Perjalanan Butet ke Dublin

Dua minggu ini rasanya padat sekali. Karena Festival Film Cannes dimulai 16 Mei? Nggak lah. Meski memang ada sedikit unsurnya juga, tapi bukan itu. Jelas lebih ke karena 16 Mei lalu Butet berangkat voyage scolaire alias karyawisata alias study tour ke Dublin. 

Ya. Untuk pertama kalinya Butet ke luar negeri sendirian. Langsung keluar Uni Eropa, pula!

Perjalanan ini jelas bukan pertama kalinya Butet karyawisata dengan menginap. Baru masuk collège (SMP, setingkat kelas 6), sudah ada perjalanan ke American Village. Menginap lima hari empat malam untuk memperdalam bahasa Inggris. Lalu tahun lalu ikut perjalanan ke Nimes. Tiga hari saja. Mengunjungi situs-situs peninggalan Romawi. 

Keduanya tak jauh. Masih dekat-dekat sini. Belum keluar region (setingkat provinsi), malahan. Sebenarnya sudah sempat akan ke luar negeri. Ke Jerman. Dijadwalkan Mei 2020. Ya ... bisa ditebak kenapa dibatalkan.

Perjalanan ke Dublin ini agak mengejutkan kami. Dari awal tahun ajaran, yang dibicarakan adalah perjalanan ke Wina untuk kelas Bahasa Jerman. Di akhir Desember, tepat sebelum libur Natal dan Tahun Baru, kami menerima informasi mengenai rencana perjalanan untuk kelas Eropa ini, yang harus dijawab paling lambat hari pertama masuk sekolah lagi di tahun baru!

Namun kami tak langsung menjawab. Perlu visa untuk WNI ke Irlandia, kan!?

Kami menghitung-hitung apakah masih sempat mendapatkan visa untuk pergi di bulan Mei. Apakah ada waktu untuk ke Paris? Karena permohonan harus dilakukan di sana. Kami juga mempertimbangkan apakah lebih baik melakukan permohonan kewarganegaraan Prancis saja untuk Butet? Toh Butet sebagai yang masih belum dewasa, masih memiliki hak untuk dua kewarganegaraan. Karena kalau ini bsia dilakukan di Cannes. Prosesnya juga cepat mengingat Butet lahir dan besar di Prancis.

Setelah kami fixed memutuskan untuk mengambil visa saja, saya mencari-cari informasi mengenainya. Saya mendapatkan di website kedutaan Irlandia bahwa untuk anak warga negara non Uni Eropa yang tinggal di Uni Eropa bisa melakukan karyawisata bersama sekolahnya tanpa visa! Cukup sekolah mendaftar identitas anak-anak non Uni Eropa itu sebelum masuk ke wilayah Irlandia dalam formulir yang sudah tersedia.

Perlu diingat bahwa warga negara Uni Eropa bisa memasuki Britania Raya tanpa visa.

Saya ingat seorang teman pasangan WNI yang anaknya sempat ke Irlandia juga. Saya mengontaknya. Dan ternyata memang anaknya itu tidak memerlukan visa. Cuma, teman saya tak paham kenapanya. Mereka sudah mengirim berkas ke kedutaan, tapi kemudian dikembalikan karena tak perlu visa itu tadi.

Kami pun segera konfirmasi keikutsertaan Butet di karyawisata. Sehari kemudian, ada pengumuman karyawisata ke Wina! Karyawisata diadakan tepat seminggu sebelum agenda ke Dublin. Pulang Sabtu dari Wina, Selasa sudah berangkat ke Dublin!

Wah, sempat bimbang juga. Bagaimanapun juga, biayanya tidak kecil. Uang alhamdulillah ada. Tapi apakah lumrah mengeluarkan biaya sebesar itu dadakan? Lagipula jarak perjalanannya terlalu mepet.

Saya dan suami memutuskan untuk salah satu saja. Kami menawarkan ke Butet untuk memilih, mau tetap ke Dublin yang sudah didaftarkan atau ganti ke Wina. Saya bilang padanya bahwa saya akan mengurus semuanya.

Tentu saya melihat kekecewaan di mata Butet. Apalagi kebanyakan teman-temannya yang juga berkesempatan, mengambil keduanya! Ingat bahwa karyawisata yang ke Dublin hanya untuk siswa kelas Eropa, dan yang ke Wina hanya untuk kelas bahasa Jerman. Namun dia juga paham bahwa itu berlebihan. Dan dia memilih Dublin karena lebih banyak teman dekatnya di kelas Eropa.

Belakangan ternyata ada anak yang tidak mengambil keduanya karena alasan biaya. Ada yang mengambil salah satu saja seperti Butet. Dan sahabat dekat Butet sendiri tak pergi sama sekali karena ada kompetisi saat agenda ke Dublin, dan dia tak mau ke Wina tanpa Butet.

Begitu diumumkan dokumen-dokumen apa saja yang harus dikumpulkan untuk perjalanan, saya segera meminta Butet menyerahkannya ke sekolah. Berkas saya tambahkan catatan mengenai kondisi Butet. Dan ternyata guru penyelenggara baru menyadari, bahwa di antara peserta ada tiga anak yang tidak berkewarganegaraan Uni Eropa. Butet, dan dua lagi anak Rusia! Rusia! Kali ini, jelas mereka yang lebih mendatangkan masalah untuk perjalanan!

AlhamduliLlah semua lancar. Baik bagi Butet, maupun teman-temannya semua. Imigrasi, perjalanan, semua lancar. Hanya soal makanan yang dia cukup protes. 

Butet pulang tanggal 20 dengan gembira. Membawa suvenir lonceng kecil Irlandia untuk melengkapi koleksinya. Dia juga membeli dua buku. Rupanya harga buku berbahasa Inggris jauh lebih murah di Dublin ketimbang di Prancis. Kalau tak memikirkan bagasi, dia mau beli lebih banyak lagi, katanya!

Butet juga membeli oleh-oleh pembatas buku untuk saya dan pin untuk menambah koleksi abangnya. Tapi tidak ada oleh-oleh untuk papanya yang justru sumber dana uang sakunya. Walaaahhhh.

Semoga perjalanannya membawa manfaat dan makin membuka wawasannya. Aamiin.


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi