Kembang Api 24 Agustus 2023

Sabtu pagi ini ternyata masih panas lagi. Jam 10 pagi begini suhu udara sudah mencapai 28°C, dengan rasa 31°C! Hujan yang dijanjikan siang ini ditunda, kata suami saya. Prakiraan cuaca menggesernya ke malam. Semoga tak bergeser lagi.

Hari ini, saya di rumah saja. Sudah hampir dua minggu sejak kembali liburan, hanya hari Kamis saya keluar rumah. Ya, saya menunggu 10 hari sebelum keluar rumah. Istirahat, utamanya. Lalu kebetulan cuaca yang tidak mendukung. Canicule (heat wave) membuat saya milih berteduh saja di rumah.

Kamis itu Butet minta ditemani ke supermarket. Mau cari sesuatu untuk sarapan. Tadinya kami berencana untuk pergi sepagi mungkin untuk menghindari panas. Swalayan dekat rumah baru buka pukul 8.30 pagi.

Kenapa tidak malam saja?

Memang swalayan tutup jam 8.30 malam selama musim panas. Tapi sore hari suhu udara belum turun. Dan masih tinggi. Di atas 25°C di malam hari! Tingkat polusi udara beberapa hari ini juga dinyatakan di atas batas aman.

Pada kenyataannya, kami baru berangkat jam 9. Di keteduhan saja sudah terasa panasnya yang tidak normal. Kami lihat termometer di apotik dekat rumah menunjukkan 33°C!!!

Pulang dari swalayan, saya langsung kelelahan. Sesiangan baringan saja ditemani kipas angin. Untung makan siang masih ada lauk sayap ayam madu. Tinggal menanak nasi dan menyiapkan sayur.

Saya tak berniat masak untuk makan malam. Kami berencana menonton pertunjukan kembang api musikal, malam itu. Pertunjukan terakhir Festival Pyrotechnique Cannes, festival kembang api yang diadakan rutin tahunan setiap musim panas di Cannes.

Acara diadakan mulai pukul 22. Biasanya kami datang jauh lebih awal. Berpiknik di pantai, makan malam di sana, bersantai, dan kalau mau, sambil main-main air. Berenang untuk anak-anak, celup-celup kaki untuk saya dan suami sambil menghirup udara segar laut.

Saat ke swalayan, saya sudah menimbang apakah mau membeli bahan untuk membuat sandwich. Tapi kok rasanya malas. Nanti saja beli kebab di kota kalau memang mau piknik di pantai. Entah kenapa ada rasa ragu apakah kami benar-benar mau pergi.

Sampai rumah, saya merasakan kelelahan luar biasa. Sesudah makan siang, saya memilih untuk tidur siang. Setelah menyelesaikan anime yang sudah sempat saya draft ulasannya tapi belum saya selesaikan.

Pada akhirnya kami memutuskan untuk makan malam dulu dan berangkat sesudah Magrib saja. Makan malam sederhana dengan lauk kering kentang dan telur asin. Tak terlalu selera juga, makan di udara yang panas begini.

Bus yang dijadwalkan pukul 20.43 terlambat. Datang dengan penumpang yang sudah banyak juga. Pasti pantai sudah penuh. Tapi kami tetap turun dan mendapatkan tempat di belakang keluarga dengan bayinya... dengan strollernya!

Tadinya saya pikir pandangan saya ke pertunjukan tidak akan terganggu. Eh, ternyata lumayan menyebalkan juga. Yah, paling tidak Butet dan papanya yang berada di sebelah kanan saya bisa lancar menonton.


Karena sudut pandang yang tak nyaman itu, saya membuat beberapa foto dan video finalnya hanya sekedar untuk mengilustrasi tulisan ini. Betul! Emang sudah niat! Hahaha. 

Untuk yang pengin tahu bagaimana kerennya pertunjukan kembang api yang saya tonton kemarin, yang kebetulan kok ya pas banget meraih Vestale d'Or alias menjadi pemenang Festival tahun ini, bisa menonton rekaman resminya saja. Tentu lebih bagus sudut pandangnya karena diambil dari tengah, plus suara musiknya, yang mengambil tema lagu-lagu dari film dan serial karya Tim Burton, juga lebih jelas. 


Ini adalah pertama kali kami menonton sejak ditiadakannya di masa pandemi. Tahun lalu, saat mulai diadakan lagi, kami masih lelah sepulang dari Indonesia. Apalagi saat itu saya berdua saja dengan Butet karena papanya masih di Indonesia dan abangnya di Swedia. Saya tak mau pulang berdua saja dengan Butet menjelang tengah malam begitu meski jalanan tentu saja masih sangat rame.


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah