Pertemuan Wali Murid Première Butet

Kemarin saya menghadiri pertemuan wali murid dengan guru dan direksi lycée Butet. Akhirnya, untuk pertama kalinya saya kembali menapaki jalanan ke sekolah SMP dan SMA anak-anak itu. Setelah entah berapa lama.

Bus yang saya targetkan datang terlambat. Bahkan saya sempat melihat bus jadwal sebelumnya lewat, saat hendak menyeberang jalan. Memang Butet sudah cerita kalau bus sering terlambat minggu ini. Beruntung bus untuk turun ke Cannes sesudah jam 5 sore tidak penuh. Sebelum itu? Jam pulang anak sekolah!

Menyusuri kota tua Cannes serasa nostalgia jaman masih antar-jemput melatih anak-anak naik kendaraan umum sendiri. Sekarang si kecil pun sudah kelas 2 SMA. Ternyata jalanan masih ramai dengan turis. Harus berhenti beberapa kali untuk membiarkan mereka mengambil foto, atau lebih tepatnya menghindari diri masuk ke dalam foto mereka! Hahaha.

Sampai depan sekolah, ternyata sudah banyak yang mengantri masuk. Saya lihat sebagian besar ibu dan beberapa bapak memegang kertas berstabilo. Memang pertemuan wali murid kali ini cukup spesial!

Kalau sampai kelas 1 SMA yang lalu orang tua duduk manis dan guru-guru yang bergantian datang presentasi, kali ini dibalik: guru-guru relatif duduk manis di kelas, dan orang tua yang harus berkeliling mencari!

Kelas 2 SMU di Prancis adalah saatnya penjurusan. Heu ... kurang tepat juga sih, sebenarnya. Karena sejak 2019 tidak ada lagi jurusan-jurusan S (scientifique), ES (Economie-Sociale), atau L (Litterature). Siswa diminta memilih 3 bidang studi spesialisasi. Yang nantinya di kelas 3 SMA, mereka harus drop satu, untuk hanya 2 bidang studi spesialisasi.

Pemilihan ini tentunya didasarkan pada projek masing-masing sesudah lulus SMA. Mau ke mana? Mau kuliah apa?

Di kelas 2 ini juga, atau lebih tepatnya di akhir kelas 1, siswa menentukan akan tetap di SMA yang sama atau pindah. Karena bisa jadi spesialisasi tertentu tidak diselenggarakan di sekolahnya. Misalnya spesialisasi art, cinema, science ingenieur, ... yang kalau diinginkan dan tak mau menggantinya dengan spesialisasi lain, harus mencari sekolah lain yang menyelenggarakan.

Bingung?

Misalnya untuk Butet yang masih ragu apakah dia melepaskan impiannya menjadi ahli otak dan fokus ke animator atau arsitektur. Dia memilih spesialisasi Matematika, SVT (science vie et terre, semacam biologi digabung geografi), dan PC (physic-chimie, fisika-kimia). Nanti di kelas 3, dia drop SVT kalau mau fokus ke arsitektur. Kalau mau ke ahli otak, PC-nya yang didrop. Kalau mau animator? Heu, baik SVT maupun PC mendukung sih. Jadi terserah dia senengnya yang mana.

Tidak bikin berkurang bingungnya ya?

Tenang. Tak usah diambil pusing kalau tidak memiliki anak usia SMA yang bersekolah di Prancis. Sama seperti di Indonesia, kurikulum di Prancis sangat dinamis alias sering berganti. Jadi, jangan pusing sekarang. Nanti saja, kalau sudah waktunya! Saya sendiri lebih memilih menjalaninya saja. Pelan-pelan.

Kembali ke pertemuan wali murid.

Acara dimulai dengan pertemuan wali kelas. Kelas Butet mendapat jatah sebuah ruangan di lantai 3. Baiklah, mari naik. Sengaja saya meperkirakan datang lebih cepat agar ada waktu bernafas. Biar bisa jalan pelan-pelan dan tak terlalu keringatan. AlhamduliLlah tercapai meski bus datang terlambat, tapi sepertinya sampai cukup tepat. 

Memasuki ruangan, sudah banyak ibu-ibu yang menunggu. Plus satu bapak. Saya tak kenal satupun. Sedikit demi sedikit, wali murid lain datang. Pertemuan dimulai tepat pukul 18.

Pertemuan hanya diberi waktu 10 menit. Karena sesudahnya, disambung pertemuan dengan guru bahasa Prancis. Pelajaran yang akan diujikan sebagai syarat kelulusan SMA tahun ini. Kebetulan wali kelas Butet adalah guru bahasa Prancis. Saya cukup duduk diam menunggu para wali murid satu kelas lain yang juga diajar wali kelas Butet itu.

Kali ini pertemuan hanya berlangsung 10 menit. Demikian juga pertemuan dengan guru-guru spesialisasi berikutnya. Bahkan kurang. Karena kan perlu waktu bagi para orang tua untuk berpindah ruangan ke kelas-kelas spesialisasi yang dibagi sesuai jadwal pelajaran itu.

Spesialisasi pertama adalah yang diberikan Senin jam 10. Matematika, untuk Butet. Gurunya berada di lantai 2. Mari turun.

Spesialisasi kedua adalah yang dijadwalkan hari Selasa jam 13.30. SVT untuk Butet. Gurunya di lantai 3. Oke, naik lagi! Gurunya tidak hadir. Kelasnya digabung dengan kelas guru SVT lain. Tak masalah.

Spesialisasi ketiga, ya, PC untuk Butet, adalah yang dijadwalkan Selasa pukul 10. Guru Butet berada di lantai 2. Turun lagi! Tapi tak apa, karena setelah itu ada pertemuan besar di gedung pertemuan yayasan yang berada di bangunan lain!

Inilah tadi fungsi stabilo yang dibubuhkan di kertas-kertas para wali murid. Saya sih versi digital saja; cukup highlight di file pdf saja. Apapun versinya, ini wajib! Seorang ibu jadi sumber senyum satu ruangan karena tak tau harus ke mana sesudah pertemuan dengan wali kelas. Wajar saja. Karena memang tak ada pattern dari baik dari urutan spesialiasi maupun ruang pertemuannya!

Saya tidak akan cerita mengenai isi pertemuannya secara mendetil. Antara silabus, metode pelajaran, pengujian, ... standar lah. Sebenarnya, tak hadir pun  saya bisa mendapatkan informasinya di platform sekolah. Namun lebih enak kalau mendengar langsung inti-intinya kan!? Sambil menunjukkan kepedulian pada pendidikan anak kita ke pihak sekolah. Dan memperhatikan antusiasme orang tua lainnya. Dengan bonus kelakuan lucu dan aneh mereka. Yang saya sendiri pun pernah berkontribusi di dalamnya! Hahaha.

Tapi itu cerita lain lagi!


 

 

Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah