Musim Murbei 2024

Gedung rumah susun kami terletak di sudut jalan. Tepat di sudut itu, terdapat pohon murbei. Apartemen kami terletak di sudut yang sama. Berada di 1er etage (lantai 1 untuk versi Prancis dengan lantai dasar sebagai lantai 0) beberapa dahan murbei sering menjulur panjang, mencapai balkon kami!

Pohon Kota

Pohon murbei memang merupakan pohon buah perkotaan yang banyak terdapat di daerah kami. Di samping jeruk pahit tentunya. Jeruk bigarades yang menjadi buah simbol kota Le Cannet ini memang banyak kita temukan di berbagai sudut jalan. Kalau sedang berbunga, duh wanginya, berada di sekitarnya. Buahnya sering terlihat dibiarkan matang dan berjatuhan. Memang tidak enak dimakan, sih. Citrus aurantium yang biasa jadi bahan pembuatan selai atau alkohol jeruk ini tentu tak menarik dipetik kalau hanya mendapatkan 1 atau 2 saja.

Ada dua jenis pohon murbei yang terdapat di daerah kami: murbei hitam (ungu gelap) dan murbei putih. Keduanya manis. Murbei yang ada di depan rumah kami adalah yang putih. Rasanya lebih ringan ketimbang yang merah.

Saya tak ingat, 19 tahun lalu pohon itu sebesar apa. (Ya, sudah 19 tahun kami tinggal di rumah yang sama!) Namun saya hanya menemukan arsip foto kami memanen murbei pada 9 tahun yang lalu. Entah apakah pohon murbei itu sudah berbuah sejak kami pindah ke sana tanpa kami memperhatikannya, atau memang baru beberapa tahun kemudian.

Panen Murbei

Seingat saya, kami pun tak langsung berani memetik buah putih itu. Ada seseorang yang memberi tahu kami kalau buah dari pohon yang ada di depan gedung kami itu bisa dimakan. Dan enak! Sebelumnya, kami hanya memandangi saja buah-buah yang jatuh ke trotoar. Kami pikir itu hanya cocok sebagai makanan burung saja.

Panen sendiri adalah kata yang besar! Bagaimanapun juga, batang utama pohon murbei itu terletak 2 meter dari dasar bangunan kami. Tak semua dahan bisa sepanjang itu. Dan jelas, tak banyak dahan yang mengarah ke bangunan kami, apalagi balkon kami!

Kami hanya bisa memetik murbei yang berada di dahan yang masuk ke balkon kami saja. Sedikit meraih buah yang agak jauh. Kami tak pernah berusaha dengan sengaja untuk meraih yang jauh-jauh. Gemas juga, melihat buah yang banyak di sepanjang dahan ... di ketinggian!

Jangan salah! Ada lho orang yang datang khusus untuk memetik murbei. Ada yang sendirian, ada yang mengerahkan keluarganya. Satu menggoyangkan dahan-dahan, yang lain mengumpulkan buah yang berjatuhan. 

Pernah suatu saat ada yang datang berombongan. Satu menggoyangkan dahan, yang lain membentangkan selembar plastik (terpal?) yang ukup besar. Wah, bisa panen besar, mereka, mengumpulkan buah yang jauh dengan mudah saat sudah putih matang itu.

Trotoar yang Lengket dan Licin

Namun sudah beberapa tahun belakangan kami tak memanen murbei. Dahan-dahan murbei dipangkasi begitu mulai musim berbuah. Pasalnya, murbei yang jatuh ke tanah, selain mengotori, lengket di kaki, juga membuat trotoar licin. Sudah ada beberapa orang yang jatuh terpeleset!

Entah kenapa di musim semi ini murbei depan rumah tak dipangkas. (Dahan-dahan murbei yang gundul di musim gugur dipangkas di musim dingin.) Dibiarkan rimbun, meneduhkan rumah kami. Dibiarkan, hingga berbuah banyak!

Saat melihat pohon murbei mulai berbuah, setiap hari kami berdebar menanti apakah akan ada yang datang memangkas. Seminggu yang lalu, saat sudah cukup banyak buah yang matang dan berjatuhan, saya langsung memetikinya. Takut kehilangan kesempatan. 

Saya menulis ini pun sebenarnya sambil berdebar. Tadi pagi saya melihat ada polisi datang dan berbincang dengan beberapa orang yang sepertinya meyampaikan keluhan. Pak polisi bilang kalau sudah ada yang menelepon juga. Tak jelas sih, keluhannya apa. Tapi saya takut itu tentang pohon murbei. Karenanya, saya lekas memanen lagi!

Perasaan saya sepertinya tak sepenuhnya salah. Saya mulai menulis ini saat ada truk dinas pertamanan yang datang. Dua orang petugas memotongi dahan-dahan. Satu orang memandori saja. Beberapa saat kemudian proses pemotongan berhenti. Truk dinas pertamanan tidak langsung pergi. Saya pikir, apakah sedang istirahat? Namun ternyata kemudian truk itu pergi tanpa adanya aktivitas lanjutan sama sekali.

Saya lihat, yang dipotong adalah dahan-dahan pendek yang mudah diraih dari trotoar. Apakah hanya untuk menghalangi orang-orang berusaha meraihnya saja? Apakah untuk mengurangi kuantitas buah yang jatuh dan terinjak-injak, beresiko membuat terpeleset saja? Apakah pemotongan akan dilanjutkan lagi di lain hari?

Meeting Point

Sudah beberapa hari terdengar ramai di bawah balkon kami. Orang-orang memang biasa berhenti di pojokan jalan yang agak lapang itu. Sering saya dengar orang menelepon dari situ. Enak juga buat ngobrol para ibu sepulang mengantar anak sekolah meski tak ada tempat duduk. Atau bersama anak-anak setelah menjemput mereka.

Adanya buah murbei, sepertinya mereka makin betah. Ngobrol bisa sambil ngemil buah-buah yang bisa dipetik langsung dari dahan rendah.

Menghilangnya dahan-dahan yang menjulur terjangkau, apakah mereka masih akan bisa berkumpul sore ini?

Seperti yang terarsipkan 9 tahun yang lalu, bulan Mei begini adalah saatnya murbei berbuah. Apakah tahun depan kami bisa bertemu dengan musim murbei lagi?


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Pindah or not Pindah

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo