Visby H—2

Udara yang dingin—dibanding panasnya Cannes belakangan ini—membuat kami nyenyak tidur. Tapi tak bisa tidur panjang juga. Pasalnya, matahari sudah terbit jam 4 pagi! Jam 5 saja sudah terang benderang. 

Sempat tidur lagi sesudah Subuh sih. Tapi tak lama. Apartemen yang terletak di lantai 3 tak memiliki gorden selain di kamar tidur. Walhasil, sinar matahari yang masuk mau tak mau membangunkan kami. 

Meski bangun pagi, kami tak langsung beranjak juga. Kami bersantai dengan alasan menunggu Paksu yang ada meeting mulai jam 11.30. Mau keluar sekalian makan siang saja, ceritanya.

Dan begitulah. Kami keluar makan siang di kedai burger langganan mahasiswa di saat longgar dana. Empat tahun yang lalu kami tak sempat ke sana karena jam 7 malam sudah tutup. Dan sepertinya hari ini adalah kesempatan satu-satunya untuk makan di sana.

Lho? Jadi sudah ada rencana untuk Kamis?

Ceritanya besok saja ya.

Yang jelas kami ragu Jumat bisa makan siang dengan tenang karena sudah harus meninggalkan Visby pukul 14.20. Yang itu ceritanya nanti juga.

Seusai makan, Paksu kembali ke hotel. Masih ada meeting lagi. Tak direncanakan. Saya dan Butet? Berbeda dengan kebiasaan liburan kami yang memaksimalkan kunjungan museum dan bangunan bersejarah, kali ini kami ... shopping!

Jangan membayangkan shopping barang mewah yaaa! Tidak ada merek mewah juga di area perbelanjaan Östercentrum! Hahaha.

Pertama, kami ke Normal. Awalnya melihat-lihat saja, saya kabulkan permintaan Butet untuk membeli set kartu Uno yang sudah lama diidamkannya. Hanya 90 kronor! Butet juga membeli coklat Milka isi krim dan stroberi yang tak ada di Prancis. 

Setelah itu kami ke Clas Ohlson di mana 4 tahun yang lalu Butet menemukan spidol Pro Marker satuan. Ternyata sekarang harganya lebih mahal ketimbang di Prancis. Jadi kami tak membeli.

Kami melanjutkan ke Flying Tiger yang mengadakan diskonan untuk beberapa barangnya, seperti toko-toko fesyen di sekitarnya. Namun tak ada yang menarik. 

Lalu kami menyeberang ke H&M. Di sana Butet mendapatkan rok cantik dengan harga 60 kronor saja (dari harga awal 199 sek), dan saya membeli celana panjang (90 sek dari harga awal 249 sek) yang tak bisa langsung dikenakan karena kepanjangan! Hahaha.

Lewat pintu belakang, kami ke lorong lain dari Östercentrum. Kami masuk ke Stadium, toko perlengkapan olah raga, semacam Decathlon-nya Swedia. Butet ingin jas hujan yang sama persis dengan yang kami beli di sana 4 tahun yang lalu. Kali ini ukuran dewasa. Ada. Tapi tak langsung beli karena sebelumnya papanya sempat protes saat Butet mengutarakan niatnya itu. Perlu negosiasi lagi!

Kami sudah mulai merasa lelah dan memilih kembali ke hotel. Namun kami sempatkan masuk ke Åhlens. Butet berharap menemukan merek aksesoris Swedia yang sempat ditaksirnya di bandara Arlanda. Ternyata tidak ada. 

Sampai hotel, saya sempat menyesalkan, mengapa kami tak memutar jalan, menyusuri jalur turistik? Namun memang kami sudah benar-benar lelah juga. Lagipula, sebelum menuju pusat perbelanjaan, kami telah menyempatkan mengunjungi katedral Visby, Visby Domkyrka

Empat tahun yang lalu, dua kali lewat ke sana, kami tak bisa masuk karena selalu sedang ada acara keagamaan. Dan ternyata, tahun ini adalah peringatan 800 tahunnya! Ada beberapa acara untuk merayakannya. Sayangnya, tidak cocok dengan jadwal kami.

Tak lupa kami naik ke bukit kecil di belakang katedral dan mengagumi pemandangan kota Visby yang mengilhami Miyazaki Hayao dalam mendesain kota Kuruko untuk film Kiki's Delivery Service. Pemandangan yang tak berubah, dibanding 4 tahun yang lalu.

Kemudian kami menyusuri jalanan kecil menuju area perbelanjaan. Visby sedang berwarna-warni dan wangi karena berada di tengah musim mekarnya bunga mawar, yang pada akhir Agustus 2021 sudah mulai layu.

Saya dan Butet beristirahat dengan bermain Uno. Setelah salat, kami bertiga keluar lagi untuk membeli makan malam. Berkencan dengan si Ucok untuk bertemu di sebuah rumah makan Thailand. Kami makan bersama berempat di penginapan saja. Lebih tenang. 

Untuk dessert-nya, kami membeli Princess Cake dari supermarket Ica. Butet sampai protes karena saat di Arlanda saya sudah sempat membelinya. Ceritanya balas dendam, karena 4 tahun yang lalu tak kesampaian makan kue khas Swedia ini! Hahaha. Ternyata buatan supermarket enak juga tuh!

Usai makan malam, Ucok kembali ke asramanya. Saya dan Butet menanti matahari terbenam dari jendela penginapan. Sayangnya, horison tertutup awan rendah. Sunset Rabu ini tak seindah yang kami lihat secara kebetulan di hari pertama.

Langit Visby yang masih kemerahan di lewat jam 11 malam



Comments

Popular posts from this blog

Menengok Ketentuan Pemberian Nama Anak di Prancis

Perjalanan Bela Bangsa

Foto Kelas