Lokakarya Pengajar BIPA : Hari Pertama

Akhir pekan kemarin saya berpartisipasi dalam lokakarya sebagai penutup rangkaian kegiatan Pelatihan Calon Pengajar BIPA 2021 yang diselenggarakan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Paris, Perancis...

Pelatihannya sendiri dilakukan secara daring melalui platform zoom dan sudah diadakan mulai tanggal 25 Februari hingga 26 Maret setiap Rabu dan Jumat malam, pukul 19-20.30...

Dari pelatihan, diambil 3 orang untuk memulai mengajar kelas BIPA tingkat intermédiaire KBRI Paris yang diadakan mulai April hingga Juni kemarin. Sisanya mengikuti observasi pengajaran kelas BIPA tingkat débutant untuk menambah bekal sebagai pengajar ke depannya...

Lokakarya yang diadakan 26-27 Juni kemarin ini digunakan untuk mengevaluasi dan mempersiapkan semester baru yang rencananya akan dibuka mulai September depan...

Mendapat Kabar

Saya baru mendapatkan kabar mengenai lokakarya ini hari Selasa 15 Juni. Saat menerima SMS dari salah satu staf Atdikbud itu, saya tak langsung menjawabnya...

Bukan hanya karena saya ingin mendiskusikan dulu dengan suami untuk agenda-agenda yang harus membuat saya meninggalkan rumah. Tapi juga bahwa Ucok baru datang Senin —meski hari itu dia sudah memilih jalan keluar bersama teman-temannya— dan bahwa Butet sudah mulai libur tanggal 22...

Belum lagi, saat itu kami belum mendapatkan janji vaksinasi. Niatnya, kalau tak dapat Sabtu tanggal 19, kami mau ambil Sabtu tanggal 26. Kalau saya lokakarya, tentu tak bisa, kan!?... Tapi kemudian kami mendapatkan Selasa tanggal 22. Hari pertama Butet libur sekolah...

Sebelum memutuskan, saya bertanya dulu ke partner observasi saya. Ternyata dia sudah mengkonfirmasi partusipasinya...

Singkat kata, Senin 21 Juni saya sudah memegang tiket kereta, alamat hotel, dan jadwal lokakaryanya...

Insiden Perjalanan

Malam sebelum berangkat, partner observasi saya mengabarkan adanya insiden kereta, dikarenakan kejahatan vandal. Ada oknum yang memotong kabel listrik di jalur rel kereta api, yang menyebabkan banyak keterlambatan. 

Tak lama kemudian, saya menerima email dari SNCF mengenai kemungkinan keterlambatan kereta saya keesokan harinya. SNCF meminta calon penumpang untuk mengecek perkembangan berita di website-nya...

Saya pun mengecek perkembangan hingga saatnya berangkat ke stasiun. Tak ada masalah. Karena memang, vandal dilakukan di jalur sesudah Marseille. Mungkin yang masih bermasalah adalah jalur Marseille-Paris. Jalur rombongan dari KBRI, pikir saya...

Namun ternyata takdir berkata lain!...

Sepanjang perjalanan, beberapa kali diumumkan informasi perkembangan penyelesaian permaslahan vandalisme. Di stasiun Saint Raphael, diumumkan bahwa permasalahan selesai. Tidak akan ada keterlambatan untuk TGV yang saya tumpangi untuk ke Marseille, yang memang bertujuan akhir di Paris...

Di stasiun berikutnya, Toulon, ada penumpang yang naik dan duduk di sebelah saya yang selama itu kosong. Kereta penuh. Dan kabar buruk datang!

Ada insiden di stasiun Blancard. Kali ini diakibatkan oleh imigran gelap yang naik di atap kereta, yang membuat SNCF harus memutus arus listrik untuk tidak membahayakan mereka ... dan polisi pengejarnya! Kereta diberhentikan di Toulon selama setengah jam...

Saat sudah mulai jalan, ternyata hanya sesaat. Berhenti lagi di Casis. Masalah belum selesai. Dan perlu pengaturan lalu-lintas karena banyaknya kereta yang menumpuk dari dua arah...

Saya mulai tak tenang. Dari jadwal yang saya terima, seharusnya saya transit 1,5 jam di Marseille untuk kemudian melanjutkan ke Salon de Provence dengan TER. Lama, memang. Rencananya saya manfaatkan ke toulet dan makan dengan tenang...

Pada akhirnya, kereta sampai di gare Saint Charles terlambat lebih dari satu jam! Hanya ada waktu 15 menit untuk berganti kereta!...

Lekas saya turun dan berjalan cepat. Untuk mencapai ruang utama stasiun, saya harus berjalan hampir setengah km, karena gerbong saya adalah yang ke dua dari belakang, dan TGV terdiri atas dua set! Tak mungkin ke toilet. Yang penting cari di mana kereta berikutnya berada!...

Kereta ditemukan, tinggal 10 menit menjelang jadwal keberangkatan. Tengak-tengok, ada warung makan di dekatnya. Lekas masuk. Warung salad, rupanya! Dan jam 2 siang begitu, sudah tak ada sandwich ataupun wrap tersisa!

Baca cepat-cepat ingredients bowl yang ada di rak. Ambil satu salad ayam dan tomat kering. Bayar, lalu lari ke jalur kereta. Masuk di pintu terdekat. Ada tempat duduk berempat yang kosong. Saya ambil, meski biasanya saya tak suka menutup 3 tempat duduk lain begitu...

Lihat jam, masih ada 5 menit. Nafas dulu. Lalu terdengar pengumuman bahwa kereta akan terlambat 5 menit untuk membiarkan penumpang kereta yang datangnya terlambat sebelumnya... Bien, sur! batin saya gemas...

Lapar dan tak banyak orang, saya sempatkan makan. Sebelum kereta beranjak, saya sudah menghabiskan dedaunan dan beberapa potong filet ayam yang ditaburi tomat itu. Tak kenyang. Tapi cukup lah, untuk bertahan sampai malam...

Tak Jadi ke Kota

Berangkat lambat ternyata tetap membuat kedatangan di Salon tepat waktu. Saya kirim SMS menanyakan apakah kereta rombongan dari Paris tepat waktu. Baik-baik saja, katanya. Ada waktu 50 menit menunggu...

Sebelumnya saya berencana untuk ke pusat kota yang hanya berjarak 1 km saja. Apalagi tak ada alokasi waktu jalan-jalan dalam jadwal lokakarya. Namun karena keterlambatan kereta ke Marseille dan ketidaksempatan makan dengan layak, saya memilih menunggu di stasiun saja...

Saya sempat keluar dan berjalan ke arah kota. Mencoba menemukan toko suvenir, misalnya. Atau toko roti, swalayan, untuk mencari pengganjal perut. Tapi 5 menit berjalan, tak ada apa-apa...

Saya sempat melihat ada bus gratis ke pusat kota. Namun memperhitungkan waktu jalan di kota dan kemudian kembali ke stasiunnya, saya kehilangan semangat... Ya sudah. Duduk santai sambil membaca buku saja di stasiun yang teduh. Memang Sabtu itu panas sekali di Provence...

Pembukaan Lokakarya

Kereta yang mengangkut rombongan dari Paris datang tepat waktu. Ada 7 orang. Enam orang pengajar, plus Bapak Deputy Chief of Mission. Bapak DCM dijemput oleh tim dari KJRI Marseille menuju acara Pekan Indonesia di kita Aurons. Saya bersama para pengajar menuju hotel menggunakan taksi yang sudah dipesan sebelumnya...

Saya sekamar dengan seorang teman yang sudah sering berinteraksi online. Karenanya, masuk kamar, kami berbincang dulu sebelum akhirnya dia menonton sinetron —eh oui!— dan saya tertidur kelelahan. Ajak teman lain untuk ke supermarket saya tolak. Tak ada yang saya perlukan...

Saya bangun menjelang pembukaan lokakarya yang dijadwalkan jam 7 malam. Masih menyempatkan mandi, menyegarkan badan, ternyata di antara para pengajar, kami yang pertama memasuki ruangan. Sudah ada bapak Atdikbud, bapak DCM, dan bapak Konsul Jenderal beserta stafnya...

Kami berbincang sejenak sebelum dimulainya acara yang berisi sambutan-sambutan, dan dukungan motivasi penyemangat bagi para pengajar BIPA, baik yang sudah bertugas maupun yang belum seperti saya...

Acara dilanjutkan dengan makan malam di restoran hotel. Waktu sudah lewat jam 8 malam, namun matahari masih tinggi...

Saya asik berbincang dengan teman-teman pengajar yang selama ini baru bertemu online saja. Seakan teman lama yang sudah lama tak berjumpa. Padahal itu baru pertama kalinya...

Superwomen

Keasikan berbincang, tak terasa sudah hampir jam 10 malam. Bapak konsul dan timnya berpamitan untuk kembali ke Marseille... 

Rencana jalan ke kota yang sempat diutarakan selama makan pun batal. Sudah larut, dan hari ke dua dijadwalkan mulai jam 8 pagi keesokan harinya...

Saya dan 3 teman pengajar yang belum ditugaskan tetap berminat jalan ke luar. Sekedar untuk mencerna, dan menghirup udara Provence yang segar di sekitar hotel yang cukup sepi...

Di situ kami baru menyadari, bahwa dari 10 pengajar yang belum bertugas, hanya kami para ibu-ibu yang hadir di lokakarya. Ada satu ibu lagi yang tidak hadir karena sudah kembali ke Indonesia. Entah kenapa yang lain, yang masih muda dan lajang malah tak hadir...

Jadi siapa bilang kalau sudah menikah tak bisa aktif lagi, kan!? Atau mungkin ini sebenarnya adalah satu kesempatan me-time, melepaskan diri dari rutinitas?... 🤔😄

---

Bersambung ke hari kedua...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah