The Willoughbys : Keluarga yang Benar-benar Tidak Sempurna
Liburan tiba. Di rumah saja? Siapa takut? Ini saatnya mencari tontonan bersama keluarga!...
Sudah menonton film The Willoughbys? Film animasi yang dirilis di platform Netflix tahun lalu ini bergenre keluarga, dengan cerita yang lain dari biasanya!...
Detil Film
Judul : The Willoughbys
Tanggal rilis : 22 April 2020 (Netflix)
Durasi : 1j32m
Sutradara : Kris Pearn
Skenario : Kris Pearn, Mark Stanleigh
Genre : animasi, film keluarga, film adaptasi buku
Pengisi suara asli : Will Forte, Maya Rudolph, Ricky Gervais, Alessia Cara, Terry Crews, Jane Krakowski, Martin Short, Sean Cullen
Sinopsis
Timothy, Jane, dan kembar Barnaby Willoughby tidak pernah mendapatkan kasih sayang orang tua. Meski demikian, mereka tetap ceria, saling mendukung. Mereka memiliki kecerdasan dan daya imajinasi yang luar biasa. Namun semua aktivitas harus dilakukan dengan tenang, tanpa berisik. Tidak boleh sampai mengganggu ketenangan ibu dalam merajut!
Suatu hari, anak-anak menemukan bayi yang dibuang di dalam kardus di depan rumah mereka. Mengetahui bahwa anak-anak memungut bayinya, orang tua mereka sangat marah, dan meminta mereka membuang bayi tersebut.
Setelah berhasil menemukan tempat tinggal dan orang tua untuk si bayi, mereka melihat bagaimana sepertinya Ruth --nama yang mereka berikan untuk si bayi-- berbahagia dengan rumah dan keluarga barunya. Muncullah ide : bagaimana kalau mereka menjadi anak yatim-piatu juga? Dengan demikian, mereka bisa berganti orang tua!
Untuk menjadi yatim piatu, mereka harus menyingkirkan orang tua mereka! Hohooo... Dengan cara yang ... kejam juga sih, sebenarnya...
Namun rencana mereka tak bisa berjalan sesuai yang diharapkan, dengan kedatangan Nanny, pengasuh yang spesial...
Inspirasi dari Buku
Film ini mengambil inspirasi dari buku The Willoughbys karya Lois Lowry yang diterbitkan tahun 2008. Inspirasi, bukan adaptasi. Saya sendiri belum membaca bukunya. Tapi dari cuplikan yang saya baca di website Amazon Prancis, terlihat ada perbedaan cerita.
Di dalam buku, urutan anak Willoughby berbeda. Si kembar Barnaby lebih tua ketimbang Jane. Disebutkan bahwa mereka hidup normal; ke sekolah, jalan-jalan ke pantai, merayakan ulang tahun, yang semua kenormalan itu tak diperlihatkan di dalam film.
Dari awal buku, si kembar sudah disebut sebagai Barnaby A dan Barnaby B. Atau A dan B untuk singkatnya. Di dalam film, pembedaan A dan B baru dilakukan berkat ide Nanny.
Dikatakan bahwa "The Willoughby parents frequently forgot that they had children and become quite irritable when they were reminded of it". Dan sepertinya inilah kata kunci yang digunakan dalam film. Dengan melebih-lebihkan kondisinya!
Orang Tua yang Tidak Menyayangi Anak-anak Mereka
Saya dan Butet menonton film ini tak lama sesudah keluarnya tahun lalu. Cukup terkejut-kejut juga melihat adegan demi adegan yang sungguh tidak konvensional untuk film anak-anak. Tapi bagi gadis remaja saya, justru ini yang membuat film jadi menarik!...
Dari awal, tema cerita memang sudah jelas diumumkan : bahwa pasangan suami-istri Willoughby adalah pasangan yang saling mencinta. Saking besarnya cinta antara keduanya, mereka tidak memiliki sisa cinta untuk diberikan kepada anak-anaknya. Mereka hanya bisa memberi nama. Dan saudara-saudara!
Tetap saja kami terbengong saat tiba di episode di mana ayah Willoughby mendengar bayi Tim menangis, lalu si ayah menggendong mengangkatnya, dan meninggalkannya di lorong sambil berpesan, "Kalau kau butuh cinta, kumohon, temukan di tempat lain. Terima kasih."
Baiklah...
Dari situ mengalir keegoisan orang tua yang membuat kami bertanya-tanya; mengapa mereka membuat anak, kalau memang tak mau membagi cintanya? Empat anak, pula!
Untuk makan saja, anak-anak Willoughby hanya bisa mengandalkan sisa-sisa makanan orang tuanya. Itupun jika ayah dan ibu tak menghabiskannya. Jangan coba-coba melawan! Hukuman dikurung di gudang batu-bara menanti!
Yah, begitulah film. Meski sayangnya, memang ada terjadi di dunia nyata. Dan seperti ada terjadi di dunia nyata, keegoisan orang tua Willoughby di film ini ditarik sampai ke titik ekstremnya!
Tapi saya tidak akan cerita ya! Tonton sendiri untuk detilnya!...
Yang jelas, saya tak mau melewatkan untuk mencatumkan salah satu lagu dalam film yang dibawakan oleh Alessia Cara, pengisi suara Jane...
Esensi pencarian kebahagiaan, yang mungkin tak perlu dicari lagi di luar sana, karena sudah ada di dalam keluarga kita sendiri yang terlihat tidak sempurna...
The house that you live in don't make it a homeBut feeling lonely don't mean you're aloneI finally found where I feel I belongAnd I know you'll be there with wide open arms
Momen Dialog
Netflix menyarankan film ini untuk anak diatas 7 tahun. Saya cenderung menyarankan untuk 9-10 tahun jika anak menonton sendiri. Tema tentang orang tua yang kejam, rasanya cukup berat juga...
Usahakan dengan pendampingan, atau minimal buka dialog setelahnya. Jadikan sebagai momen berbincang dengan anak. Minta pendapat mereka, diskusikan tentang adegan-adegan yang terkesan dalam film...
Bicarakan tentang bahwa memang ada, orang tua yang tak menyayangi anaknya. Sampaikan berbagai alasannya, yang tak satupun bermuara dari anak itu sendiri. Bahwa semua berasal dari masalah orang tua. Entah itu sebelum punya anak, atau sesudahnya...
Tenangkan anak kita bahwa kasus seperti itu untungnya tidak banyak. Dan terutama, yakinkan mereka bahwa kita menyayangi mereka...
---
* Ulasan ini diikutsertakan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Juni 2021 dengan tema Film Keluarga
Kasian ya anak2nya.. happy ending gak filmnya Fi?
ReplyDeleteEuh, ini pêrtanyaan yang sulit dijawab. Hehehehe... Tambah penasaran nggak?... 😁 Happy lah. Tapi dengan cara yang berbeda... 😉
DeletePilihan film yang menarik nih. Cocok ditonton bareng anak yang beranjak besar. Banyak muatan diskusi kayaknya. Nuhun teh referensi filmnya 🙂
ReplyDeleteSami2... Maaf baru baca comment-nya... 🙏
DeleteGimana? Udah nonton? Semoga suka ya... 🤗