Wisata Tipis-tipis di kota Marseille

Seusai salat Id dan makan-makan di konsulat, kami kembali ke hotel. Rencana langsung jalan-jalan kalah oleh kelelahan berjalan kaki 1,5 km demi tak mau ribet membeli tiket bus. Kalah oleh tuntutan badan yang sudah terbawa kebiasaan tidur habis Subuh selama Ramadan juga siiih.

Sebelum ke hotel, kami membeli wrap di Carrefour City yang hanya di belokan dekat hotel untuk makan siang Butet. Saya dan suami masih kenyang ketupat di konsulat. Dan lagi-lagi perut masih terbiasa mode Ramadan. Yang sayangnya adaptasinya cepat sekali, kembali menuntut makan tiga kali sehari dari keesokan harinya juga. Hadeuh!

Sampai hotel, suami langsung tidur. Saya dan Butet masih ngobrol. Kami baru mengantuk ... tentu saja menjelang masa suami cukup tidurnya!

Rencana untuk ke Notre Dame de la Garde pun batal. Akses ke katedral ditutup jam 18. Kami baru keluar menjelang jam 5. Kemepetan! Suami mengusulkan untuk jalan-jalan ke pantai, kemudian sekalian lanjut mencari makan malam di daerah Vieux Port.

Kami naik bus yang amat sangat penuh. Banyak pemudi berhijab. Habis berlebaran juga? Atau menuju lokasi kumpul berlebaran? Atau sedang perjalanan keliling bersilaturahmi?

Di dalam bus itulah saya memperhatikan ada banyak sekali yang mengenakan pakaian nuansa hijau. Belakangan, warna hijau itu jadi bahasan di wag persepupuan. Dan ternyata sage memang sedang ngetrend sebagai pilihan warna baju lebaran, rupanya!

Enfin bref!

Monument aux morts de l’Armée d’Orient et ses alentours

Turun dari bus, saya pikir suami membawa kami ke pantai apa? (Ya, kali ini saya tak terlalu bertanya-tanya dibawa ke mana.) Apa yang spesial, secara ini Laut Tengah yang sama dengan yang di Cannes? Ada monumen besar sekali. Ke sana kah? Wah, sedang ada proyek pembangunan entah apa. Kami tak bisa mengakses pantai!

Pemandangan viaduk dari arah pantai

Namun rupanya, yang dicarinya bukan di arah laut, melainkan di daratan!

Papan keterangan tentang sejarah Vallon des Auffes

Le Vallon des Auffes merupakan perkampungan nelayan yang unik. Di lembah yang terletak di sepanjang bantaran sungai yang sudah dekat ke muaranya itu, tertata rapi rumah-rumah kecil yang warna-warni. 

Gang kecil yang khas

Kami turun dari viaduk, lalu berjalan-jalan menyusuri tepian sungai yang cukup ramai dengan turis. Memang sudah masuk masa liburan sekolah juga untuk zona B. Para turis berjalan-jalan atau makan kudapan di restoran yang menggelar meja di luar di hari yang cerah itu. Penduduk lokal sibuk dengan kapal-kapal mereka.

Kapal berjajar rapi

Kami menyeberangi sungai, melanjutkan jalan, berniat naik dari sisi lain viaduc. Namun kami harus berbalik karena ternyata tak ada jalan. Di ujung jalur, ada teluk kecil yang ditata untuk mereka yang mau berenang dengan tenang. Dilindungi oleh bebatuan alami dari ombak besar yang mungkin datang, dibangun tangga ke air yang jelas bukan alami.

Pemandangan dari atas viaduk

Kami pun naik kembali ke atas. Menunggu bus, melanjutkan jalurnya yang ke kota. Ke daerah pelabuhan untuk mencari makan malam.

Tak disangka, ternyata keesokan harinya, dalam perjalanan pulang, kami lewat daerah restoran tempat kami makan itu. Suami memesan tempat makan di daerah pelabuhan lagi, namun di sisi lain.

Kami ketinggalan bus untuk menyambung ke sisi lain. Google map menyarankan naik kapal! Dan ternyata galangan kapalnya hanya terletak di seberang halte bus yang kami tunggu!

Tiket untuk naik kapal transportasi umum

Dengan 0,50 euro saja per orang, kami naik kapal menyeberangi Vieux Port. Memang hanya lima menit perjalanan. Tapi lumayan juga, daripada memutar berjalan kaki dengan membawa bagasi. Lagipula pemandangannya jelas lain dari atas air, kan!?

Pemandangan ke arah kota dari arah laut

Transportasi kapal ini sepertinya digunakan mereka yang hendak ke arah mairie (kantor balaikota), tapi harus parkir di seberangnya. Saat naik kapal, ternyata kami membersamai rombongan pengantin perempuan. Agak heran kenapa kami diburu-buru turun. Baru sadar setelah terlihat penyambutan yang meriah, karena penganten mengenakan gaun sederhana saja. 

Pemandangan dari depan mairie dengan antrian turis untuk naik kereta wisata ke Notre Dame de la Garde

Begitulah akhirnya ada episode wisata dalam perjalanan merayakan Lebaran kami kali ini. Tak hanya sebatas terbirit-birit pergi, salat Id, makan-makan, lalu pulang lagi. Semoga Lebaran tahun depan bisa santai menikmati perjalanan seperti ini. Juga Lebaran-lebaran berikutnya. Aamiin.

Pemandangan perkebunan anggur sepanjang perjalanan Marseille-Cannes dari dalam bus







Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi