Perjalanan Menyusun Podcast KBK

AlhamduliLlaah... Lunas sudah tugas pembuatan podcast dari zoom Klub Buku KLIP yang diselenggarakan Agustus lalu. Cukup melelahkan karena harus belajar banyak hal, boleh dibilang dari nol...



Semua itu tak akan bisa tercapai tanpa bimbingan kak Risna --yang juga telah menarik saya ke KLIP tahun ini--, yang dengan sabarnya menjawab segala pertanyaan saya yang kadang muncul nanya dikarenakan kepanikan...

Memang sebelum saya, kak Risnalah yang menjadi penanggung jawab podcast KBK ini. Karena saat ini kak Risna mengemban tanggung-jawab lain, dilimpahkannya tugasnya pada saya. Kaderisasi, gitu... Serasa jaman OS dulu!... 😁

Meski beliau sudah memberikan panduan dengan tutorialnya, tetap saja saya tersandung di sana-sini. Tutorial yang katanya ditulisnya secara iseng hanya karena tak ada bahan menulis. Tutorial yang amat sangat bermanfaat bagi saya!

Karenanya, saya jadi ingin membuat catatan perjalanan pribadi. Catatan perjalanan saya sendiri, dalam menyusun 10 podcast dari 3 jam zoom meeting!...

Pengeditan Audio dengan Audacity

Proses pertama dari pembuatan podcast adalah dengan memecah rekaman keseluruhan menjadi beberapa bagian, berdasarkan buku yang dibahas. Atau berdasar pembicara. Satu bagian, satu buku, jika bahasan per bukunya cukup panjang. Atau satu bagian, satu pembicara, jika pembicara membahas beberapa buku sekaligus...

Rekaman zoom meeting ada tiga macam fle; video, audio, dan teks dari chat room. Kalau kak Risna lebih memilih mengedit dari video, saya memilih langsung dari audionya saja...

Mengedit dari video, kita bisa melihat reaksi peserta yang sedang berbicara. Kita bisa mengira-ira dan menggali dari memori, di mana peserta akan berhenti. Dari audio, kita hanya memiliki suara. Di sini saya harus memainkan zoom di Audacity untuk melihat di mana gelombang suara melemah frekuensinya, untuk menentukan awal atau akhir kata...

Saya sendiri sudah sempat belajar menggunakan Audacity untuk beberapa MOOC yang saya ikuti. Tapi sudah lama sekali. Saat hendak menggunakannya kemarin, saya harus uninstall dan install edisi terbaru. Padahal Audacity yang ada di komputer adalah yang digunakan anak-anak. Itupun masih harus mengintsall library tambahan agar bisa memproses file audio dari zoom... 

Pengeditan audio melewati beberapa tahap sendiri. Pertama saya memotong secara kasar dulu. Memotong-motong keseluruhan rekaman per bahasan buku. Setelah mendapatkan potongan per bahasan, baru didetilkan awal dan akhir rekaman yang akan kita simpan...

Karena zoom meeting KBK merupakan pertemuan informal yang super santai, kadang kala saat pembicara sudah menyebutkan judul buku pun masih ada yang menyela. Nah, di sini kita harus memikirkan apakah selaan itu relevan dan esensial untuk dimasukkan dalam podcast atau tidak... 

Saya sendiri menilai diri agak kejam dalam membabat rekaman. Kalau sekira tidak esensial dan malah menggangu rekaman, bagian pembicara menunjukkan judul malah saya hapus sekalian. Audio final akan dimulai di mana pembicara melakukan presentasi dengan runut...

Demikian juga untuk bagian belakang. Jika pembicaraan terlalu melebar, saya potong rekaman di satu titik di mana saya anggap di situ pembicaraan sudah tersimpulkan... Memang saya lebih suka podcast yang singkat dan padat. Dan ini, memang selera ya!?... Karenanya, saya minta masukan, saran, dan kritikan -- saya minta yang tidak terlalu pedas-- setelah menyelesaikan satu season podcast kemarin...

Setelah menentukan awal dan akhir, baru dibersihkan rekaman totalnya. Dibersihkan (lagi-lagi) dari komentar yang tidak relevan, termasuk di sini keributan anak-anak atau teriakan peserta sendiri yang meminta keluarganya untuk tidak berisik, misalnya. Namanya juga sebagian besar pesertanya adalah ibu-ibu...😅

Saya juga menghapus beberapa hmm dan eee. Lalu saat pembicara agak gagap, mengulang kata yang sama. Atau tic, kebiasaan yang tidak kita sadari, bahkan oleh lawan bicara seklipun, jika tidak mengulang rekaman berkali-kali...

Ya! Tidak hanya satu-dua kali saya harus mendengarkan rekaman yang sama. Bukan hanya untuk menghapus suara-suara yang tak perlu, tapi juga harus memastikan bahwa keseluruhan rekaman terdengar padu. Terutama di bagian yang dipotong. Meski tentu, hasil akhirnya bukan tanpa cacat...



Memelototi gelombang suara berulang-ulang selama berhari-hari begitu, membuat saya kenal dengan bentuk gelombang suara "eee". Tanpa menyalakan suaranya pun, saya sudah tau yang mana "eee"... 😂

Pembuatan Cover Art dengan Canva

Sebelum diberi tanggung jawab membuat podcast untuk KBK ini, saya belum pernah menyentuh Canva sama sekali! Ya, Canva yang populer itu! Padahal template cover untuk KBK ada di sana. Baiklah...

Jadilah saya belajar Canva dari nol. Membuat akun gratis terlebih dahulu, lalu mulai mengeksplorasinya. Dan di sinilah saya paling banyak menyusahkan kak Risna. Banyak pertanyaan tak perlu yang sebenarnya berujung pada keputusasaan akan keterbatasan saya di bidang kreativitas...

Memang, template cover sudah ada. Dan itu sudah sangat amat membantu. Tapi memadukan warna latar cover dengan warna baju pembicara saja sudah memusingkan saya. Atau mungkin saya sendiri yang terlalu mempermasalahkan ya?... 🤔

Lalu, foto pembicara untuk dipasang di cover juga merupakan perjalanan tersendiri. Foto diambil dari capture video. Bukan sekedar foto biasa, agar terasa konteks zoom meeting-nya... 

Tidak mudah. Perlu berkali-kali screenshoot untuk mendapatkan ekspresi yang pas. Belum lagi tak semua pembicara on cam sepanjang meeting. Lalu tak semua membawa buku. Atau bukunya tak tampak jelas...

Sebenarnya tak ada keharusan mengambil foto dari screenshot. Beberapa cover podcast diilustrasi dengan foto bukunya saja. Tapi rasanya tak akan puas jika saya tak all out mengerjakannya kan!?...


Karenanya, kalau tak ada template yang sudah disusun kan Risna, sepertinya saya menyerah saja... 😅

Final Touch dan Upload dengan Anchor

Audio dan cover siap, saatnya mengupload ke Anchor. Yang Anchor ini juga belum pernah saya gunakan sama sekali. Belajar dari hampir nol karena akunnya sudah ada. Tapi semangat. Sudah mau selesai, pikir saya... Ternyata, perjalanan masih jauh...

Tadinya saya berpikir akan membuat draft dulu. Memasang cover, dan menulis caption sedikit sebelum memasukkan audio dan editing akhir. Ya, edit lagi. Karena di Anchor lah saatnya kita memasang suara latar, memotong file audio menjadi beberapa bagian --untuk membuat semacam highlight, misalnya-- dan menyelipkan suara transisi...

Namun ternyata audio yang diminta pertama di Anchor. Lojik sih ya. Namanya juga podcast!... Masalahnya, beberapa kali saya mendapati editing audio saya berantakan setelah draft-nya ditinggal semalaman! Entah kenapa. Tapi kak Risna sendiri ternyata juga pernah mengalaminya...



Solusinya, audio lebih baik difinalisasi di Audacity. Splitting, copy-pasting, sampai hampir siap. Masuk Anchor tinggal split sederhana, pasang musik latar, dan langsung publish. Jangan menunggu-nunggu lagi. Tapi tetap, cek untuk memastikan audio masih seperti editing akhir yang kita inginkan...

Siap menerima file zoom September?

Dari 10 podcast, saya bagi menjadi 3 bagian pengerjaan; buku non fiksi, buku fiksi, dan buku yang diadaptasi ke film atau seri yang sejatinya adalah tema utama KBK Agustus lalu. Selain agar pengerjaan bertahap, juga agar anggota KLIP tidak mabok menerima 10 podcast sekaligus... 

Sesudah dipublish via Anchor, podcast langsung dipublish juga ke 6 platform; Spotify (tentu saja!), Apple Podcasts, Google Podcasts, Overcast, Breaker, Castbox, Pocket Casts, RadioPublic, dan Stitcher. Saya publish malam CEST lalu mengirimkan dan meminta tolong pada kak Risna untuk membagikan di wag KLIP pagi hari WIB. Kalau menunggu saya bagun, bisa kesiangan. Tapi saya juga tak mau bangun dini hari untuk itu... 😝

Puas dan lega bisa menyelesaikan podcast sesuai rencana, sebelum KBK bulan September yang dijadwalkan Kamis tanggal 30 nanti. Sudah bisa memastikan bahwa saya bersedia mengambil tanggung jawab penyusunan podcast dari kak Risna...

Memang saat kak Risna meminta saya, saya masih ragu. Saya takut tak mampu karena banyaknya hal baru yang harus dipelajari. Karenanya saya minta tenggat. Masa percobaan dulu. AlhamduliLlaah lancar. Semoga demikian juga ke depannya...

Kuncinya sabar, dan konsentrasi. Tidak multitasking dengan pekerjaan online lain! Lalu tak malu bertanya. Lebih baik banyak bertanya di awal, sampai mengerti benar, untuk kemudian bisa bekerja sendiri dengan lebih lancar kan!?... 😉


Comments

  1. salut sama totalitasnya, hasilnya emang bagussss dan enak dengernya ga ada eee hahahaa.

    tapi penjelasan melihat gelombang eee jadi ingat buku hail mary yg kubaca. besok ya ceritanya di zoom kbk September

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wuih, bikin penasaran aja. Asik asik. Sampe ketemu besok ya... 🤗

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah