Badai Benjamin
Ada badai Benjamin yang lewat Prancis hari ini. Meteo France menetapkan vigilance jaune untuk sebagian wilayah. Sebagian lagi orange. Termasuk département Haut de France di mana terdapat Valenciennes. Dan Alpes Maritimes, département-nya Cannes!
Angin bertiup kencang sejak pagi di Valenciennes. Hujan menyusul sekitar jam 8. Kami membatalkan agenda makan siang di luar. Saya juga enggan keluar belanja ke boucherie halal, mencoba mencari bebek yang rencananya dimasak untuk menggantikan jajan ke restoran.
Hujannya sih sebenarnya kecil saja. Namun kami takut menghadapi angin yang katanya mencapai 85 km/jam! Kami memilih pasrah sekalian menghabiskan salmon dan gnocchi yang expired kemarin untuk makan siang. Makan malamnya menghabiskan sisa nasi ditemani burger steak. Sekalian biar tak meninggalkan makanan selama praktis 4 hari kami ke Lille mulai Jumat pagi hingga Senin siang.
Kami menghabiskan hari dengan menonton serial dokumenter di Netflix—yang tak akan saya detilkan di sini karena ada cerita serunya, Butet mencicil tugas kuliahnya, dan saya berusaha meneruskan tantangan blogging MGN yang bulan ini temanya cukup mengintimidasi: Menyelami Orisinalitas dalam Adaptasi Karya Lintas Medium. Heu....
Di sela-sela menggambar—ya, pe-ernya memang tak jauh-jauh dari menggambar dan ada banyak sekali!—Butet melanjutkan crochetting. Syal yang diinginkannya sudah mulai terbentuk. Baru sepertiganya sih, sepertinya. Dia memang mengerjakannya pelan saja. Santai. Langsung berhenti saat merasa tangannya lelah. Tak menunggu sampai sakit.
Membaca juga menjadi salah satu alternatif kami sambil mendengarkan suara angin di luar. Apalagi Butet harus mempelajari referensi komik superhero yang bukan merupakan bahan bacaan standarnya.
Kami menyempatkan mencuci baju. Dengan sebagian besar penghuni asrama pulang liburan, akses ke mesin cuci jadi lebih murah. Tak perlu antri. Meski sudah ada aplikasi untuk memantau pemakaian mesin, tetap saja lebih santai saat tak ada orang yang mungkin menunggu giliran kan!?
Angin kencang sempat mereda menjelang Magrib. Pemandangan matahari terbenam terlihat indah dari jendela kamar. Saya jadi menyadari betapa posisi matahari sudah bergeser cukup jauh ketimbang akhir Agustus.
Saya sempat mengusulkan pada Butet untuk keluar. Untung saja anaknya mager. Eh? Hehehe. Karena ternyata angin kencang kembali datang dan belum mereda hingga menjelang tengah malam begini.
Sampai saat ini saya membaca di media online ada satu korban jiwa yang terbawa banjir di Korsika. Beberapa daerah masih mengalami mati listrik. Besok diprakirakan angin masih cukup kencang. Namun vigilance diturunkan ke kuning saja. Tidak oranye lagi. Semoga semua segera kembali aman dan segala masalah lekas terselesaikan.

Comments
Post a Comment