Resmi Tak Bertelevisi

Sudah beberapa tahun belakangan saya jarang ngulik Facebook. Mungkin sejak usainya kuncitara pertama di Prancis di mana saya menulis catatan harian di sana. Sesudah itu saya pindah ke blog ini.

Awalnya, saya masih nulis posting di sana sesekali. Perlahan, saya menghilang. Paling hanya share info saja. Jarang membuat posting baru.

Sejak ikut Kelas Literasi Ibu Profesional dan tantangan setoran tulisan harian dengan batasan minimal jumlah katanya, menulis di Facebook memang jadi terlalu mengikat. Namun saat menulis panjang, tidak ada yang baca. Rasanya malas posting di Facebook kalau tak ada yang nge-like. Padahal kalau di blog, tak ada yang berkunjung rasanya biasa-biasa saja.

Sinergia Artmazing Challenge pun saya tinggalkan. Hanya ikut di Januari dan Desember. Tapi tahun 2022 kemarin saya sudah tak ikut lagi. Menulis dengan tema yang ditentukan memang tak mudah. Apalagi kalau harus setiap hari, meski hanya selama seminggu dan tak ada tuntutan jumlah kata.

Saya masih cek Facebook hampir tiap hari. Melihat-lihat, tapi tak seintens dulu-dulu lagi. Terutama untuk mengecek Facebook Group komunitas di mana saya ikut menjadi pengurus; KLIP dan MPP (Majelis Pengajian Prancis).

Saya suka mengecek bagian Souvenirs di Facebook. Mengingatkan apa yang sudah saya posting sebelumnya di hari yang sama.

Hari ini 3 tahun yang lalu ternyata saya baru saja menyelesaikan MOOC Introduction to Classical Music di Coursera. Kebetulan sekali baru beberapa hari yang lalu saya mendaftar MOOC La musique, quelle histoire! di France Université Numerique. Makanya saya langsung semangat share Souvenir, mencatatkan kok ya pas November juga ikut MOOC tentang musik. Apalagi sudah setahun lebih saya tak ikut MOOC sama sekali. Dengan berbagai alasan.

Sesudah posting, scroll souvenir ke bawah, ternyata ada satus lain yang menarik: tepat 13 tahun yang lalu kami menerima monitor baru!

Apa menariknya?

Menariknya adalah bahwa tepat kemarin malam, monitor itu tidak mau menampilkan gambar!!!

Ceritanya, kami menggunakan monitor LG itu untuk menonton televisi. Tidak mudah menyambungkannya ke dekoder. Monitor kami itu masih peritel dan tidak memiliki built-in speaker. Saya membeli adaptor untuk peritel ke hdmi dengan sambungan audio-out ke speaker eksternal. Petugas penyambung internet saja kagum melihat instalasi saya!

Dengan perkembangan internet terbaru, tidak semua dekoder provider televisi digital bisa di-support oleh monitor jadul itu. Kami sempat benar-benar tak bisa menonton televisi selama bertahun-tahun karenanya. Provider yang sekarang ini baru mulai tahun 2021 dan kebetulan dekoder tv-nya masih disupport sama monitor.

Sudah lama juga kami tak menonton televisi. Televisi lebih digunakan untuk meng-cast youtube. Atau nonton youtube langsung. Terakhir kali, kami menonton bulu tangkis Jerman Open (?) hari Minggu yang lalu.

Kemarin kami ingin menonton siaran tunda NRJ Music Award yang diselenggarakan di Cannes. Terdengar suara khas di speaker saat dekoder dinyalakan. Tapi tak ada reaksi di layar. Saya lihat, lampu remote control sepertinya tidak menyala. Mungkin habis batre?

Saya coba ganti batre remote tetap tak menyala. Saya perhatikan, biasanya monitor kedip-kedip stand by. Dimatikan kah? Saya coba sentuh berkali-kali tombol taktil on/off-nya tetap tak ada reaksi.

Iseng, saya coba cast youtube. Ternyata dekoder menerima dengan baik. Speaker mengeluarkan suara dengan lancar. Namun monitor tetap tak bereaksi! 

Sempat bertanya-tanya, memang berapa umur monitor kami? Dan terjawab dengan Souvenir Facebook 11 November 13 tahun yang lalu itu!

Sejak kapan ya, monitor itu tak berfungsi lagi? Rasanya hari Minggu dimatikan normal. Cuaca cukup bagus seminggu ini. Segala badai sudah berlalu hari Minggu itu juga.

Atau ada update software dekoder dari provider internetnya?

Entahlah.

Yang jelas kami jadi benar-benar tak punya televisi. Tapi kami jadi serasa punya sound system lumayan oke secara masih bisa cast video dari Youtube ke decoder yang kemudian menampilkan suara melalui speaker, dengan tanpa tampilan gambar di layar monitor yang tetap gelap saja.

Akankah kami mengganti monitor ini? Atau akhirnya sekalian membeli televisi?

Kita lihat saja nanti!


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah