KDrama The Good Bad Mother

Nulis soal drakor lagi? Nonton tiap hari? Heu ... nggak juga sih, sebenarnya. Sudah beberapa hari nggak nonton drakor. Sejak menyelesaikan drama Payback yang saya ceritakan kemarin itu.

Tapi kalau ditanya apa saya pecinta drakor? Bisa jadi! Hehehe.

Cuma kalau saya menulis tentang The Good Bad Mother (나쁜엄마) hari ini, jelas itu karena dramanya baru selesai tayang kemarin. Pada jam yang sama untuk Netflix di seluruh dunia. Termasuk Prancis! Yes! Dan kali ini saya bisa langsung menontonnya. Yesss!!!

Perjalanan Seorang Ibu

Choi Hae-sik dan Jin Young-soon adalah pasangan muda yang mengelola peternakan babi. Suatu hari perusahaan konstruksi Yongra datang ingin menggusur mereka dengan alasan bahwa peternakan itu terlalu dekat dengan jalur perjalanan api Olimpiade. Bau, dan mengganggu pemandangan, katanya. Tentu saja mereka menolaknya. 

Suatu malam terjadi kebakaran di peternakan itu. Banyak petunjuk yang mengarah ke tindakan kriminal. Tetangga mereka menyatakan melihat seseorang di peternakan. Hae-sik pun menuntut perusahaan Yongra. Namun semua bukti dipatahkan. Tetangganya pun berubah pikiran, tak lagi menjadi saksi yang mendukungnya. Tuntutan tak dikabulkan. Tak lama kemudian Hae-sik ditemukan mati tergantung.

Young-soon yang sedang hamil dan tak bisa membuktikan bahwa tak mungkin suaminya gantung diri memilih pindah ke desa Jouri dan membuka peternakan babi di sana. Mulanya, penduduk setempat ingin mengusirnya. Namun kemudian mereka jatuh simpati, apalagi saat menyaksikan Young-soon melahirkan Choi Kang-ho.

Kang-ho selalu menerima ejekan teman-temannya sebagai anak peternak babi yang bau. Dan di rumah, ibunya membesarkannya dengan sangat keras. Kang-ho harus selalu meraih nilai sempurna. Dia tidak diizinkan makan melebihi porsi yang sudah dijatah ibunya. Kenyang mendatangkan kantuk, katanya. Kangho harus mengutamakan belajar agar kelak bisa menjadi jaksa dan mengungkap kebenaran atas kematian ayahnya.

Dengan pendidikan seperti itu, tetangga-tetangganya seakan memaklumi saat Kang-ho sudah dewasa dan menjadi jaksa menjauh dari ibunya. Kang-ho tak pernah pulang ke kampungnya, dan bahkan menolak dikunjungi ibunya. Sekalinya pulang kampung, Kang-ho meminta memutuskan pertalian keluarga agar bisa diangkat anak oleh direktur Woobyeok, untuk kemudian bisa menikah dengan putri seorang senator yang juga kandidat Presiden.

Dalam perjalanan pulang ke Seoul, Kang-ho mengalami kecelakaan yang menyebabkannya lumpuh dan bermental seperti anak usia 7 tahun. Young-soon pun membawanya kembali ke desa Jouri. 

Drama yang Padat

Ah, sinopsisnya sudah kepanjangan ituuu! Hahaha.

Tapi memang drama ini padat sekali. Ada banyak cerita. Bahkan sejak dari masa pendekatan ayah dan ibu Kang-ho segala. Itu tadi baru dari dua episode pertama saja. Dan saya tak menceritakan semuanya.

Drama 14 episode ini mengusung banyak problematika. Dari soal parenting, perundungan, persahabatan, difabilitas dan penyakit berat, sampai urusan politik. Namun semua disajikan secara ringan. Semua dijelaskan.

Sempat terhenyak di akhir episode 2 dengan kecelakaan Kang-ho yang parah itu. Dengan credits pembuka yang ceria, berwarna-warni pastel dan babi yang lucu, sempat bertanya-tanya apakah ini ironi untuk kisah yang sebenarnya mengenaskan?

Humor ceria mewarnai setiap episodenya. Adanya tokoh-tokoh komik seperti istri Pak Lurah yang selalu bermasker dengan segala jenis dan modelnya menenangkan saya. Bahkan sekretaris Woobyeok yang kejam saja digambarkan secara karikatural dengan kelakuan-kelakuan lucu asistennya. Semua itu membuat saya yakin bahwa semua akan baik-baik saja.  

Memang ini bukan film Cannes. Ini drama Korea yang hawanya bisa ditebak dari awal. Yah, meleset-meleset dikit, tapi secara keseluruhan tak akan mengejutkan. Tidak ada ironi. Semua berakhir dengan bahagia, seperti lagu yang dipilih sebagai nada dering Yong-soon, potongan lagu 나는 행복합니다 yang dinyanyikan oleh Yoon Hang-gi; Aku Bahagia! 

Menonton episode terakhir kemarin, mau tak mau saya langsung teringat dan membandingkannya dengan Payback. Dan mungkin ini yang mendukung saya makin mantap menganggapnya sebagai drama yang ringan. Alur pembalasan dendamnya terlalu mudah. Si jahat terlalu gampang untuk dijebak. Bukan untuk mengharapkan lebih banyak episode, ini ya. 

Karena pada intinya drama ini, sesuai judulnya, adalah menceritakan tentang si ibu. Perjalanannya mempertahankan hidup, pilihan metodanya dalam mengasuh anak, pengharapannya saat ditinggalkan anak, keikhlasannya saat menerima si anak dan kesabarannya saat si anak yang sudah kembali bermental anak kecil, kegigihannya mengulang kembali pendidikan anaknya untuk membuatnya mandiri, ... keputusasaan, kepasrahan, dan pengharapan seorang ibu. Isu-isu lainnya yang sebenarnya berat hanyalah sampingan. Karenanya disajikan ringan, tidak mendalam.

Tak perlu lah, memperpanjang untuk proses pengadilannya segala, meski memang 20 menit itu singkat sekali, kan!? Dan pertanyaan terbesar saya justru di segampang itukah kembali menjadi jaksa setelah dinyatakan lumpuh dan mengalami keterbelakangan mental? Apalagi proses kembalinya itu sebagian besar dilakukan secara diam-diam, karena tak mau diketahui—lalu digagalkan—oleh para antagonis dan sekongkolnya, pula!

Drama yang Menghibur

Ini adalah feel good drama. Musibah datang silih-berganti disajikan dengan ringan. Seakan menyatakan, nggak usah dipusingkan lah! Pas de prise de tete, kata orang Prancis. Begitulah hidup. Ada naik-turunnya. Ibu yang jahat? Anak yang tak berbakti? Percayalah bahwa itu ada alasannya. Meski memang ada juga orangtua dan/atau anak yang bernar-benar jahat sih ya. 

Lho? Kok jadi serius? Itu bahasan lain lagi.

Yang jelas, saya benar-benar menikmati drama ini. Senang dengan setting pedesaan, terhibur selingan penasaran apakah suatu saat Bu Lurah memperlihatkan wajahnya, tergemas-gemas dengan Ki So-yu dan Park Da-on yang super imut dan aktingnya begitu meyakinkan.

Belum nonton? Buruaaannn!!!

이따 만나!


---

(Semua foto diambil dari situs resmi JTBC)


Comments

  1. Tetep ga merasa ini drama yang ringan hahahaa. Tapi emang banyak scene yang lucu menghibur dibalik beratnya masalah kehidupan.

    Drama ini penuh trigger warning juga menurutku, jadi yaaa nontonnya harus ingat kalau ini cuma drama.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul. Ini cuma fiksi. Karena realitas bisa lebih parah. Eh? Hehehe ✌️

      Delete
  2. udah nonton udah tamat dan suka banget, ceritanya berat sebenernya ya, bolak-balik keinget jadi orang tua itu ga gampang hehe. Tapi suka banget, Korean buat cerita emang bagus-bagus deh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada topik2 berat, tapi ga dibahas mendalam. Jadinya bagus, ga bertele-tele 👍

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah