ke arah pelabuhan feri kami. Ternyata terlalu cepat. Pelabuhan masih kosong. Kami memanfaatkan waktu dengan mengisi daya ponsel. Saya dan Butet bermain Uno!
Tiket feri kami tanpa nomor tempat duduk. Ternyata feri ini seperti mall berjalan saja. Penumpang bebas duduk di mana saja, kecuali di tempat duduk berbayar di ruang khusus.
Belum juga jam 19.15, feri sudah meninggalkan pelabuhan Helsinki. Kami sempatkan makan malam jam 8 lebih. Saya yang belum lapar karena makan siang yang sangat lambat, memuaskan kepenasaran akan sup ikan salmon khas Finlandia. Butet menyesal tak jadi membeli tumbler Moomin (bener-bener deh!) di feri karena di luar mahal sekali!
Berangkat cepat, sampainya juga lebih cepat dong ya!? Menjelang jam 10 malam kami sudah check in di hotel. Kali ini, seperti di Visby, kami kembali mendapatkan kamar dengan pemandangan ke laut. Kebetulan kami masuk saat menjelang matahari terbenam.
Tadinya berniat makan lagi dengan pesan antar, kami semua akhirnya memilih istirahat saja. Menyiapkan tenaga untuk esok hari. Semoga, seperti biasa, cuaca mendukung. Tidak seperti yang diprakirakan setiap hari di sepanjang perjalanan kami.
Comments
Post a Comment