Kopenhagen 2024: Hari Keempat

Tak terasa sudah hari terakhir di Kopenhagen. Kami berniat santai. Hanya mau menghabiskan siang di Pusat Arsitektur Denmark yang terletak 1 km saja dari hotel. Kebetulan kartu transport juga sudah habis. Sesuai rencana, sih.

Pagi itu, ruang makan terlihat lebih sepi lagi. Yang sarapan memang lebih sedikit. Karena berniat makan santai, Butet menambah menunya dengan telur dadar isi keju. Saya tak mengambil kentang dan hareng asap untuk menggantinya dengan Danish pastry. Untung saja. Karena saya tak sempat mencicipinya sama sekali selain saat sarapan itu! 

Kami sudah menyiapkan barang-barang kami sebelum sarapan. Seusai sarapan, kami naik mengambil barang, menitipkan barang ke concierge sambil check-out, lalu baru keluar jalan-jalan.

Christianshavn

Kami sengaja memilih jalan menyusuri kanal untuk menuju ke DAC. Ada jalan yang 300 meter lebih pendek, tapi menyusuri jalan besar. Sekalian saya ingin mengambil foto-foto dareah sekitar hotel.

Seperti Christians Kirke yang terletak di sebelah hotel tapi tak sempat kami kunjungi.

Atau Knippelsbro yang kami lewati tanpa sempat kami apresiasi.

Saat melewati pemberhentian harbour bus, terlihat kapal yang searah dengan perjalanan kami datang. Kok ya pas banget. Di papan petunjuk, diumumkan bahwa kapal ke arah lain baru akan datang 20 menit kemudian. Persis kebalikan saat kami di tempat yang sama di hari kedua.

Jadilah kami berjalan seiring kapal yang pemberhentian selanjutnya adalah Perpustakaan Kerajaan yang dikenal dengan Berlian Hitam yang berlokasi di tak jauh dari DAC, melewati Cirkelbroen yang unik karya Olafur Eliasson, yang tetap saja tak bisa saya ambil gambarnya karena tak pernah sepi.

Dansk Arkitektur Center

Tiket masuk ke DAC gratis untuk di bawah 18 tahun. Namun sepertinya kami kurang beruntung. Seperti di Museum Desain, di sini juga sedang ada renovasi! Bagian koleksi permanennya, pula! Jadilah kami hanya bisa mengakses pameran temporer. Untungnya ada dua. Dan tiket pun didiskon jadi 50 DKK saja dari standar 115 DKK!

Kami langsung naik melalui tangga menuju ruang pameran temporer di lantai 4. Saya tak memperhatikan di mana lokasi lift. Mustinya ada. Saya sempat melihat pengunjung yang membawa stroller.

Pameran temporer Aware diadakan hingga 15 September 2024. Terdapat beberapa instalasi yang katanya "menantang pengunjung untuk mempertimbangkan hubungan antara atmosfer spasial dan emosi manusia."

Lagi-lagi objek-objek di museum ini mengingatkan saya pada defile haute couture. Atau prototipe mobil lah! Cantik, unik, menggelitik, aneh, sulit dibayangkan untuk ditemui dalam keseharian. 

Di ujung pameran Aware, terdapat beberapa maket bangunan-bangunan ramah lingkungan. Ada aplikasi VR yang bisa dicoba pengunjung.

Untuk turun dari lantai 4, pengunjung bisa menggunakan tangga, eskalator, atau ... perosotan! Disediakan alas duduk yang menutupi sepatu bagi mereka yang ingin menggunakannya. Tentu saja Butet tak melewatkannya. Dia sampai mencoba dua kali! 

Niatnya, yang kedua untuk difilmkan. Awalnya memang sepi. Namun setelah Butet meluncur, ada banyak yang ikut juga. Tanpa aba-aba, saya tak tahu kapan harus merekam. Tak apa. Yang penting anaknya puas! Meluncur dari 4 lantai, kecepatannya tinggi, katanya!

Sampai bawah, Butet naik lagi. Masih ada pameran temporer yang ditampilkan di sepanjang tangga menurun. Changing Our Footprint memperlihatkan ide-ide arsitektur yang dekat dengan alam dan ramah lingkungan.

Dengan koleksi permanen yang ternyata tutup, perhitungan kunjungan kami yang 2 jam jadi tak sampai 1 jam. Kami pun sama sekali belum lapar untuk mencoba restoran DAC yang katanya pemandangannya bagus itu.

Christianshavn Vold

Agak patah hati keluar dari DAC, meski cukup terhibur dengan mendapatkan satu slingbag merk asli Denmark dan totebag DAC. Hehehe. Masih ada sisa waktu terlalu banyak sebelum penerbangan kami yang jam 7 malam, mengingat perjalanan ke bandara hanya 15 menit saja.

Paksu mengusulkan ke kota. Namun Butet menolak karena sudah tak boleh belanja-belanja. Hahaha. Saya pun mengusulkan kembali ke hotel saja, menyeberangi kembali Lille Langebro yang merupakan jembatan khusus untuk sepeda dan pejalan kaki—dan ini banyak di Kopenhagen—, dilanjutkan mengambil jalan menelusuri Christianshavn Vold yang katanya dulu merupakan benteng pertahanan kota Kopenhagen. 

Jalur ini dikelilingi oleh kanal yang sebenarnya indah. Namun mungkin karena udara yang mulai menghangat (untuk ukuran Denmark), ada banyak nyamuk di sana! 

Nyamuk, lalat, ... atau entah apa lah. Yang jelas ada banyak sekali dan sangat mengganggu. Kawanan serangga kecil-kecil itu terbang bergerombol di ketinggian wajah dan mengikuti perjalanan kami! Kami pun memutuskan keluar dari sana dan mengambil jalan umum saja.

Kanal-kanal Christianshavn

Kami menyusuri kanal kecil yang bersambung dengan kanal besar di samping hotel. Tak mau jauh-jauh. Hanya ke arah stasiun metro saja. Tak mau sampai ke daerah merah Freetown Christiania juga.

Jalanan daerah itu tak beraspal. Dilapisi batu (apa ya, istilahnya?), mengingatkan saya pada model jalanan di masa lalu. Mungkin itu sisa benteng yang masih dijaga? Entahlah.

Sepertinya di Kopenhagen memang sedang musim Sakura berbunga. Dan ada banyak Sakura di sana. Salah satunya kami temui sendiri di tengah sebuah taman kecil.

Kami melihat jembatan Cirkelbroen yang tampak sepi. Sayang jauh!

Perjalanan kami berujung di stasiun metro. Memang kami berniat ke swalayan Normal yang berlokasi tepat di seberangnya. Butet ingin membelikan kudapan asal Amerika yang sempat dilihatnya tersedia di swalayan Normal lain untuk salah satu sahabatnya. Kudapan itu tak masuk Prancis.

Butet malah mendapatkan Kitkat rasa stroberi yang juga jarang ditemukan di Prancis. Saya menyesal tak membeli biskuit-biskuit unik yang tak ada di Prancis. Karena saya mencari Danish biscuit yang tak saya temukan di Normal. 

Kami sempat masuk 7 Eleven yang berada di sekitar situ juga. Danish biscuit yang ada di sana bukan merek yang saya cari. Lagipula sulit membayangkan bagaimana caranya memasukkan kaleng yang cukup besar itu ke dalam tas tenteng nantinya.

Kami juga memasuki toko roti di daerah stasiun metro itu. Tapi merasa tak ada nafsu untuk makan kue. Dan belum lapar untuk makan sandwich yang juga dijual di sana.

Kami pun memutuskan untuk kembali ke hotel. Membuang sedikit waktu dengan duduk-duduk santai, sebelum memutuskan mengambil barang dan ke airport saja. Karena untuk makan siang di restoran hotel pun, kami merasa belum lapar. Sudah terbiasa makan siang jam 3-an.

Belakangan, saat sudah sampai di rumah baru terpikir kenapa kami tidak mengunjungi Perpustakaan Kerajaan saja? Atau Museum Perang yang sempat kami lewati di hari pertama yang tak jauh juga? Tapi ah ya sudahlah. Memang tak mungkin juga mengunjungi semuanya kan ya!?

Københavns Lufthavn

Saat keluar dari hotel, ternyata gerimis turun! Wah, Kopenhagen sedih, kami tinggalkan ya?

Kami ke airport naik metro. Sampai sana belum jam 3. Konter check-in belum dibuka. Untungnya ada check in bagasi otomatis. Kami bisa lekas membebaskan diri dari bagasi besar dan menuju gerbang pemeriksaan security.

Kenapa mau cepat-cepat masuk?

Karena di luar bandara tak banyak tempat makan. Dan kami mulai lapar. Ada lebih banyak pilihan makanan sesudah pemeriksaan security. Apalagi bandara Kopenhagen itu unik: terminal masuknya boleh ada beberapa, tapi nantinya akan masuk ke tempat yang terhubung semua!

Meski sudah lapar--sudah jam 3!--, kami jalan pelan sambil melihat-lihat kanan-kiri. Mampir ke berbagai gerai 7 Eleven yang juga menjual buku. Sayangnya harganya lebih mahal lagi ketimbang di toko buku di kota.

Kami mendapatkan sebuah pujasera dan makan di sana. Setelah selesai, baru sadar bahwa ada gerai smørrebrød, tepat di sebelahnya! Yah, belum rezeki! Selama itu kami mencari makan yang praktis saja. Dan keinginan saya untuk makan smørrebrød di Denmark belum sempat terlaksana.

Usai makan, kami masih jalan-jalan. Sambil menuju ke gate keberangkatan yang ternyata tidak jauh. Saat itulah saya baru menyadari bahwa Københavns adalah nama Kopenhagen dalam Bahasa Denmark! Saya pikir itu adalah nama bagian daerah di Kopenhagen! Ah, Duolingo kelewat info nih! Hahaha. 

Home Sweet Home

Pesawat berangkat pukul 18.50. Langit berawan tebal. Untungnya hujan sedang berhenti karena kami harus naik dari luar, tak lewat garbatara. Tinggal landas dan perjalanan cukup lancar. Jauh lebih mulus dibanding saat keberangkatan yang banyak turbulensi dan bahkan ada yang cukup besar.

Berangkat masih terang, sampai Nice saat matahari terbenam. Indah sekali pemandangan pantai Cannes yang terlihat jelas dari atas pesawat dengan Pulau Saint Marguerite dan Pulau Saint Honorat-nya.

Kami sampai 10 menit lebih cepat dari yang dijadwalkan. Dengan suhu udara dua kali lipat lebih tinggi dari tempat berangkat. Padahal dua jam lebih larut.

Kami memanggil Uber untuk pulang. Jalur pulang ternyata harus memutar jauh karena ada perbaikan jalan di pintu keluar tol. Padahal rumah kami berada tak jauh dari pintu keluar tol! Ada ekstra 15 menit tambahan untuk memutar itu.

Yah, yang penting kami sampai kembali ke rumah dengan sehat dan selamat. Kami memesan antar untuk makan malam. Masih dengan Uber. Kali ini Uber Eats. Makan, mandi, salat, lalu istirahat di rumah sendiri yang meski tak semewah hotel, tetap terasa lebih nyaman!


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah