Home Sweet Homes

Lagi-lagi, kemarin saya nulis draft kebablasan! 

Sepertinya memang sudah bukan tempat saya ikut 30 Hari Bercerita. Batasan caption Instagram terlalu sedikit. Mengekang imajinasi. Halah!

Sayang dibuang, diedit dan dilengkapi di sini saja lah ya. Apalagi kemarin baru sadar setelah sekian lama kalau ada kesalahan di reels. Harusnya 2005, saya tulis 2004. Caption-nya benar, sudah 19 tahun kami tinggal di rumah yang sama. Sempat mengira yang salah caption-nya, karena mungkin saya mikirnya masih 2023 padahal sekarang sudah 2024.

Makanya, daripada lebih banyak yang terlupa, meski belum cukup detil, apalagi serinci Pau Auster dalam Winter Journal, lebih baik saya post saja!

1. Baki, Sukoharjo Jawa Tengah

Ini adalah rumah pertama yang ada dalam ingatan saya. Entah apakah di rumah itu juga tempat tinggal saya setelah lahir. Kapan-kapan saya akan tanya ke ibu untuk memastikan. Waktu tinggal di sana, seingat saya lantainya masih tanah. Entah apakah dindingnya sudah permanen, setengah permanen, atau masih gedhek (anyaman bambu) sepenuhnya.

2. Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah

Rumah kedua terletak tepat di seberang rumah pertama. Seingat saya itu adalah rumah dinas ayah saya sebagai Mantri Polisi Pamong Praja, sebuah jabatan di bawah camat yang sudah dihapus entah sejak kapan. Tapi bisa jadi hanyalah rumah kontrakan lain lagi. DI rumah inilah adik saya lahir yang kemudian mengikuti ritual dibuang ke rumah seberang karena memiliki  weton dan tanggal lahir (!!!) yang sama dengan bapak saya.

3. Polokarto, Sukoharjo, Jawa Tengah

Rumah dinas Camat Polokarto. Di situ pertama kalinya saya mengenal listrik yang dipasang sebagai bagian dari program ABRI Masuk Desa dan telepon yang masih dengan operator terpusat. Bapak dan ibu berangkat haji saat kami tinggal di rumah ini. Saya bersekolah hingga kelas 4 SD catur wulan pertama.

4. Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah

Rumah dinas Camat Kartasura. Di sini saya memasuki masa remaja. Masa-masa pemberontakan, tak mau didaftarkan ke SMP Negeri dekat rumah, apalagi waktu itu dengan dititipkan. Meskipun NEM saya sangat tinggi, mendaftar ke SMP Negeri 1 Kartasura harus menyertakan NEM asli, yang sudah saya sertakan untuk pendaftaran SMP Negeri 1 Surakarta. Dan ternyata saat pengumuman penerimaan, NEM saya ranking 43! Ya! Harus ditulis sebelum lupa! Apalagi saya lulus dengan ranking NEM 10 besar dan saya lupa tepatnya berapa. 

5. Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah

Rumah ini terletak tepat di belakang kecamatan. Rumah yang pembangunannya terbengkalai yang sempat membuat saya dan teman-teman suka lari-lari ketakutan tiap lewat di depannya! Saya tak tinggal di sana lama. Hanya untuk menyelesaikan SMP, dan adik SD-nya. Untuk kemudian pindah ke rumah keenam karena bapak berpindah tugas. Lagi-lagi rumah dinas.

6. Gayam, Sukoharjo, Jawa Tengah

Saya hanya tinggal di rumah keenam selama 3 tahun. Itupun diseling tinggal di rumah eyang, di rumah ketujuh, dan kemudian lebih banyak ngekos di rumah kedelapan karena saya sering sendirian. Ibu kuliah S2 di Malang dan bapak kuliah S2 di Jogja. Adik mondok pesantren di Tebuireng. Di rumah ini simbah (ibunya ibu) dan ayah saya meninggal dunia.

7. Baturono, Surakarta, Jawa Tengah

Rumah eyang dari pihak ibu yang banyak kenangan ini sekarang dalam keadaan rata dengan tanah. Saya tinggal di sana untuk mendekatkan ke SMA saya selama kelas 1. Sulit, karena eyang sangat keras. Mau keluar berkegiatan ekstrakurikuler saja interogasinya banyak. Lagipula dari sana sulit kendaraan umum yang jadinya merepotkan kakak-kakak sepupu saya. 

8. Warung Miri, Surakarta, Jawa Tengah

Dua tahun saya kos di rumah Budhe yang terletak di jalan belakang SMA saya. Salah satu temboknya pun nempel dengan tembok sekolah. Sempat berpikir pindah kos saat naik kelas 3 karena lokasi SMA yang terpisah. Tapi akhirnya tetap di sana.

9. Dipati Ukur, Bandung, Jawa Barat

Tempat kos pertama kali di Bandung ini tak bisa saya temukan tepatnya di mana saking berubahnya profil daerahnya. Jadi sadar, saya tak pernah lewat sana saat liburan ke Bandung. Saya tak mengenali sama sekali lingkungannya. Dan saya juga lupa nomor berapa rumahnya waktu itu. Bisa jadi, rumah itu yang menjadi lokasi gedung tinggi itu ya? 

10. Kiara Condong, Bandung, Jawa Barat

Saya sempat tinggal menumpang di kenalan seorang sahabat di rumah kesepuluh, di dalam perumahan yang tak dijangkau foto Google Map, saat kosan rumah kesembilan ditutup dan kami belum berhasil menemukan tempat tinggal berikutnya. Ini mengingatkan saya untuk kembali mencari kontak dengan keluarga yang baik itu.

11. Cisitu, Bandung, Jawa Barat

Saya kos di rumah ke-11 ini dengan sahabat yang sama. Di sini saya kehilangan ayah saya, berkenalan dengan suami, menikah, dan meninggalkan kos ini sesudahnya.

12. Antapani, Bandung, Jawa Barat

Rumah ke-12 ini adalah rumah mertua saya. Saya tinggal di sana selama 4 bulan setelah menikah, hingga saat keberangkatan menyusul suami yang sudah lebih dahulu merantau.

13. Antibes, Alpes Maritimes

Kami tinggal di residence hotelier ini saat memulai hidup berumah tangga. Saya terlambat mengirim berkas untuk bisa menyewa apartemen. Kami di sana hanya dari saya datang hingga awal tahun. 

14. Sophia Antipolis, Alpes Maritimes

Kami pindah ke residence hotelier lain, mendekat ke kantor suami agar mudah jika sewaktu-waktu tiba saat melahirkan. Si Ucok lahir di sana. 

15. Antibes, Alpes Maritimes

Kami pindah saat si Ucok menjelang satu tahun. Apartemen pertama kami, meski masih menyewa. Di sini Ucok mulai bicara, jalan, dan masuk sekolah sampai Desember saja.

16. Le Cannet, Alpes Maritimes

Januari 2005 kami pindah ke rumah yang kami tempati sekarang ini. Tak terasa sudah 19 tahun! Di sini si Butet lahir.

Berikutnya?

Apakah akhirnya kami akan pidah setelah berkali-kali batal? Apakah kami akan terus tinggal di rumah yang sama? 

Kita lihat saja!

Sekarang? Nulis ulasan Winter Journal dulu, mungkin?

Jangan ditunggu saja ya!

Hahaha.


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah