Butet dan Guru Matematikanya

Hari ini hari terakhir bersekolah dengan pelajaran penuh untuk Butet. Senin masih masuk. Tapi ada satu jam yang dipakai untuk pengembalian buku, dan ada satu jam kosong. Selasa sudah libur. Lokal sekolah dipakai untuk ujian akhir collège dan lycée...

Seminggu ini, Butet dan teman-temannya sudah mulai mengucapkan Sampai Jumpa dan Selamat Berlibur kepada guru-gurunya di jam terakhir pelajaran yang diberikan tahun ajaran ini. Karena belum tentu masih bisa bertemu di luar jam pelajaran...

Butet dan teman-temannya juga bertanya pada para guru, apakah tahun depan akan mengajar kelas 3e (troisième = kelas 9). Alasannya bisa berlawanan. Ada karena suka dengan gurunya dan ingin kembali bertemu, ada yang karena tak suka dan berharap tidak akan mendapatkan guru itu kembali...

Nilai Matematika Jatuh di Trimester ke-1

Dari 6e (sixième = kelas 6), nilai matematika Butet cukup tinggi. Tiap trimester berkisar di 18. Tiga sampai empat poin di atas nilai rata-rata kelas...

Dari awal kelas 4e (quatrième = kelas 8) ini, Butet sudah mengeluhkan tentang guru Matematikanya. Guru ini terasa saklek. Dia tak mau menerima pengerjaan soal dengan metode yang berbeda dengan yang diajarkannya meskipun hasil akhirnya benar...

Saya berusaha menjelaskan ke Butet bahwa itu mungkin berkaitan dengan runutan pengajaran. Mungkin berkaitan dengan proses penjelasan metode ke arah yang lebih sulit berikutnya...

Sayangnya, Pak Guru tidak menjelaskan. Beliau hanya bilang tak boleh. Titik. Dan ini membuat siswa-siswi kelas Butet cukup frustrasi. Mereka menginginkan penjelasan. Seperti Butet...

Pak Guru juga lambat dalam mengoreksi tugas dan evaluasi. Ini membuat Butet dan teman-temannya merasa kesulitan memperbaiki diri. Karena mereka tak tahu, kesalahan apa yang mereka buat di evaluasi sebelumnya. Ini membuat siswa mengulang kesalahan yang sama...

Akibat jangka panjangnya adalah jatuhnya nilai di akhir trimester. Terutama untuk Butet! Di trimester pertama, nilai matematikanya hanya 12,50! Di bawah rata-rata kelas yang 13,50. Ya, rata-rata kelasnya juga jatuh...

Ancaman

Mulai collège di Prancis, sebelum penulisan rapor, diadakan conseil de classe. Rapat ini dihadiri wali kelas, semua guru pengajar, dua wakil siswa, dan dua wakil wali murid. Di sini dibicarakan tentang suasana kelas selama trimester yang sudah berlangsung...

Sebelum conseil de classe, para siswa menyampaikan ke dua wakil mereka segala uneg-uneg tentang guru, pengajaran, atau masalah-masalah lain di sekolah. Ikatan orang tua siswa juga mengedarkan angket bagi para wali murid, yang nantinya bisa disampaikan oleh wakil wali murid di conseil de classe ini...

Saat disebarkannya angket, saya tawarkan ke Butet apakah saya sampaikan keluhan tentang guru matematikanya. Tapi dia tak mau. Tak mau makin menarik perhatian. Dan katanya wakil siswa sudah akan menyampaikan dalam conseil de classe...

Baiklah... Tapi dengan ancaman; jika trimester ke dua nilainya tak naik, saya akan tulis keluhan. Entah ke sekolah, ke wali kelas, atau ke gurunya langsung!

Kenaikan nilai di sini dalam hal naik menjadi di atas rata-rata kelas. Tidak terlalu menuntut, kan!?... Karena saya tahu, Butet ada kapasitas untuk itu. Bisa dilihat dari nilai tahun-tahun sebelumnya kan!?...

Perbaikan di Trimester ke-2

Saya tahu, nilai Butet yang jatuh adalah karena ketidaksukaannya pada gurunya. Rasa tidak suka ditunjukkan dengan keengganannya belajar! Mungkin memang memasuki usia remaja ya!? Saat 6e, Butet juga tak suka dengan guru matematikanya. Tapi itu tak membuatnya malas belajar...

Masalah lain adalah bahwa Pak Guru tahu, bahwa Butet tidak suka padanya. Memang Butet sangat ekspresif. Dengan bermasker sekalipun, terlihat jelas dari matanya jika dia tak setuju, misalnya. Butet tahu, kalau Pak Guru tahu. Karena dia merasa bahwa Pak Guru memilih menghindarinya, dengan tidak memberinya kesempatan menjawab pertanyaan di kelas...

Saat kembali mendapatkan pelajaran matematika sesudah conseil de classe, Butet mengatakan kalau Pak Guru agak berubah... Lebih banyak senyum, dan lebih ramah...

Memang, guru ini adalah guru baru. Baru masuk mengajar di sekolah Butet tahun ajaran ini. Entah apakah sudah pernah mengajar sebelumnya. Masih muda. Ada kemungkinan masih gugup atau grogi dalam mengajar. Apalagi menghadapi kelas yang kritis dan cerdas seperti kelas Butet ini...

Saya ingatkan Butet untuk tetap berkonsentrasi, bagaimanapun kesannya terhadap guru. Dan apa jawabnya? Kalau Pak Guru berubah, aku juga bakal berubah! Begitu katanya dengan mata tegas!... Ah, krisis remaja...

Nilainya sudah cukup meningkat trimester dua itu. Sedikit. Karena masih ada sisa nilai trimester pertama yang belum sempat dimasukkan, dan jadi masuk ke nilai trimester ke dua... Bisa dimengerti juga kan, kenapa Butet benci gurunya itu?...

Pak Guru makin cepat mengoreksi sejak itu. Ada peningkatan lah. Dan demikian juga dari sisi Butet...

Dommage

Tahun ajaran pun berakhir. Nilai matematika Butet sudah lebih normal. Dua poin di atas rata-rata kelas. Lumayan lah...

Pak Guru bilang, kelas Butet ini meraih nilai tertinggi dibanding kelas-kelas lain yang diajarnya. Beliau juga mengatakan bahwa kelas ini yang paling aktif dan menyenangkan buat diajar...

Butet sendiri merasakan bahwa dia belajar banyak dari Pak Guru. Jauh lebih banyak ketimbang kelas-kelas 4e yang lain. Butet merasa, jika dia diajar guru lain, dia bisa mendapatkan nilai yang jauh lebih baik. Tapi materi dasar saja. Esensi dari kurikulum saja. Tidak lebih. Kurang menantang, kata Butet!

Kemarin adalah pelajaran matematika terakhir. Pak Guru menyempatkan berbincang santai dengan para siswa. Anak-anak mengajukan pertanyaan serupa; apakah beliau mengajar 3e tahun depan?

Rupanya Pak Guru akan pindah. Kembali ke kota asalnya. Beliau hanya bertugas satu tahun saja di Cannes. Bahkan istrinya tidak ikut pindah...

Butet cerita bahwa secara spontan dia berkomentar C'est dommage, sayang sekali. Dan Pak Guru tersenyum mendengarnya...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah