Ucok Mudik

Setelah enam bulan merantau, hari ini Ucok mudik. Kembali ke kampung halamannya. Tanah kelahirannya. Di mana dia dibesarkan. Cannes!

Saya senang? Tentu saja! Sudah enam bulan kami tak bersua. Bahkan dua bulan terakhir ini kami tak bisa video chat. Tengah Mei kemarin dia mendapatkan kamar di asrama mahasiswa. Dan sejak itu dia tak memiliki internet yang memadai di tempat tinggalnya!

Menyambungkan internet ke kamarnya ternyata bukan proses yang mudah. Apalagi dia masih diping-pong untuk pengurusan kartu jaminan sosialnya. Tanpa nomor jaminan sosial, sulit mengurus banyak hal. Padahal itu bukan salahnya...

Baru seminggu yang lalu internet akhirnya tersambung juga. Padahal Ucok akan mudik hingga awal Agustus. Jadilah membayar abonemen selama dua bulan tanpa penggunaan. Tapi ya sudah lah. Paling tidak nanti saat kembali ke asrama, internet sudah tersedia...

Beruntung kampus selalu terbuka. Meski tak ada kuliah tatap muka, mahasiswa bisa memesan tempat di lab untuk mengerjakan tugas-tugasnya. Kebanyakan tugas merupakan tugas kelompok. Dan pasti ada salah satu anggotanya yang memiliki sambungan internet lancar...

Untuk berkomunikasi, kami pun memanfaatkan telepon. Abonemen Prancisnya berlalu se-Eropa. Tanpa roaming. Demikian juga internetnya, sebenarnya. Namun karena terbatas, lebih baik dihemat untuk jaga-jaga jika harus online dari asrama untuk keperluan kuliahnya. Tak perlu video chat, tapi mengirim pesan hangout masih lancar...

Siang tadi saya menjemputnya ke airport sendiri. Pesawatnya tiba tengah hari. Butet masih sekolah. Suami saya ada meeting jam 2. Meski sebenarnya tak suka menyetir agak jauh sendirian, saya tak mau diburu-buru dalam perjalanan untuk mengejar waktu. Bikin tambah stress saja!...

Enam bulan tak bertemu, ternyata cepat berlalu. Ucok masih tetap yang sama. AlhamduliLlaah tak jadi kurus. Malah belakangan ditimbang dan bertambah 6 kg bobotnya! Berarti makannya cukup. Dan bahagia di perantauan... Hanya terlihat lelah saja...

Memang perjalanannya panjang. Dimulai dari kemarin, menggunakan ferry untuk melintasi laut ... dari Visby menuju Stockholm. Berjalan-jalan di Stockholm sesiangan untuk membunuh waktu, lalu langsung menuju airport...

Pesawatnya tidak langsung Stockholm-Nice. Transit dulu di Copenhagen untuk berganti pesawat. Dan pesawat untuk ke CPH berangkat pukul 6 pagi! Karena itulah Ucok memutuskan untuk menginap di airport saja...

Tak bisa tidur, katanya. Tak ada kursi nyaman untuk itu... Jadilah dia begadang semalaman...

Perjalanan ARN-CPH yang cuma satu jam, tak sempat melenakannya. Transit dua jam hanya cukup untuk sarapan smoothie saja. Apalagi dia harus tes antigen lagi karena tes yang dilakukannya di Visby sudah lewat 48 jam...

Tesnya terlalu awal!... Karena memang tadinya dia berniat melakukan CPR yang berlaku 72 jam. Di tempat tes diberitahukan bahwa untuk intern Eropa, ternyata antigen saja cukup. Sayangnya tidak diberitahu bahwa batas masa berlaku tes antigen lebih cepat ketimbang tes CPR. Lagipula sudah terlalu mepet untuk mengambil janji lagi. Belum tentu dapat...

Kenapa tidak tetap mengambil tes CPR? Karena di Swedia, dan juga Denmark, tes covid berbayar. Dan tes CPR dua kali lebih mahal ketimbang tes antigen!... Ternyata akhirnya jatuhnya sama karena harus dua kali tes antigen. Dua kali mengalami ketidaknyamanan proses tesnya, pula!... Yah, pengalaman...

Baru di pesawat CPH-NCE dia sempat tidur. Satu jam saja. Karena katanya banyak formulir yang harus diisi berkaitan dengan pandemi...

Praktis 36 jam ini dia hanya tidur 2 jam. Tapi Ucok tak tidur di mobil. Memang perjalanan hanya setengah jam saja. Dia bercerita tentang perjalanannya...

Sampai rumah, lekas saya hangatkan ayam dan nasi. Ucok makan dengan lahap. Dan dia langsung makan dessert yang saya siapkan tadi pagi sebelum berangkat menjemput. Tarte aux poires amandines, pai buah pir dengan krim almond kesukaannya. Dengan chocolat chips!...

Kami masih sempat berbincang panjang sambil makan. Ucok membereskan meja makan tanpa disuruh. Oh ya, dia juga membereskan sofa yang kemudian saya pakai baringan. Karena sekitar jam 3, dia merasa lelah. Minta berbaring di kamar adiknya karena kamarnya dipakai papanya untuk meeting...

Beberapa menit kemudian, saat suami saya menengok ke kamar Butet, Ucok sudah tertidur. Lelap sekali, katanya...

Ucok terbangun tak lama sesudah Butet pulang. Berlanjutlah obrolan panjang nan seru. Ucok membawa oleh-oleh khusus untuk adiknya; lonceng keramik kecil untuk menambah koleksi loncengnya... Tak ada oleh-oleh lain. Spesial adiknya saja!...

Malam ini kami makan merguez, sesuai request Ucok. Dia tak bisa menemukan sosis kambing itu selama di Swedia. Ditemani macaroni bersaus arabbiata. Plus mozzarella yang ditatanya dengan tomat dan dibubuhi minyak zaitun... Bersantap bersama berempat lagi setelah enam bulan... 💞


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah