(Not Yet) Back to Routine

Back home = back to routine?

Beluuum!

Libur sekolah masih panjang. Tahun ajaran 2023-2024 baru dijadwalkan mulai lagi 4 September 2023 mendatang. Kebetulan, kami sampai tanggal 14 Agustus. Tanggal 15-nya adalah hari libur nasional. Rutin tiap tahun memperingati Assomption. Hari yang mengagungkan Bunda Maria ini dijadikan hari libur di 40-an negara di dunia. Selengkapnya, googling sendiri saja ya!

Dua faktor itu saja sudah cukup untuk memutus rutinitas kan!? Belum lagi ditambah efek jetlag yang masih kental mendera.

Seperti yang sudah saya ceritakan kemarin, sampai rumah jam 15, kami tidur sesudah makan jam 5 sore. Saya sempat bangun untuk mandi dan salat. Butet dan papanya bablas sampai jam 4 pagi.

Saat ini, subuh di sini baru menjelang hampir setengah 6 pagi. Magrib masuk setengah 9 malam. Di sinilah terasa betul manfaat rukhsah bisa menjamak salat di saat shafar.

Kemarin, kami mengobrol menunggu subuh sambil pelan-pelan membongkar koper. Sesudah salat, saya menawarkan mie cup. Semua menyambut gembira!

Saya memang sengaja membeli mie cup untuk hari pertama kepulangan. Sudah hafal kebiasaan kelaparan di saat subuh. Jam 6 pagi CEST, artinya jam 11 WIB. Sudah hampir waktunya makan siang kan!?

Untuk makan di masa jetlag ini memang perlu manajemen khusus. Di hari H, sudah jelas tak mungkin masak. Kami pesan antar saja. Selain memang biasanya tak ada bahan mentah segar, masih lelah juga kan!?

Hari kedua saya sudah sanggup masak nasi. Ya, nasi saja! Lauknya? Kering kentang dan telur asin yang saya selundupkan dari Solo. Produk hewani dan nabati kan dilarang masuk Uni Eropa tuh. Tapi kalau cuma skala kecil, nggak papa lah ya. Hehehe.

Kebetulan kemarin Butet makan di luar. Sudah janjian dengan sobat-sobatnya. Semangat amat? Karena salah satu dari dua sobat dekatnya baru akan berangkat liburan hari ini! Memanfaatkan waktu yang hanya sehari, ceritanya.

Saya sudah ingatkan bahwa meski sudah bangun pagi, badan kita pasti lelah. Bagaimanapun juga, kami habis melakukan perjalanan panjang. Tapi saya biarkan Butet pergi. Biasanya sampai sore, jam 3 sudah di rumah. Lelah. Jam tidur malam di Indonesia!

Untuk makan malam, kami pesan antar lagi. Tak semangat masak. Makan pun tak berselera. Dari kami bertiga, hanya suami yang menghabiskan porsinya. Butet dan saya makan tak sampai setengahnya. Setara jam 2 pagi wib, kami makan hanya untuk tak terbangun kelaparan saja!

Tetap, saya terbangun jam 4 pagi ... dan lapar! Ada biskuit pengganjal perut. Menyibukkan diri menyiapkan cucian untuk sedikit melupakan keinginan makan yang tak pada tempatnya itu.

Sahur saja sekalian? Maunya sih. Sayangnya kondisi fisik belum memungkinkan. Siang masih panjang, cuaca masih panas, kurang pas waktunya untuk mengurangi asupan energi ke badan yang sedang tidak fit kan!?

Kalau jam 7, nah, boleh lah, memenuhi keinginan perut. Sudah jam makan siang wib, dan memang waktunya sarapan juga. Plus alasan menghabiskan sisa pad thai semalam. Biar nggak mubadzir! Hihihi.

Siang ini kami pesan antar lagi. Udara panas sekali. Masih malas untuk belanja, tapi enggan makan kering kentang dan telur asin lagi.

Ini saya menulis sambil nunggu makanan, btw. Baru keinget sudah mulai ngedraft sebelum subuh tapi belum lanjut. Lumayan, nambah-nambah dikir jumlah katanya, kan!?

Ya sudah. Segini saja dulu laporan pasca pulang kampung hari ketiga. Lekas setor sebelum makanan datang trus ketiduran sampai Magrib seperti kemarin. Betul. Magrib yang masih setengah 9 malam itu.

Besok lanjut lagi ceritanya? Kalau masih belum ada ide tulisan yang "bener" aja ya! Hahaha.

Terima kasih sudah membaca!


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah