Drakor A Time Called You

Drakor A Time Called You ini awalnya lambat sekali. Dua episode pertama saya tonton dengan rasa tak sabar. Apalagi temanya yang sepertinya pilu sekali, sempat membuat saya hampir drop saja. Masih pengin mencari tontonan yang ringan dan ceria. Buat menyemangati awal tahun ajaran baru lah, ceritanya.

Masuk episode 3, jalan cerita mulai terasa seru. Dan akhirnya, 12 episode drama yang baru rilis di Netflix 8 September 2023 lalu itu, saya selesaikan hanya dalam tiga hari saja!


Kaset dan Pemutarnya

Menceritakan tentang Han Jun-hee (diperankan oleh Jeon Yeo-been), setahun setelah kehilangan pacarnya Koo Yeon-jun (diperankan oleh Ahn Hyo-seop) dalam kecelakaan pesawat. Jun-hee masih belum bisa mengikhlaskan kepergian Yeon-jun. Apalagi jasadnya memang tak ditemukan.

Pada hari ulang tahun Jun-hee, yang bersamaan dengan peringatan setahun kecelakaan pesawat itu, dia menerima sebuket bunga. Tak jelas, siapa pengirimnya. Jun-hee juga menerima kiriman MMS berisi foto dari nomor yang tidak dikenalnya. Di dalam foto terihat seorang gadis yang mirip dengannya, didampingi dua orang pemuda yang salah satunya mirip dengan Yeon-jun. Tapi Jun-hee tak merasa pernah berfoto demikian dan tak mengenali sama sekali pemuda kedua di dalam foto. Sayangnya nomor pengirim tak mau menjawab pesan maupun panggilan.

Kemudian Jun-hee menerima paket berisi kaset dan pemutar portable-nya, lengkap dengan earphone-nya. Jun-hee memutarnya dalam perjalanannya pulang menggunakan bus, dan dia tertidur. Jun-hee terbangun di kamar rumah sakit, di samping Nam Si-heon yang mirip sekali dengan Yeon-jun. Jun-hee sendiri ternyata berada dalam tubuh Kwon Min-ju, seorang gadis SMA ... fotokopi fisiknya!

Perjalanan Antar ... Doppelganger!

Melihat sinopsisnya, saya pikir drakor ini bertema time travel "biasa". Tema time travel dengan premis kehilangan orang tercinta biasanya berjalur pengikhlasan. Memuaskan diri mengungkapkan isi hati, menghabiskan waktu melakukan hal-hal yang tak sempat terjadi, ... menghilangkan penyesalan, lah! Namun drama ini beda! 

Ternyata, tidak hanya melakukan perjalanan waktu dari tahun 2023 ke 1998, tapi juga berpindah tubuh! Dan ada premisnya: perjalanan jiwa hanya bisa terjadi pada tubuh yang memiliki kemiripan fisik. Di sinilah saya benar-benar penasaran.

Karakter Jun-hee dan Min-ju yang berbeda membuat drama ini makin seru. Awalnya, Min-ju tak begitu ditonjolkan. Baru di akhir drama perbedaan karakter ini ternyata merupakan permasalahan yang sangat besar. Boleh dibilang malah inti dari segala masalah. Bukan hanya persoalan cinta segitiga dengan Jung In-gyu (diperankan oleh Kang Hoon), yang merupakan sahabat dekat Si-heon, tapi juga berefek pada krisis identitas Min-ju.

Memang drakor ini ternyata bertema berat. Bukan karena paradoks perjalanan melintas waktu atau tentang dunia paralel. Malah tak ada bahasan tentang itu! Yang tadinya saya pikir tentang kehilangan dan pengikhlasan, drama ini malah lebih membahas problematika remaja; relasi dengan orang tua, pertemanan, percintaan, dan terutama tentang pencarian jati diri.

Akhir cerita drama ini terlalu gampang. Heu, saya memang tak suka drama yang mengejar happy ending. Dan menghilangkan semua, adalah jalur yang paling saya benci. 

Memang dunia ini fana. Tapi semudah itukah menghilangkan perjalanan kehidupan dan hanya fokus pada tokoh utama? Tak diperhitungkankah perasaan Min-ju menyaksikan saat-saat terakhir Jun-hee bersama Si-heon? Biarpun semua itu akan hilang lenyap?

Saya juga menyayangkan tidak dijelaskannya nasib jiwa Koo Yeon-jun. Kalau jasadnya masih hidup, berarti jiwanya ada di suatu tempat kan!? Seperti Min-ju saat jasadnya dihuni oleh Jun-hee. Biarpun lagi-lagi, semua akhirnya tiada.

Lagu Tema yang Menghantui

Drama ini merupakan remake drama Taiwan berjudul Someday or One Day (想見你) yang dirilis 2019. Sayangnya saya belum menemukan, bisa ditonton di mana di Prancis. Pengin tau, apakah versi Taiwannya mengambil jalur yang sama. Yang jelas, film yang mengadaptasinya pada akhir tahun 2022 pun kabarnya sudah berbeda.

 

Meski kurang suka endingnya, saya suka perjalanan ceritanya. Alurnya cukup efektif. Semua lekas dijelaskan tanpa berputar-putar, tapi tetap membuat penasaran, mau dibawa ke mana. Lalu salut pada dua pemeran utama yang apik memerankan masing-masing 3 karakter yang berbeda!

Gather My Tears (내 눈물 모아)-nya Seo Jiwon sangat cocok menjadi lagu tema drama ini. Nada yang mengiris menambah nuansa mencekam. Apalagi mengingat akhir tragis penyanyi yang seharusnya usianya tak jauh dibanding saya itu. Diputar berkali-kali sepanjang drama, tak hanya saat adegan perjalanan lintas ... heu doppelganger, lagu itu menghantui saya sampai saat ini.

Drama ini dikategorikan untuk usia 16 tahun ke atas karena mengandung konten kekerasan dan bunuh diri. Ada setitik menyinggung soal ketertarikan sejenis, yang meskipun sangat pendek bisa didiskusikan panjang lebar, termasuk soal keterlibatan cameo-nya sendiri yang ternyata tidak dibayar!

Siapakah dia?

Tonton sendiri yaaa! 


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah