KDrama Unlock My Boss

Drakor kesekian yang menemani masa rehat saya adalah Unlock My Boss (사장님을 잠금해제). Drama keluaran 2022 ini juga belum lama rilis di Netflix Prancis. Sudah saya selesaikan dua minggu yang lalu. Namun mandeg saja saat menuliskan ulasannya.

Jiwa dalam Smartphone

Menceritakan tentang Park In Seong yang menemukan sebuah smartphone di bukit dekat rumahnya. Smartphone tersebut memanggilnya, meminta bantuan. Rupanya, di dalamnya ada jiwa Kim Seon Joo, seorang CEO perusahaan yang bergerak di bidang AI yang terjebak!

Seon Joo meminta In Seong untuk mengambil perannya sebagai CEO. Awalnya ragu, In Seong yang baru saja ditolak lamarannya untuk menjadi karyawan di Silver Lining pun melejit langsung menjadi CEO. Seon Joo membisikkan perintah dan petunjuk melalui alat dengar nirkabel. Namun kemudian terbukti bahwa In Seong memiliki penalaran sendiri yang tak kalah efektifnya.

Dalam pekerjaannya, In Seong didampingi Jung Se Yeon, sekretaris Seon Joo. Hanya mereka berdua yang mengetahui situasi bahwa jiwa Seon Joo terjebak di dalam smartphone. Dengan bantuan Seon Joo secara virtual, mereka berusaha mempertahankan jalannya Silver Lining, sambil menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi, dan mencari di mana raga Seon Joo berada untuk bisa mengembalikan jiwanya.

Kurang Detil

Drama pendek 12 episode ini merupakan adaptasi dari webtun yang berjudul sama karya Park Seong Hyun. Sayangnya, tak ada versi berbahasa Inggrisnya. Dan saya agak malas berganti setting aplikasi Webtoon ke bahasa Indonesia atau bahasa Prancis yang menyediakannya. Mungkin lain waktu kalau sudah luang benar saya akan membacanya.

Terus terang saya kesulitan menonton episode pertama drama ini. Cerita mengalir secara tergesa. Permainan aktingnya sangat minimalis. Terutama aktor dan aktris mudanya. Sayang sekali. Tidak imbang dibanding aktor-aktor senior yang bertebaran di sana, meski kemunculan mereka hanya sebentar-sebentar saja

Saya sendiri sebenarnya sudah tertarik dengan genre fantastisnya sejak diumumkan akan tayang di Netflix. Saat sudah rilis, saya sempat urung menontonnya. Saya merasa tidak familiar dengan Chae Jong Hyeop dan Seo Eun Soo, dua pemeran utamanya. Baru mulai menonton, boleh dibilang karena tak ada pilihan lain. Miris ya? Hehehe. 

Ada banyak hal yang menurut saya kurang detil dan cenderung menggelikan. Seperti alat pelacak yang ditempelkan di bawah tempat tidur. Kalau pindah kamar saja, iya lah. Tapi memangnya pindah rumah sakit itu sekalian sama tempat tidurnya segala? Karena pasien naratama?

Atau yang paling membuat saya nyaris putus asa adalah saat smartphone sempat "disandera" oleh pihak lawan. Smartphone itu dibawa ke mana-mana. Dibawa di tangan! Jangankan disimpan. Ditaruh di dalam saku pun tidak! 

Apa tak ada logika lain yang memungkinkan mengikuti pergerakan lawan tanpa menyalakan kamera? Tak cukupkah GPS dan suara? Bisa kan, kamera mengakses "secara kebetulan" di saat yang tepat saja? Buat apa orang bawa-bawa smartphone yang bukan miliknya, coba?

Fantastis atau Fiksi Sains?

Meskipun gemas melihat adegan-adegan seperti pasien kondisi koma yang dibawa-bawa ke kantor polisi cuma buat mendramatisir suasana begitu, saya tetap melanjutkan menontonnya.

Karena saya penasaran juga. Ingin tahu juga sejauh mana keterlibatan AI di dalam cerita. Sedalam mana pengaruh Arthur C. Clarke yang disinggung dalam salah satu dialog dalam skenarionya.

Ingin tahu apakah ini memang drama fantastis, atau genre fiksi sains yang semua bisa dijelaskan secara logika? Saya mau konfirmasi dugaan saya, mengapa sampai Seon Joo terjebak di dalam smartphone. Apakah karena dia koma lalu jiwanya masuk ke smartphone? Atau karena Seon Joo bersembunyi dan mengendalikan smartphone-nya?

Dan ternyata bukan dua-duanya! Ternyata lebih sederhana! Namun saya tak mau kasih spoiler. Tonton sendiri saja yaaa! 

Dramanya menarik kok, secara cerita. Memenuhi janji genre fantastis, komedi, dan thriller. Menghibur. Meski tetap, menurut saya, eksekusinya kurang mantap. 

AI yang punya perasaan adalah bug yang fatal.
(Kim Seon Joo)

Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah