Meluruskan Niat Menulis

Kemarin tak menulis lagi. Butet yang seharusnya selesai pukul 14.30, tahu-tahu SMS jam 9an. Dia mengabarkan kalau bakal selesai pukul 11. Jam pelajaran terakhir dimajukan ke jam yang tiba-tiba kosong...

Kami sudah berencana ke toko buku untuk membeli buku Neo nomor 2 di hari yang sama dengan penerbitannya. Karenanya, lekas saya cek untuk konfirmasi di pronote, dan bersiap menjemput. Naik bus saja lah... Sekalian ke terminal mengisi kartu bus dan menanyakan informasi mengenai abonemen tahun depan... Karenanya, ritual menulis dan mengikuti MOOC pun terlewat...

Sampai rumah, saya lelah. Padahal kami hanya ke FNAC dan ke toko Tout à 2 euros saja. Padahal kami pulang naik bus, tidak jalan kaki seperti biasa. Padahal kami langsung makan siang pada waktunya, tidak terlambat seperti yang sudah-sudah kalau kami jalan-jalan ke kota sepulang sekolah. Tapi saya sukses tertidur menonton Lady Bug di Disney+. Padahal Butet memutarkannya khusus untuk saya yang ketinggalan cerita. Dan saya tertidur di akhir episode. Nyenyak selama hampir 2 jam!...

Sempat menulis sih, meski tak disetor. Tulisan pendek saja di instagram. Cerita mengenai saat kami membeli buku. Itupun postingnya sudah agak malam. Padahal niatnya begitu sampai rumah langsung post. Biar terlihat bagaimana kami mengejar membeli, di hari yang sama begitu buku itu tersedia di pasaran!...

Hari ini, saya kembali menulis pagi, berniat untuk difinalisasi dan disetor malam. Mencatat yang perlu diingat sebelum lupa. Kembali meluruskan niat dalam menulis. Terdorong oleh diskusi di wag KLIP yang asik sekali...

Dari berbagai perbincangan di sana, saya diingatkan untuk tidak menjadikan badge sebagai tujuan. Jadikan badge sebagai pedoman. Sebagai catatan panduan. Sudah menulis berapa kali? Berapa kata? Rata-rata berapa kata bulan ini? Apakah meningkat dibanding bulan lalu?... Dan saya pun jadi melihat-lihat lebih cermat rapor KLIP. Sayang tidak bisa langsung rekapitulasi per orang yang bisa saya capture...

Dari perbincangan di wag saya juga diingatkan bahwa tujuan menulis masing-masing orang berbeda-beda. Ada yang memang ingin tulisannya dibaca orang lain, ada yang ingin merintis membuat buku, ada juga yang sekedar menumpahkan isi hati seperti saya. Tujuan ini akan mempengaruhi gaya tulisan. Tak perlu mengejar mengubah gaya tulisan menjadi seperti si A atau si B. Yang tujuan menulisnya sama pun, bisa jadi menggunakan gaya yang berbeda...

Senang juga masuk ke komunitas begitu. Banyak ilmu yang didapat, tersurat maupun tersirat. Meski mungkin saya belum bisa memperbaiki kemampuan kepenulisan saya, tapi dengan komunitas, saya tetap termotivasi untuk belajar. Karena salah satu cara belajar menulis adalah dengan mempraktekkannya kan!?... 😉


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah