Lima Hari di Paris

Menjelang keberangkatan ke Paris, saya berniat membuat jurnal perjalanan. Saya ingin mencatat apa yang saya lakukan dari hari ke hari. Namun akhirnya batal. Merasa tak ada yang menarik.

Setelah perjalanan berlalu, saya merasa sayang juga. Ingin tetap mencatat meski tak bisa detil. Agar tak lupa.

Saya mulai dari Senin saja. Karena kami tiba sudah Minggu malam. Hanya masuk hotel. Untuk makan malam pun kami memilih pesan antar. Ada finalisasi berkas pendaftaran salah satu sekolah animasi, sih. Tapi itu cerita lain kali saja.

Senin

Hari Jumat sebelum keberangkatan, saya agak sakit. Karenanya, Senin saya sudah berniat bersantai, istirahat saja. Tak merencanakan apa-apa.

Saya mengantar Butet ke atelier-nya. Lebih tepatnya menemaninya ke swalayan dan membayarinya onigiri untuk makan siang. Karena sebenarnya Butet ingin pergi sendiri.

Hotel ke kampus berjarak 1 km saja. Itu adalah salah satu alasan kami memilih hotel juga: karena kepraktisannya. Cukup jalan kaki untuk pulang-pergi atelier.

Saya sempat balik ke hotel sebelum keluar lagi. Tujuannya ke Librairie Maruani, sebuah toko buku yang merangkap kafe. Masih kepagian untuk makan siang setelah melihat-lihat toko yang tak besar itu. Tapi karena tak sarapan, bisa juga saya habiskan lasagna bayam-ricotta yang hangat dengan cukup cepat. Miam!

Usai makan, saya kembali ke hotel dan tidak ke mana-mana lagi. Butet mengabarkan kalau tak perlu dijemput karena mau pulang bersama dengan temannya, yang pada akhirnya pulang sendiri. Dan dia mengatakan akan pulang sendiri ke depannya.

Selasa

Selasa adalah hari saya yang paling aktif. Praktis seharian di luar rumah, dari pagi hingga Magrib.

Pagi

Sesudah melepas Butet dekat kampusnya, saya langsung berjalan menuju La Maison de l'Indonesie. Sudah lama saya mendengar tentang "warung" yang menyediakan kopi serta masakan Indonesia itu, tapi belum berkesempatan ke sana.

Saya memilih berjalan kaki. Hanya 2,5 km saja dari kampus si Butet. Saya lupa kalau sudah berjalan 1 km sebelumnya. Tapi jalan santai itu. Trotoarnya pun cukup menyenangkan. 

Lagi-lagi saya brunch. Dibuka dengan coklat asli Indonesia yang hangat, ditemani gohyong gurih. Lalu lanjut soto betawi yang merupakan menu hari itu. Memang La Maison de l'Indonesie menyediakan menu yang berbeda tiap harinya. 

Saya makan sambil ngobrol bersama mbak Eka, sang pemilik warung. Saat datang, saya sempat bertemu juga dengan ibundanya yang rupanya hari itu berulang tahun. 

Obrolan kami terhenti saat pembeli mulai berdatangan. Ada yang take away, ada yang makan di tempat. Saat meja mulai penuh, saya pamit. Sudah selesai makan juga, dan saya ada janji siang itu.

Saya kembali ke hotel menggunakan bus. Kebetulan menemukan "harta karun" berupa beberapa tiket T+ yang kami beli tahun 2022 dan belum terpakai. Mulai Januari 2025, tiket T+ dalam bentuk kertas sudah tidak dicetak lagi, tapi masih bisa dipakai. Karenanya, saya coba saja sebelum jadi barang koleksi! Hahaha.

Siang

Saya sempatkan salat dan istirahat sebentar sambil menunggu kabar dari teman. Mulanya, kami sepakat janjian di Librairie Maruani. Namun saat ke sana, sekitar jam 3 sore, saya lihat menu kue-kuenya sudah tidak lengkap. Saya rasa, tempatnya juga kurang cocok untuk dua putra lelaki sahabat saya yang masih usia SD itu. Kami pun memutuskan pindah tempat di Pret a Manger.

Tempat makan yang terletak tepat di seberang hotel saya itu ternyata nyaman sekali. Tempatnya luas dan cukup bersahabat untuk yang hendak berdiam lama. Terlihat beberapa orang di depan laptop mereka. 

Baru kedua kali bertemu, obrolan kami tetap seru. Dua jagoan yang soleh sabar sekali menunggu mama dan tata—begitu mereka memanggil saya—berbincang. Mereka bahkan menghadiahi saya beberapa gambar, mengetahui saya mengenal Sonic!

Berat rasanya hendak berpisah sore itu. Untuk mengulurnya, mereka saya bawa ke hotel. Saya tunjukkan kamar sempit kami, yang untuk salat pun harus bergantian di belakang pintu masuk! Heu ... 

Kami ngobrol lagi bahkan sampai Butet pulang! Hahaha.

Rabu

Sebenarnya saya sudah minta izin tidak bertugas di pengajian. Namun karena saya malas ke mana-mana, saya online menjelang jam mulai kajian. Tidak ikut tadarus. Online dari Pret a Manger ditemani coklat panas dan pastei de nata.

Sebenarnya bisa saja saya makan siang di sana. Cuma kok bosan, di tempat yang sama seharian. Saya putuskan ke swalayan dan membeli makanan siap santap ringan saja. Masih terasa penuh dengan sarapan manis juga.

Sesudah makan di kamar hotel, saya tak ke mana-mana. Rencananya, sore itu saya dan Butet makan pancake di Fuwa-fuwa. Akhirnya batal karena Butet memilih jalan-jalan dengan temannya. Yah, nasib mamak-mamak! Hahaha.

Kamis

Hari itu diprakirakan hujan. Awalnya saya berniat ke toko buku. Tapi ke mana? Toko buku tertua? Terbesar? Yang populer? Kebanyakan pertimbangan, akhirnya ... yah, begitulah: batal!

Pagi itu saya memutuskan jalan-jalan di sekitar arrondissement 13 saja. Bagian Paris yang dikenal sebagai daerah dengan populasi Asia yang besar. Saya ingin ke Chinatown. Siapa tahu bisa menemukan sambal instan Indonesia.

Sambal tak ditemui—tapi dapet "bakpia" dan Pocky, saya tetap puas bisa jalan-jalan tak jelas. Saat itulah saya merasakan betapa nikmatnya ternyata "liburan" tanpa agenda.

Sambil pulang, saya membeli makan siang: ayam goreng Korea. Saat sampai hotel, baru tau kalau nasinya merah. Baik nasi ataupun ayamnya enak sekali!

Sesudah makan, lagi-lagi saya tak ke mana-mana. Kesempatan terakhir untuk Butet ke Fuwa-fuwa. Dan tercapai!

Pertama kali makan pancake Jepang ini di Indonesia. Di Pancious Transmart Bandung yang sayangnya waktu kami balik 2024 lalu sudah tidak ada lagi. Saat menemukan Fuwa-fuwa 2023 lalu, tentu saja kami langsung menjadikannya tujuan makan kalau berkesempatan ke Paris lagi!

Jumat

Hari kepulangan. Paksu bekerja dari rumah hotel. Menjelang jam makan siang kami check out, menitipkan barang, lalu makan siang. Berdua saja. Butet memilih memaksimalkan waktunya bersama teman-temannya.

Kereta kami berangkat pukul 16.10. Kami tiba di Cannes pukul 21.33. Menunggu bus 20 menitan, dan sampailah kami di rumah.

Kapan ke Paris lagi?

Mungkin saat Butet wawancara untuk sekolah arsitektur?

Atau saat mencari tempat tinggal untuk Butet kalau diterima di sekolah animasi?

Atau saat pindah rumah sekalian semuanya ke Paris?

Kita lihat saja nanti!

---

Btw., kok foto yang dipasang kebanyakan makanan ya? Heu... Hihihi...


Comments

Popular posts from this blog

Menengok Ketentuan Pemberian Nama Anak di Prancis

Perjalanan Bela Bangsa

Blogger Curcoler? Yes!