Asal Saya, Kartasura

Di awal tahun kemarin, tim pengurus komunitas Mamah Gajah Ngeblog menyebarkan angket. Selain evaluasi, juga meminta masukan tema kepada semua anggotanya, yang kemudian diundi untuk tantangan blogging setiap bulannya. Saya mengajukan beberapa tema. Ternyata yang diterima adalah Tentang Daerah Asal.

Mumpung sedang pulang kampung, saya meminta giliran menjadi host. Kebetulan sedang masa menjelang pergantian tahun ajaran dan libur panjang untuk semua anggota. Jadi sekalian menghemat waktu penyelenggaraan pengundian juga.

Sebagai pengusul tema, tentu saja saya sudah ada ide tentang isi tulisannya. Ada beberapa ide, malah! Namun tetap saja ada sisi bingung: mulai dari mana? Beruntung kemarin ada lagi yang mempertanyakan asal-usul saya. Jadi ada pemantik untuk menulis.

Tidak Njawani

Tak banyak orang yang menebak kalau saya orang Jawa. Apalagi Solo! Karakter saya yang ... bukan ceplas-ceplos sih. Saya bahkan masih tergolong pendiam. Saya cenderung mengungkapkan isi kepala saya secara terbuka. Jelas bukan karikatur karakter Jawa yang banyak memendam perasaan kan!?

Banyak yang mengira saya orang Sumatera. Termasuk mantan pacar saya satu-satunya. Kemarin pun begitu. Ada yang berkomentar, baru tau dan tidak menyangka kalau saya orang Jawa!

Peta Provinsi Jawa Tengah
(Sumber: Wikipedia)

Ya. Saya orang Jawa. Ibu asli Solo, bapak dari Klaten. 100% Jawa Tengah!

Kalau ada orang yang mengira saya orang Sunda, itu terpengaruh fakta bahwa saya kuliah di Bandung. Plus, sejak mulai merantau ke Prancis, tujuan awal tiap mudik adalah ke Bandung. Selama lebih dari 20 tahun, baru dua kali saja saya langsung menuju Solo. Termasuk kali ini.

Solo Coret

Kalau ditanya "dari mana", untuk memudahkan, biasa saya jawab "dari Solo". Tepatnya Soloraya. Bukan Solo Kota. Solo coret lah ya!

Saya lahir di sebuah rumah sakit di Solo. Namun sedari kecil, saya bertempat tinggal di wilayah kabupaten Sukoharjo. Ya, Sukoharjo yang sempat viral karena dianggap pelosok oleh seorang calon mahasiswa KKN kemarin itu!

Peta Kabupaten Sukoharjo
(Sumber: Humas Kabupaten Sukoharjo)

Saya pernah tinggal di Baki—yang sepenggal ceritanya sudah sempat tertuang untuk tantangan MGN bulan lalu—, Polokarto, Kartasura, lalu di ibukota kabupaten di Sukoharjo, mengikuti perpindahan lokasi dinas ayah saya.

Setelah ayah meninggal dunia pada tahun 1997, ibu pindah ke Kartasura di mana kami memiliki rumah sendiri, atas nama adik saya. Di sanalah tempat saya pulang kampung. 

Kartasura lah yang saya pilih untuk mempresisikan daerah asal saya, sebagai bagian dari Solo Raya.

Kartasura

Kartasura masuk dalam wilayah kabupaten Sukoharjo. Namun lokasinya yang terpisah jauh dari ibukota kabupaten, membuat banyak orang menyangka bahwa Kartasura masuk dalam wilayah Kotamadya Surakarta. Apalagi kode posnya pun masuk ke Solo Kota. 57164. 571 seperti Solo. Bukan 575 seperti Sukoharjo!

Kerajaan Kartasura merupakan cikal-bakal kerajaan Surakarta. Sejarahnya sudah sempat ditulis oleh Mamah Yustika untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Juli ini juga. Saya nggak usah nulis lagi saja ya. Sudah dekat deadline, malas susah mencari referensinya juga. Hehehe.

Terletak di pertemuan antara Surakarta, Jogjakarta, dan Semarang, kecamatan Kartasura merupakan kota yang sibuk dengan perekonomian yang lebih maju daripada ibu kota kabupaten Sukoharjo sendiri. Apalagi tak jauh dari pintu tol Colomadu dan dekat dengan bandar udara internasional Adi Sumarmo.

Batik Solo Trans
(Sumber: Pariwisata Solo)

Kartasura adalah kecamatan dengan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang lengkap. Kota yang sering disebut sebagai satelitnya Solo ini terhubung dengan Batik Solo Trans, yang memudahkan untuk mencapai pusat kota Solo. Terminal Kartasura menjadi tempat pemberhentian berbagai bus yang bisa mengantar kita ke segala penjuru Jawa, bahkan Sumatera.

Banyak yang tak tahu kalau Universitas Muhammadiyah Surakarta terletak di Kartasura. Demikian juga Pondok Pesantren Assalaam. Atau Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R. Soeharso. Di Kartasura lah berlokasinya Tyfountex, pabrik tekstil yang mengekspor ke manca negara. Di sana juga terdapat markas grup 2 Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat.

Masih ada beberapa hal yang sering dicap sebagai Solo tapi sebenarnya terletak di Kartasura. Termasuk Bebek Goreng Pak Slamet yang sejarahnya pertama kali berlokasi di tepi jalan Solo-Jogja, di Kartasura! Kuliner Kartasura tak terbatas Sate Pak Bunder saja!

Daerah Asal, Pembentuk Karakter

Saat menulis ini, saya sudah berada di Bandung. Niat ngehits di tantangan dengan foto-foto aktual pun gagal total. Tugas sebagai host pun kurang maksimal. Rasanya nggak ke mana-mana, tapi kok nggak sempat ngapa-ngapain juga. Begitulah liburan ya?

Meski hanya berbekal ilustrasi hasil googling, semoga tulisan ini bisa sedikit memperkenalkan Kartasura, daerah asal saya. 

Tak boleh dilewatkan saat ke Kartasura: Garang Asem, Pis Kopyor, Sosis Solo, Gado-Gado, Selat Solo, Gudeg Komplit
(Sumber: GoFood Rumah Makan Semar Kondang)

Kartasura memang spesial. Saya menghabiskan 3 tahun terakhir SD dan masa SMP saya. Boleh dibilang karakter saya terbentuk di sana. Pas masa pra remaja dan remaja itu kan ya!?

Di sana pertama kalinya saya belajar di kelas dengan tidak hanya satu macam agama. Di sana saya mengenal teman-teman yang berbeda-beda etnisnya. Masih terkenang saat Idul Fitri jatuh pada hari Minggu dan tetangga yang dalam perjalanan ke gereja singgah dulu ke lapangan untuk bersalam-salaman, dan pengeras suara takbiran di masjid dikecilkan selama misa diadakan di gereja yang tak jauh dari seberang jalan.

Kartasura yang makin maju, makin ramai, makin beragam masyarakatnya, tapi masih tetap sigap menyapa dalam Bahasa Jawa di segala suasana!




Comments

  1. Pas liburan kemarin ke Solo - Yogya aku kan nyupir sendiri dikawal Teteh. Sempat ngebahas kata Surakarta, Kartosuro, Karangamyar, Sukoharjo, ... ternyata itu Solo Raya he3 ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Solo Raya menghimpun eks karesidenan Surakarta. Ada istilah Subosukawonosraten: surakarta, boyolali, sukoharjo, karanganyar, wonogiri, sragen, dan klaten 😉

      Delete
  2. Ia Fi, kirain pulang kampung mau foto-foto before and after kenangan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Begitulah teh. Makin banyak waktu sepertinya bikin kita malah kurang efektif. Kita? Aku aja kali ya!? 😅

      Delete
  3. Teh Alfi, saya minta maaf banget sebelumnya ya Teh. Saya dulu sempat mengira kalau Kartasura itu Surakarta, namanya bisa dibalik-balik gitu, ternyata berbeda ya Teh. Astaghfirullah.

    Akhirnya saya paham perbedaannya, Mba. Makasiiy banget sudah menuangkan informasi ini dalam tulisan. :)

    Fakta lain yang mengagetkan adalah bahwa Kartasura merupakan asal Bebek Goreng Pak Slamet. Ya ampun, itu pertama kalinya saya makan bebek goreng yang rasanya uwenaakk banget foodgasm sampe mau nangis, Teh. :(
    Bebek lainnya tidak semantabb itu. :)

    Selamat berlibur ya Mba Alfi. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahahaha. Yuk ke Kartasura makan bebek Pak Slamet dengan sambal koreknya yang mantappp 😋😋

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah