Perfect Days

Rabu 29 November 2023 ini adalah hari resmi rilis film Perfect Days di Prancis. Saya sudah nonton dong! Tapi bukan saat Festival Cannes, Mei 2023 yang lalu. 

Film karya sutradara Wim Wenders ini masuk dalam seleksi resmi kompetisi dalam Festival Film Internasional itu. Saya yang cuma rakyat jelata tak bisa menontonnya. Saya baru menontonnya saat ada pemutaran premier 12 November lalu di bioskop Arcades kesayangan.

Petugas Kebersihan Toilet Umum

Menceritakan tentang keseharian Hirayama (diperankan oleh Yakusho Koji) yang bekerja sebagai petugas kebersihan toilet umum di Tokyo. Dari bangun pagi dengan suara gesekan sapu oleh penyapu jalan, berangkat bekerja ditemani musik, saatnya bekerja, makan siang di taman, hingga pulang, membaca buku, lalu tidur. Hirayama terlihat bahagia dengan kehidupannya yang sederhana.

Diperlihatkan bagaimana interaksinya dengan orang lain. Orang-orang yang ingin menggunakan toilet padahal sedang dalam proses dibersihkan, permainan tictactoe yang diselipkan dekat wastafel, atau ibu yang langsung mengelap tangan anak yang akhirnya ditemukannya ditemani Hirayama.

今度は今度,今は今

Suatu hari keponakannya Niko (diperankan oleh Nakano Arisa) datang. Dia kabur dari rumah. Niko menginap beberapa hari di rumah pamannya itu. Rutinitas Hirayama pun berubah.

Club Cinéma

Saya menonton berdua suami. Sudah lama juga nggak kencan nonton begini. Sejak sebelum pandemi, sepertinya. Kami sudah berencana menonton film ini sesudah melihat pengumuman premier-nya saat menonton The Boy and the Heron di bioskop yang sama.

Sebenarnya kami menawari Butet yang sempat berminat ikut. Namun ternyata dia kelelahan. Tak mampu bangun pagi mengejar jadwal pemutaran film yang sebenarnya tak pagi-pagi amat: jam 10.30.

Harga spesial pertunjukan sebelum tengah hari

Saya tak memperhatikan bahwa acara premier ini diselenggarakan oleh Club Cinéma, klub pecinta film di Cannes. Sebelum pemutaran film, ketua Club pidato sebentar. Beliau menceritakan tentang Wim Wenders dan cerita pembuatan filmnya, yang ndilalah kok ya baru saja saya baca. Sepertinya sumber informasi kami sama!

Rajin amat, saya baca-baca informasi? Ya karena film ini unik. Sutradaranya orang Jerman, tapi filmnya berbahasa Jepang. Memang settingnya di Jepang sih. Mengingatkan pada film Broker-nya sutradara Jepang Koreeda Hirokazu yang bersetting dan berbahasa Korea. Saya menonton dengan takarir berbahasa Prancis, tentu saja!

Atmosfir 80-an

Film berdurasi 1 jam 59 menit. Tak ada yang berbicara dalam film selama lebih dari 10 menit pertama. Hanya gambar-gambar saja. Kalimat pertama yang terdengar di film berasal dari toilet! Hahaha.

Eh, atau penyanyi dari kaset yang diputar di mobil dalam perjalanan Hirayama berangkat kerja ya?

Ya, kaset! Mobil Hirayama masih menggunakan pemutar kaset. Lagu-lagu yang diputarnya pun tahun 70-80-an. Seperti Perfect Day-nya Lou Reed yang menjadi judul film ini.

Pikir-pikir, tak jelas setting film ini tahun berapa. Mustinya masa kini. Toilet kaca modern yang gelap saat dikunci dari dalam. Harga kasetnya ditawar sangat mahal. Keponakannya menceritakan tentang Spotify yang tak dikenalnya.

Hirayama yang memang pendiam masih menggunakan handphone jadul bertombol. Dia juga menggunakan kamera foto otomatis analog dengan rol filmnya. Buku yang dibacanya klasik: Koda Aya, Patricia Highsmith, William Faulkner, ...

Dari awal saya langsung menyadari format film yang aneh: 4:3! Untuk lebih masuk ke suasana 80-annya kah? Sampai saat menulis ini, saya belum menemukan jawabannya.

Film Festival

Di akhir film, diadakan sesi diskusi. Tapi kami melarikan diri. Bukan karena Butet yang ditinggal di rumah sendiri. Kami lapar. Film baru selesai hampir jam 1 karena dimulai lambat dengan tambahan pidato di awal.

Ruang bioskop penuh penonton

Saya suka film ini. Yakusho Koji layak mendapat penghargaan Aktor Terbaik di Festival Cannes 2023. Tanpa banyak suara, dia berbicara dengan ekspresi wajah dan bahasa tubuhnya. Saya ikut tersenyum dan kesal bersamanya.

Film ini bisa ditonton segala usia. Asal tak bosan saja. Karena tak ada aksi. Datar-datar sepanjang cerita. Film festival lah ya. Indah dan puitis.


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah