Berbagai Koleksi Kami

Tak terasa, sudah Juli saja. Entah mengapa, obrolan di dua komunitas menulis yang saya ikuti kok diawali dengan tema koleksi. Yang satu awalnya membicarakan tentang anak-anak dan bermain, satu lagi dari hasil undian tema tantangan bulanan! Sepertinya semesta mendukung untuk melanjutkan koleksi. Atau memulai?

Heu, saya bukan mau cari legitimasi untuk membeli novel Le Comte de Monte Cristo lagi nih ya. Kebetulan kok ada versi sampul baru yang rilis dari Editions Pocket. Menyambut ditayangkannya adaptasi filmnya, sepertinya. Bikin mupeng!

Koleksi Mamak 2F

Saya memang suka sekali buku karya Alexandre Dumas itu. Kebetulan menemukan versi hard cover dua kali. Dari situ mulai ada niat mengoleksi. Belum terjadi sih. Cuma saya jadi bersemangat dan tidak menolak saat Butet minta dibelikan versi poche yang enak dibawa-bawa untuk persiapan Bac Français kemarin.

Kalau baru 3 set buku, memang belum pantas disebut sebagai koleksi sih ya. Apalagi set ketiga yang dibeli untuk Butet tadi bisa dibaca dengan bebas, tak perlu berhati-hati menjaga keutuhan jilidannya. Set pertama pun dulu saya baca beneran. Dengan duduk manis, tentunya. Hanya set kedua yang cuma dibuka-buka dan lebih jadi pajangan saja.

Koleksi buku resep masakan yang hanya dipandang saja

Kalau membicarakan koleksi, sepertinya anak-anak yang lebih serius. Ucok dan Butet tekun mengoleksi suvenir dari kota-kota yang kami kunjungi. Mereka juga memiliki koleksi lain sesuai hobi dan minat masing-masing.

Koleksi Ucok

Setiap bepergian dan kalau ditawari oleh-oleh dari yang bepergian, Ucok akan memilih pin. Koleksinya tidak cukup serius. Tak dipajang atau ditata rapi. Hanya dikumpulkan dalam satu kantung saja. Koleksi Ucok yang paling penting tentunya adalah miniatur mobilnya!

Anak sulung saya itu memang lama sekali berminat dengan mobil. Sejak kecil dia bercita-cita menjadi desainer mobil, hingga saat kerja praktek di kelas 3 SMP di kantor papanya, yang membuatnya berubah minat: ingin menjadi pekerja IT. Dan sekarang dia kuliah di jurusan Game Design and Project Management! Lho? Hehehe.

Koleksi miniatur mobil yang ditinggal pemiliknya, tidak hanya karena merantau, tapi juga karena tumbuh dewasa dan berganti minat

Mainan mobil untuk anak-anak itu normal? Memang! Namun sedari kecil, Ucok sudah bisa memilih mobil apa yang diinginkannya. Saat di toko mainan, dia akan melihat merek mobil mainannya dengan cermat. Tak hanya warnanya, tetapi lebih ke model dan tahun rilis aslinya.

Ucok kecil sudah bisa mengajak papanya ke bursa barang bekas dan membeli mobil mainan untuk koleksinya. Dia bayar sendiri dengan uang sakunya. Kami tak mau mengeluarkan uang untuk mainan bekas yang sudah kelihatan usang begitu. Tak mengerti nilainya. Hahaha.

Makin besar, sedikit demi sedikit Ucok meminta mobil koleksi yang lebih berharga. Kami membelikannya bertahap, mensyaratkan prestasi atau menunggu hari istimewa (ulang tahun, hari raya, ...). Atau memintanya menabung dulu dari uang sakunya. Belum sampai taraf semahal itu, kok! 

Koleksi Butet

Butet suka kucing. Dia suka mengumpulkan buku tentang kucing. Dari sekedar buku lucu tentang kucing, buku untuk belajar menggambar kucing, hingga buku hard cover cantik berisi informasi mengenai ras-ras kucing.

Butet sempat merambah, ingin mengoleksi manga bertema kucing. Namun tak bertahan. Karena ujungnya ternyata malah mamanya yang baca! Hahaha. Koleksi Butet yang serius adalah lonceng mininya.

Berawal dari ngambek karena papanya membeli oleh-oleh untuk bibi dan pamannya tanpa membelikannya sesuatu saat kami jalan-jalan di Koln. Gantungan kunci lonceng. Entah apakah paman-bibinya masih menyimpannya. Butet minta membeli yang sama saat kami kemudian ke Pisa. Dari situ, kami mulai menganggarkan dana setiap kali keluar kota untuk menambah koleksi loncengnya.

Koleksi lonceng yang masih menumpang di rak buku

Entah sejak kapan dari gantungan kunci berubah jadi lonceng kecil yang fungsi awalnya zaman dahulu adalah untuk memanggil pelayan atau tanda saat tiba waktu makan. Butet selalu mencari suvenir satu itu di tiap kota yang kami kunjungi. Tak lupa meminta dibelikan saat papanya tugas kerja ke luar kota/negeri. Atau abangnya saat karyawisata.

Teman-teman dekat Butet turut menyumbang koleksinya. Mereka malah senang karena tak perlu berpusing mencari ide oleh-oleh untuknya saat bepergian. Bahkan ada teman saya yang ikut menyumbang juga! (Kode buat yang mau menyumbang koleksi, silakan ya. Hehehe.)

Koleksi Butet sudah lebih dari 40 lonceng, dari berbagai kota di berbagai negara! Semua masih menumpang di rak buku. Kami tahu, harus segera memikirkan tempat tersendiri, yang sayangnya masih saja terhambat dengan ketidakpastian pindah atau tidaknya kami beberapa tahun belakangan ini. 

Lonceng Pisa koleksi pertama dan lonceng Swedia oleh-oleh merantau pertama abangnya mengapit lonceng Irlandia

Lonceng suvenir standar terbuat dari aluminium. Ada lonceng keramik dari Spanyol dan Portugal, tembikar dari Ceko, dan porselen dari Austria, ... Ada juga furin kaca dari Jepang dan tak lupa tentunya lonceng kuningan dari Indonesia! Namun untuk Butet ada satu yang spesial: lonceng Irlandia. Lonceng yang pertama kali dibelinya sendiri saat karyawisata bersama kelas Eropanya di Dublin tahun 2023 lalu.

Koleksi Bapak 2F?

Koleksi miniatur mobil Ucok sudah lama tak bertambah. Koleksi buku kucing Butet pun begitu. Hanya koleksi suvenir perjalanan yang masih jalan. Apalagi dengan sekarang si Ucok yang sudah mulai bepergian sendiri, koleksi si Butet pun tak berhenti bertambah isi.

Koleksi terbarunya dari abangnya berupa lonceng yang dibawa khusus dari Madeira, saat mengikuti konvensi game di sana. Sayangnya lupa dibawa saat mudik Jumat kemarin. Padahal saya menunggunya juga untuk menulis artikel ini. Eh? Hehehe.

Bapaknya Ucok dan Butet koleksi apa?

Euh ... sertifikat Coursera? Hahaha.

Bapaknya cukup jadi sumber dana koleksi mamak dan anak-anak saja lah yaaa!


---

Tulisan ini diikutkan dalam Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Juli 2024 yang bertema "Koleksi" dengan host Mamah Diah.



Comments

  1. Suvenir memang bisa macam-macam ya bentuknya. Pasti menyenangkan sekali menambah koleksi lonceng beragam jenis seperti Butet begini. Lonceng dari bambu udah nemu apa belum? Euh... itu mah kentongan kali ya. :p

    ReplyDelete
    Replies
    1. Oh, pengen itu lonceng bambu. Bukan kentongan, tapi bambu2 yang digantung trus bisa bunyi kalau ada angin itu lho. Namanya apa ya?

      Delete
  2. Lucuuuu koleksi loncengnya. Ternyata jamak juga ya jenis suvenir ini, dari berbagai tempat ada. Aku jadi ingat, dulu pas papiku pulang dari Kanada juga bawa satu lonceng gini di antara suvenir gantungan-gantungan kunci.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Suvenir lonceng tidak semudah menemukan gantungan kunci atau magnet tuh. Sampai saat ini belum ada lonceng Paris di koleksi Butet. Tapi memang kami belum pernah menyengaja khusus ke toko suvenir juga sih. Hehehe.

      Delete
  3. Mobil die cast Ucok keren teh Alfi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Cukup terabaikan sejak si Ucok merantau itu teh 😅

      Delete
  4. Jadi inget mertua aku, dulu juga koleksi lonceng dari berbagai negara. Dulu tiap bulan dilapin satu satu. Tapi sekarang pas udah tua dia kasih-kasihin orang, soalnya males ngerawatnya printilan begitu hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, coba dah kenal n deketan, ada si Butet siap menampung teh 😁

      Delete
  5. Mba Alfi, koleksi loncengnya mengingatkanku ke loncengnya Ibu si Pengabdi Setan 😅. Aku baru tahu, Teh, kalau ada suvenir lonceng khas negara negara. Kirain bola salju doang Teh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waks??? Dipake buat apa, loncengnya. Tapi ga akan penasaran nonton filmnya sih! Hahaha 🤪

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menyusun Tagihan

Blogger Curcoler? Yes!

Poulet Rôti du Dimanche