Satu Tahun "Bermain" Duolingo

365 streaks!

Yes!!!

Hari ini, tepat setahun sudah, saya konsisten belajar bahasa dengan menggunakan aplikasi Duolingo.

Dimulai dengan bahasa Jepang, dengan motivasi ingin mengejar ketinggalan dari rekan-rekan kelas gabungan level 2 dan level 3 di kursus yang diselenggarakan Cannes Université. Kemudian disusul dengan bahasa Arab. Selain memang sudah lama ingin kembali mempelajarinya—ya, saya sudah sempat ikut kursus semasa kuliah dulu, selain belajar di sekolah sore di masjid saat SD yang tentunya sudah terkikis waktu—, saya juga gemas karena tak berhasil naik level kalau dengan satu kursus saja! Dengan lebih dari satu kursus, saya bisa mengumpulkan XP lebih cepat! Hahaha.

Bahasa Denmark masuk dalam daftar saat kami bersiap ke Kopenhagen akhir April lalu. Senang-senang saja sih. Bahasanya susyaaah. Dan saya tahu pasti kalau di sana bisa menggunakan bahasa Inggris dengan luas.

Saya menuntaskan Section 1 (Unit 16: Identify Ingredients), sebelum berangkat. Sepulang liburan, saya hanya lanjut Section 2 Unit 1 (Talk about Hygge). Lanjut Unit 2 (Use the Future Tense), baru level 1 sudah mandeg. Tak ada motivasi lagi! Hehehe.

Agak beririsan, saya mengambil bahasa Swedia. Anak sulung sudah bertahun-tahun merantau ke sana kok mamaknya nggak belajar bahasanya juga? Katanya senang belajar bahasa? 

Mungkin karena selama 5 tahun si Ucok merantau, baru sekali kami ke kotanya. Dan dia sendiri pun belum serius belajar bahasa Swedia. Merasa tak perlu, sepertinya. Di sana, bahasa Inggris sudah membudaya.

Tuntas Section 1 Unit 9 (Form Questions), saya sudah mandeg. Masih belum cukup kuat motivasi belajarnya!

Bisa jadi karena waktu itu saya mulai belajar bahasa Jerman juga sih. Bahasa yang dipilih Butet sebagai pelajaran bahasa asing wajib di sekolah. Sudah lama dia mengajak saya mempelajarinya. Saya sempat mengumpulkan buku pelajaran yang sudah tak dipakainya juga. Yang tentu saja belum sempat saya pelajari. Entah ada di mana kedua buku itu sekarang. Eh? Hehehe.

Saat saya menulis ini, di Duolingo, bahasa Jerman saya sudah mencapai Section 2 Unit 15 (Give Health Advice), bahasa Arab sampai Section 2 Unit 25 (Buy Food), dan bahasa Jepang di Section 3 Unit 90 (Take Public Transit).

Terus terang saya pribadi merasa bahwa penggunaan Duolingo kurang efektif untuk belajar bahasa. Saya terbantu mengendapkan hiragana dan katakana di kepala. Saya juga mendapat beberapa kosa kata yang kalau tak diulang-ulang jelas bakal lenyap begitu saja. Untuk bisa berbicara atau memahami anime dan dorama, rasanya masih jauh sekali.

Begitupun untuk bahasa Arab dan Jerman. Mungkin saya bisa mengerjakan soal-soal di Duolingo dan sedikit demi sedikit mengerti aturan konjugasi kata kerja. Namun saya tak yakin bisa memahami jika ada teks di luar sana. Atau berbincang dengan native speaker.

Tapi saya tak berniat berhenti menggunakannya. Bagaimanapun juga, ini adalah salah satu cara mengasah otak saya. Daripada hanya main Words of Wonders, atau lebih payah lagi, Knittens! Hahaha.

Belakangan saya lebih banyak menggunakan Duolingo untuk "bermain" bahasa Arab dan Jerman. Tingkat kesulitan bahasa Jepang sudah cukup tinggi. Saya sering putus asa karena salah-salah melulu. Sejak mulai kursus lagi, saya lebih sering fokus belajar katakana saja. Mengerjakan lesson-nya kalau sedang santai saja.

Ya! "Bermain" Duolingo menjadi salah satu kegiatan di masa luang saya. Jadi hiburan saat waktu senggang. Menemani saat duduk santai istirahat. Karenanya, jangan malah membuat pusing karena nggak ngerti-ngerti saja ya!?

Namun kadang kala saya terpicu juga untuk meraih XP sebanyak-banyaknya. Itu terjadi kalau tetiba saya lolos di Diamond Tournament dalam grup yang mudah. Itupun asal masuk final saja. Kalau grupnya sulit sih, bye-bye lah. Asal nggak turun dari Diamond League saja sudah cukup! Hahaha.

Yuk, ikutan main Duolingo!


---

Tulisan ini tidak disponsori oleh aplikasi Duolingo 🤪


Comments

Popular posts from this blog

Menyusun Tagihan

Blogger Curcoler? Yes!

Poulet Rôti du Dimanche