Tempe Tante Alfi

Hari ini, 22 September 2021, belahan bumi utara memasuki musim gugur. Tapi sudah beberapa hari ini kami memasuki musim bingung kostum!

Bagaimana tidak? Pagi sudah mulai terasa dingin. Tapi siang, masih cukup panas. Untuk daerah kami, memang. Daerah selatan yang hangat. Daerah lain di Prancis, anak sekolah memasuki tahun ajaran baru September sudah lengkap dengan jaketnya!...

Musim bingung kostum adalah musim gampang sakit. Termasuk saya. Jum'at kemarin sudah merasa dingin saat bangun pagi. Lekas mencari selimut di lemari. Tapi sepertinya tak cukup. Atau memang karena sudah dua minggu badan diforsir dengan berbagai tanggung jawab baru saya. Akhirnya tumbanglah...

Pilek yang sederhana, bisa melelahkan buat kami-kami para penderita asma. Tapi kali ini agak spesial. Biasanya, kalau sakit Jumat, Sabtu istirahat, Minggu sudah mendingan, dan Senin sudah fit lagi. Kali ini, bahkan sampai Selasa ini, saya masih berasa tak enak badan. Meski pileknya alhamduliLllah sudah pergi...

Biarpun masih pegal linu, saya tak membatalkan janjian ketemuan dengan sahabat-sahabat saya di Cannes. Apalagi, saya yang bertugas membawa teman-teman yang tak berkendaraan ke tempat tinggal tuan rumah. Tentu saja, mereka bisa saja naik bus, kalau saya memang tak bisa hadir. Tapi ketemuan kemarin agak spesial untuk dilewatkan...

Salah satu sahabat sudah dua tahun ini tidak bertemu. Dia mengikuti dinas suaminya di Maroko. Sebenarnya, tahun lalu sempat kembali ke Cannes. Tapi kami tak sempat bertemu karena dia tidak lama di Prancis. Saat Natal, yang utama tentunya bertemu keluarga. Apalagi di masa pandemi begitu. Lebih baik, kami tak bertemu dulu saja...

Karenanya, sayang jika saya melewatkan pertemuan itu, kan!?...

Senang sekali bisa berkumpul bersama berempat. Kekangenan tak membuat kami terus lengah berpeluk-pelukan. Meski memang masker tak kami kenakan. Bagaimana mungkin, sementara mulut tak hentinya makan?...

Menu kami kemarin spesial. Spesial kesukaan sahabat yang datang dari Maroko. Kami sempat membecandainya dengan mengatakan bahwa menu kami adalah Couscous. Yang membuatnya berekspresi kecewa saat baru saja datang. Yang membuatnya berbinar bahagia, melihat panci besar berisi bola-bola daging kenyal nan harum aromanya...

Saya, sesuai permintaan tuan rumah, menyiapkan bakwan jagung. Bakwan jagung saya digandrungi sahabat yang lama tak jumpa itu. Dan benar saja. Dia langsung kegirangan melihat bakwan yang sudah tersaji di meja saat dia tiba...

Bakwan jagung saya beda dengan bakwan masakan kebanyakan teman-teman lain. Teman-teman biasa menghaluskan jagung sebelum dicampur dengan terigu dan bumbu-bumbu. Bahkan ada yang menambahkan air, bukannya telur...

Pipilan jagung di bakwan saya, masih berrbentuk aslinya. Hanya sedikit ditusuk-tusuk dengan garpu saja supaya tidak meletus saat digoreng. Saya hanya menggunakan tepung terigu. Tidak menambahkan tepung beras yang biasa digunakan untuk mebuat renyah bakwan. Tidak pula air. Hanya telur. Karenanya bakwan saya gurih...

Untuk bumbunya, hanya bawang putih, merica dan kunyit. Semuanya dalam bentuk bubuk, tentu! Lalu irisan bawang daun. Tanpa cabe yang juga jamak kita temukan dalam bakwan jagung...

Saya tak menambahkannya karena biasanya kami makan dengan anak-anak juga. Termasuk anak-anak sahabat saya, si tuan rumah. Anak-anaknyalah yang menemukan nama Ayam Tante Alfi. Mereka juga menggandrungi bakwan jagung saya dan menyebutnya Tempe Tante Alfi!

Awalnya saya sempat bingung, karena rasanya saya tak pernah masak tempe untuk mereka. Rupanya tekstur bakwan yang masih berbiji-biji jagung itu membuat mereka berpikir bahwa itu adalah sejenis tempe!

Kemarin kami berkumpul saat jam anak-anak masih sekolah. Memang sengaja juga agar bisa puas melepas kangen. Dan ibu-ibu juga perlu me time, kan!?... Ditambah sedang tidak sehat, saya tak memasak ayam untuk dibawa ketemuan...  

Tapi ternyata sahabat yang lama tak jumpa tak urung menanyakan Ayam Tante Alfi juga. Memang andalan, menu satu itu. Tapi tidak untuk Senin kemarin. Mungkin untuk lain kali saat kamu ketemuan lagi...


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah