Greve 7 Maret 2023

Sudah seminggu melalui bulan Maret, baru satu setoran KLIP. Merealisasikan niat buat ikut KLIP dengan santai tahun ini? Nggak juga sih...

Kesibukan tugas Pantarlih ternyata memang sangat menghambat buat menulis. Bukan soal nggak ada waktu. Tapi bahwa pikiran tidak menentu. Tidak bisa menyusun tulisan secara terstruktur. Buktinya, ada beberapa draft mandeg di blogspot...

Lelah? Itu juga! Mengontak warga, mencocokkan datanya, menagih kalau lambat mengirimkan dokumen kelengkapan, mengupdate, membuat tanda bukti pendataan, mengirim kembali, ... semua itu membutuhkan waktu. Dan tenaga!

Belum lagi pertemuan-pertemuan. Entah itu yang lokal PPLN Marseille saja, entah itu yang nasional ... heu, internasional kali ya? Karena mengumpulkan PPLN di berbagai penjuru dunia. Duduk di depan zoom pun memerlukan tenaga. Dan tidak boleh lupa berdiri, tentunya, dalam kasus saya yang bermasalah dengan lutut!

Tulisan ini sendiri saya susun dengan mengikuti rakor via zoom. Rakor yang saya ikuti dengan izin terlambat. Tapi ternyata rakornya juga terlambat. Nungguin saya kali ya? Hahaha.

Hari ini ada greve lagi. Dan Palmbus ikut greve. Kebetulan Butet mulai sekolah jam 9. Ya sudah, saya antar saja. Pulangnya sih santai. Jalan kaki juga sudah biasa. Sekalian saya mau ke boucherie. Lho? Jadi izin telat rapat karena antar anaknya berbonus belanja? Hihihihi.

Saya tak belanja banyak. Sengaja bawa satu tas belanja saja juga. Karena kami sudah sempat belanja daging via Uber hari Minggu kemarin. Stok daging sudah kosong, dan kami tak bisa keluar belanja. Ada A.S. Monaco tanding. Jelas suami tak mau melewatkan menontonnya!

Lalu kenapa belanja lagi? Karena kami tak akan bisa belanja hari Minggu. Suami harus berangkat ke Toulouse. Saya pun mencoba belanja. Kalau dapat tempat parkir. Dan alhamdulillah dapat!

Selain daging, saya beli indomie goreng, dan kornet. Saat ke kasir, saya sudah berniat membeli msemen, semacam roti tipis khas Magreb yang digoreng dalam minyak banyak. Ya! Berminyak sekali. Tentu saja sangat enak! Hahaha.

Di dekat rak msemen, saya disapa seorang ibu berjilbab. Rupanya beliau yang memasak msemen dan fricassé, roti lapis berisi daging atau ikan, serta telur dan sayur, yang lagi-lagi rotinya dibuat dengan cara digoreng! Yang ini saya belum pernah mencicipi.

Singkatnya, si ibu memberi saya gratis dua msemen yang masih hangat dan segar! Wah, rezeki bangeeettt. Sampai rumah, tak terasa sambil mendengarkan diskusi di rakor saya makan hampir satu lembar sendiri. Hadeuh!

Perjalanan cukup lancar. Macet standar lah. Apalagi ada truk pengantar barang yang parkir di salah satu sisi jalan Republique.

Satu kesan menyenangkan saat sampai di dekat rumah: ada dua mobil besar yang datang dari arah berlawanan. Saya mengalah, satu lewat sambil melambaikan tangan berterima kasih. Tapi ternyata yang satu lagi tak bisa lewat. Dia berusaha mundur. Tapi sepertinya susah karena dia malah menutup jalan masuk ke rumah saya. Baiklah, saya yang mundur pelan-pelan. Sopir memberi tanda cukup, dan dia lewat sambil melambaikan tangan.

Tidak hanya sekali-dua saya berpapasan dengan orang-orang yang tak sabaran, yang bukannya kasih jalan malah maksa. Atau malah marah-marah karena saya berhenti buat kasih jalan. Hasilnya, orang-orang saling teriak-teriak marah-marah. Jadi tambah lama! Rasain! Saya sih diem aja nungguin. Hahahaha.

Kalau seperti pagi tadi kan enak ya? Sabar sedikit, memberi jalan untuk bisa lewat dengan lebih cepat... 

Eits, tak terasa udah 500 kata lebih. Setor dulu aja deh ya. Rakornya juga udah kelar! Hihihi...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah