Pengumuman Penerimaan Master si Ucok

Lagi mudik? Dah ke mana aja? Makan apa aja? Ketemu siapa saja?

Lagi liburan gini, memang ada banyak cerita. Sayangnya tak banyak waktu untuk bercerita.

Sibuk? Nggak juga. Entah apa yang menghalangi untuk menulis. Rasanya ada banyak sekali isi kepala. Mungkin karena sudah tak menulis selama dua minggu itu, saya jadi sakit kepala?

Tulisan ini saya mulai di dalam mobil, dalam perjalanan menuju ke kota. Di tengah kemacetan. Ya! Solo juga macet. Sudah sejak sebelum pandemi sih. Tapi tahun lalu, saya merasakan kemacetan yang makin intensif. Dan tak membaik tahun ini juga.

Kami ke kota. Setelah dua minggu di Solo, baru kali ini kami keluar bersama serumah semua. Untuk makan malam bersama.

Memang keponakan saya baru bisa pulang hari Sabtu kemarin juga sih. Dia baru selesai mengikuti kursus di Kampung Inggris—yang membuat saya baru memahami keberadaannya padahal anak dari salah satu sahabat saya sempat mengajar di sana—memanfaatkan waktu libur kenaikan kelasnya. Jadi ya memang baru bisa kumpul minggu ini juga.

Kami makan di restoran, merayakan keberhasilan Ucok masuk ke Master pilihan pertamanya. AlhamduliLlaah dia diterima di Master Game Design, masih di Uppsala University, masih di Visby, di Pulau Gotland di Laut Baltik itu.

Tadinya, dia pikir pengumumannya tanggal 13 hari ini. Tak tau bakal jam berapa, bertanya-tanya apakah bisa langsung makan-makan di hari yang sama atau harus menunggu Jumatnya. Ternyata kemarin malam dia sudah menerimanya. Jadilah bisa ke restoran hari ini.

Masuk S2 aja dirayakan? Sssttt. Cari alasan kumpul-kumpul makan spesial aja kayaknya ini ya? Hihihi.

Tapi memang momen ini bakal susah didapat. Mengingat Sabtu kami sudah berangkat ke Bandung. Seminggu kemudian Ucok berangkat ke Swedia. Sendiri saja. Mengejar waktu kuliah musim panas yang ingin diikutinya, yang dimulai 31 Juli.

Hanya tinggal malam ini plus besok seharian. Mumpung omnya sempat, ya sudah sekalian saja. Siapa tau besok ribet packing. Standarnya, paling cepat baru bisa ke Solo lagi musim panas depan. Insya Allah. Aamiin.

Makanya, tadi saya manjakan. Saya? Kami deng! Karena dengan rundingan dengan suami dulu, kami putuskan untuk membiarkan sulung kami itu untuk memilih restoran yang dia mau. Dan dia memilih yang termewah, tentu saja! Itu perlunya konsultasi pendanaan dulu. Yang dikabulkan, karena tidak semahal itu juga, sebenarnya. Dan restoran sering memberikan diskon. Seperti malam tadi.

Sayangnya, kami tak cukup beruntung. Ada rombongan yang sepertinya orang penting yang datang sesudah kami. Ada pesanan kami yang terlupakan. Kami diminta menunggu lama, juga untuk menambah pesanan makanan. Akhirnya kami batalkan saja pesanan yang tertinggal.

Personil restoran yang melayani kami meminta maaf berkali-kali. Kecewa juga. Dan masih belum cukuo kenyang. Tapi mau bagaimana lagi?

Satu yang membuat saya sedikit lega adalah bahwa si Ucok cukup puas makan. Dia bisa mendapatkan bebek peking yang didambakannya, yang menurutnya rasanya masih seenak yang diingatnya saat pernah sekali memakannya entah berapa tahun yang lalu.

Tak urung, dia tetap minta mampir membeli martabak manis. Buat dessert, katanya. Baiklah. Jadilah martabak dengan taburan berbagai macam camilan manis itu menutup hari Kamis kami.

Semoga perjalanan Ucok ke depannya semanis martabak—yang lupa difoto—tadi. Aamiin.


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah