Perjalanan Ucok Januari 2024

Lelah sekali rasanya beberapa hari ini. Efek la rentrée? Memang ada hubungannya sih.

Apalagi kemarin pertama mulai lagi pengajian MPP setelah 3 minggu izin slow reponse karena tak punya ruang. Lali kebetulan saya mendapat tugas baru. Nanti lah, ceritanya. Yang jelas kemarin, saking sibuknya, saya sampai tak sempat membuka Duolingo!

Penting amat? Ya penting dong! Sudah 90++ strike. Terpicu sama Ucok yang katanya mencapai 300++ strike!

Ada rasa lega, akhirnya Ucok sampai ke perantauannya. Setelah melepasnya di bandara Senin pagi, dia terbang ke Munich, baru kemudian ke Arlanda. Menginap semalam di Stockholm, mengambil ferry jam 11 pagi, untuk akhirnya sampai di Visby hari Selasa jam 3an sore.

Panjang perjalanannya. Apalagi kondisi kesehatannya belum pulih benar.

Seperti yang sempat saya singgung kemarin, Ucok datang membawa batuk. Dia memang sempat tumbang sakit, seminggu sebelum berangkat ke Prancis. Sakit hingga memilih untuk tidak keluar rumah selama beberapa hari.

Ucok tak banyak keluar. Selain teman-teman Prancisnya memang sudah terpencar, dia banyak pekerjaan yang harus diselesaikan juga. Saya bahkan tak mendengarnya nge-game seperti biasa. Berisik, soalnya dia, kl pas nge-game!

Seperti sudah biasa sejak ... mungkin kelas 2 SMA, Ucok merayakan malam tahun baru bersama teman-temannya. Menginap di rumah salah satu dari mereka. Pulang siang keesokan harinya.

Tahun ini, hanya pulang sebentar—untuk tidur sepanjang siang—dia kembali keluar tanggal 1 itu sampai larut malam. Dan mulailah kestresan saya!

Tanggal 2 jam 3 pagi saya terbangun. Mendengar si Ucok muntah-muntah di kamar mandi. Oh ya. Butet merelakan kamarnya untuk abangnya selama liburan kali ini. Dia mau tidur di sofa bed ruang tamu asalkan saya temani.

Si Ucok bilang mual. Beberapa kali bolak-balik kamar mandi. Saya pun tak bisa tidur. Sempat mengatakan padanya untuk sepertinya membatalkan rencana perjalanan ke Nice saja.

Ya, Rabu itu sebenarnnya kami berencana ke Nice bertiga. Saya dan Butet ke museum, Ucok mau menonton film Ghibli yang kebetulan diputar di bioskop dekat museum. Ucok bahkan berpikir untuk jalan-jalan ke Monaco sebelumnya!

Melihat kondisi Ucok itulah saya memutuskan untuk pergi ke Nice lebih pagi. Agar bisa pulang lebih cepat juga. Sebelumnya kami memperkirakan akan berada di Nice sampai jam 20an, menyesuaikan jadwal film. Dan dalam perjalanan pulang, saya menerima pesan bahwa Ucok demam tinggi. 39°C!

Sampai rumah, pembicaraan pertama adalah mengundur perjalanan pulangnya yang dijadwalkan hari Jumat pagi. Tak mungkin melepasnya kurang dari 48 jam setelah demam begitu. Belum tentu demamnya turun. Apalagi di Swedia sedang ada gelombang dingin. Suhu sudah minus. Sementara di Cannes masih belasan.

Mengundur penerbangan tidak semudah itu. Ada hotel dan ferry yang harus dipikirkan, yang terpaksa kemudian harus diikhlaskan. Ada biaya penggantian tiket, tentu. Lalu membeli tiket ferry lagi. Ucok mau memaklumi saat kami menurunkan standar hotelnya.

Kami memintanya untuk mundur minimal seminggu. Dia menolak. Ada janji temu dan tugas-tugas yang tak bisa ditunda. Dan dia memikirkan adiknya yang sudah mulai masuk sekolah. Ingin mengembalikan kamarnya.

Jumat kondisinya masih mengkhawatirkan meski sudah membaik. Keputusan mengundurkan keberangkatan memang tepat. Sabtu sudah ke swalayan sebentar untuk membeli barang-barang yang ingin dibawanya ke rantau. Selain itu dia banyak istirahat. Sedih melihat nafsu makannya turun drastis.

Minggu sore kami makan malam di restoran dekat rumah. Setiap mudik, Ucok minta ke sana. Sayangnya kali ini dengan kondisi badan kurang fit. Dia tak memesan hidangan pembuka. 

Pilihan hidangan penutup hari itu kurang menarik. Anak-anak sepakat minta delivery. Tiramisu. Karena dalam menu restoran tertulis, tapi sudah tak tersedia.

Saat memesan, ternyata ada tropezienne au nutella yang menarik Ucok. Ternyata tropezienne yang ditambah nutella. Enak juga, katanya. Yang jelas saya senang, dia bisa enak makan.

Senin pagi saya dan papanya mengantarnya ke bandara. Kami sempatkan brunch sebelum melepasnya memasuki ruang keberangkatan. Ternyata perjuangannya belum selesai. Pesawatnya delay. Hanya 15 menit. Masalahnya, dia hanya punya waktu 50 menit transit!

Dan ternyata kemudian pesawat ke Arlanda juga delay! Mulanya 30 menit, lalu menjadi satu jam! Memang di Munich sedang bersalju. Dan ... belum selesai!

Saat sampai Arlanda, ternyata bagasinya tak ikut sampai! Entah nyangkut di mana. Maskapai menjanjikan akan mengirim langsung ke rumah ... tanggal 12!

Kalau dilihat dari sisi positifnya, Ucok jadi tak perlu menggotong-gotong koper besar malam-malam dingin ke stasiun kereta dan ke hotel, lalu besoknya ke terminal, naik bus, lanjut ferry, kemudian jalan 2 km yang menanjak dan bersalju. Negatifnya, alas kaki berpakunya ada di koper! Lalu tentu sosis ayamnya. 

Jadi, dibilang lega ya belum sepenuhnya. Kita tunggu saja kabar selanjutnya. Dan semoga sirup-sirupnya aman semua.



Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah