Meet Up MGN Juli 2023

Selasa 25 Juli 2023 lalu adalah jadwalnya Pertemuan KBK. Meski mengagendakan untuk bisa hadir, saya yang berstatus cuti tentu sudah memasrahkan ke anggota tim yang lain. Tak mau ambil resiko. Masa liburan adalah masa yang tak jelas, kan!? Lagipula itu hak saya juga untuk cuti.

Saat Teh Shanty mengusulkan ketemuan di Bandung, saya beride untuk sekalian saja Pertemuan KBK offline. Gayung bersambut dan Teh Shanty mengajak untuk mencoba bertemu di sebuah kafe literasi.

Namun, setelah dipikir-pikir, rasanya tak akan bisa maksimal kalau meet up sambil online. Tak maksimal untuk dua-duanya. Ngobrol tak bebas, video chat juga kurang mantap. Akhirnya kami putuskan untuk menggeser ketemuannya ke hari Rabu saja, sehari sesudah Pertemuan KBK.

Pada perkembangannya, yang tadinya ketemuan KBK alias lebih ke KLIP, eh malah jadi lebih ke ketemuan MGN! Anggota MGN memang lebih jelas sih. Dan koordinasinya lebih mudah juga. Jadilah Rabu 26 Juli 2023 kemarin, saya ketemuan dengan teman-teman MGN yang sebagian besar juga sebenarnya peserta KLIP. Hanya mbak Wika yang murni KLIP saja.

Lokasi pertemuan juga bergeser. Dari kafe literasi menjadi kafe saja di daerah Braga. Memang bukan kafe biasa sih. Tapi kafe-kafe yang unik?

Ya, kafe dalam bentuk majemuk. Karena kami tidak menetap di satu tempat saja. Kami berpindah-pindah. 

Titik temu kami di Jurnal Risa Coffee. Saya mengajak Butet yang sekalian janji temu dengan kenalan yang merupakan anak dari salah satu mamah MGN yang juga KLIPers. Kami berangkat sesudah Dhuhur. Sampai Braga tentu sudah lapar. Apalagi Butet tak mau sarapan.

Karenanya, saat ditodong untuk order sebelum masuk kafe pun kami senang-senang saja. Nasi lidah cabe hijau untuk saya, lasagna untuk Butet. Lidahnya enak. Lasagna-nya? Pedas! Hahaha.

Satu per satu, teman-teman datang. Rata-rata dari kami belum pernah bertemu muka luring. Tapi saya merasa akrab-akrab saja. Obrolan mengalir dengan lancarnya.

Anak-anak kami pun terlihat akrab. Tiga remaja putri dengan umur antara 12-15 tahun yang bersekolah di Prancis, Jerman, dan Indonesia itu duduk terpisah di meja tersendiri. Mereka mengobrol dengan bahasa Inggris. Salah saya yang tak berhasil mengajari Butet lancar berbahasa Indonesia.

Saat semua dirasa sudah mengumpul, teh Shanty mengusulkan untuk melihat-lihat Braga. Dan ternyata, tak hanya saya yang tak mengenalnya!

Teh Shanti membawa kami ke sebuah lorong panjang menurun. Ada tulisan Cupola Cofee Shop di bingkai pintu masuknya. Kami melewati orang-orang yang mengantri di photo booth. Entah apa menariknya. Tapi sebelumnya, Jurnal Risa pun menyediakannya.

Di akhir lorong terdapat tempat terbuka. Semacam patio yang dikelilingi beberapa kafe yang cukup unik. Kami tak makan ataupun minum di sana. Foto-foto saja. Kata teh Shanty, sebenarnya lebih menarik lagi di malam hari, saat lampu-lampu hiasnya menyala.

Dari sana kami menuju ke Braga Art Cafe. Kali ini kami berhenti. Beberapa, terutama anak-anak yang baru pulang sekolah, belum makan siang. Di sanalah kami dapati ternyata ada seorang mamah yang menyusul ke Jurnal Risa. Sayang saat saya kabari lokasi barunya beliau sudah beranjak lagi. Padahal sebagian besar rombongan meet up kami tinggal dan mengobrol lama. Tak terasa tau-tau sudah lewat jam empat saja.

Semoga lain kali bisa bertemu. Dan dengan lebih banyak lagi. Karena memang kami merencanakan ketemuan lagi minggu depan ini.


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah