Furcy: Né Libre
Hari kedua Rencotres Cinematographiques de Cannes (RCC), saya ragu. Mau menonton film Furcy: Né Libre yang dijadwalkan dihadiri oleh kru filmnya, atau Follemente yang pasti lebih ringan dan sudah dikabarkan merupakan komedi yang menyegarkan?
Pilihan akhirnya jatuh ke Furcy, dan saya tak menyesalinya!
Furcy: Lahir Merdeka
Menceritakan tentang Furcy, seorang budak di salah satu koloni Prancis yang ibunya baru saja meninggal dunia. Saat melihat-lihat barang simpanan sang ibu, Furcy menemukan surat pembebasan ibunya dari majikan sebelumnya. Yang itu artinya Furcy pun sebagai anak adalah manusia merdeka. Bukan budak!
Furcy melarikan diri dan mencari bantuan kepada jaksa setempat untuk meresmikan kemerdekaannya. Namun tuannya tak mau melepaskannya begitu saja. Furcy malah dituntut karena melarikan diri dari kewajibannya sebagai budak.
Pengadilan memutuskan bahwa Furcy adalah manusia merdeka. Sayangnya kebebasan itu tidak berlangsung lama. Furcy kembali ditangkap dan dijebloskan ke penjara, masih dengan tuduhan melarikan diri. Dia bahkan kemudian dibawa ke koloni Prancis yang lain dan dijadikan budak di sana selama berpuluh tahun!
Furcy baru merasakan sedikit kebebasan saat tornado memorakporandakan pulau dan memakan banyak korban, harta dan jiwa. Furcy yang selamat, dengan kemampuannya membuat permen membantu memulihkan perekonomian tuannya. Dia bisa menjalin kontak dengan seorang pengacara yang membantunya kembali memperjuangkan kebebasannya. Furcy bersemangat, meski perjalanannya masih panjang.
Kisah Nyata
Seperti halnya Les Gouteuses d'Hitler, film ini juga merupakan adaptasi dari buku. Kali ini biografi, bukan fiksi: L’affaire de l’Esclave Furcy karya Mohamed Aïssaoui.
Saya belum membaca bukunya. Namun dengan membaca sinopsisnya saja, kita sudah bisa mengetahui jalannya cerita. Apalagi ini kisah nyata. Dan itulah yang membuat saya ragu untuk menonton filmnya.
Bukaaan, bukan karena jadi tak tertarik. Saya takut akan ada banyak adegan yang mengerikan dan penuh kekerasan. Apalagi kisah berlangsung selama 3 dekade: 1817—1843!
Dan ternyata ... memang ada. Namanya juga masa-masa perbudakan kan ya!? Namun tak sebanyak yang saya khawatirkan. Bahkan di bagian awal saya sempat mengagumi bagaimana sutradara bisa menghadirkan adegan kekerasan tanpa menampilkan secara visual langsung pada tindakannya, tapi lebih ke ekspresi pelaku dan suara yang sudah cukup membuat kita nyeri.
Kalau akhirnya saya memutuskan untuk menontonnya, itu karena ada kru film yang dijadwalkan hadir. Dan ternyata yang hadir adalah sutradaranya sendiri: Abd Al-Malik! Dan memang karena penyanyi rap ini sutradaranyalah yang menjadi salah satu faktor ketertarikan saya untuk menonton filmnya!
Fokus pada Sisi Positif!
Abd Al-Malik dikenal sebagai selebrita yang menebarkan nilai kedamaian. Muallaf berdarah Kongo ini sering menekankan kepositifan. Dan ini saya tangkap saat pembukaan sebelum pemutaran film dan saat diskusi sesudahnya.
Salah satu yang sempat saya rekam adalah bagaimana dari film Furcy kita tak boleh hanya melihat ketidakadilan yang terjadi saat itu. Kita harus lebih fokus pada orang-orang seperti jaksa Boucher yang kemudian menjadi pengacara Furcy, yang selama berpuluh tahun memperjuangkan kebebasannya, juga dihapusnya perbudakan dari bumi, khususnya Prancis.
Abd Al-Malik menekankan bahwa memang Prancis tidak sempurna. Masih ada diskriminasi di mana-mana. Namun dia mengajak untuk lebih berkonsentrasi pada hal-hal positif, yang sudah ada maupun yang bisa kita lakukan bersama.
Sejarah Kelam Perbudakan
Diskusi berjalan sampai panitia mengingatkan bahwa masih ada jadwal pemutaran film lain yang menunggu. Sutradara masih dengan ramah melayani sapaan dan pertanyaan penonton, apalagi hari itu ada siswa-siswi SMA yang hadir. Saya sempat berinteraksi dengan beberapa di antaranya yang menyatakan menyukai filmnya.
Film ini memperluas wawasan saya tentang sejarah kelam perbudakan di Prancis. Meski sudah mengetahui jalan cerita dan akhirnya, saya tetap bisa menikmati film ini. Ritmenya terjaga dengan baik selama 1 jam 48 menit. Seritmik rap yang membuka dan menutup filmnya.
Film ini baru akan dirilis untuk umum pada 14 Januari 2026 mendatang. Apakah bisa menembus pasar dunia? Apakah akan masuk Indonesia? Kita tunggu saja!




Comments
Post a Comment