Hari ini, kuncitara ke dua di Prancis dibuka. Dan pemerintah menyarankan karantina mandiri selama seminggu untuk mereka yang ingin berkumpul merayakan Natal bersama keluarga... 🙄
Kalau Shakespeare bilang "What's in a name", apalah arti sebuah nama, dalam tradisi Jawa dikenal ungkapan "asma kinarya japa", nama adalah pengharapan. Nama mengandung doa. Karena itu pemilihan nama anak merupakan hal yang penting. Setiap kali kita memanggil sebuah nama, seakan kita melantunkan apa yang dimaksud dalam nama itu. Apakah itu, yang menjadi alasan orang tua memberi anaknya nama yang panjang? Untuk menambah lengkapnya doa? Kalau anak-anak saya hanya memiliki satu nama depan—untuk selanjutnya akan saya sebut dengan "nama" saja—, itu tak disengaja. Terutama untuk si sulung. Saya dan paksu tak berencana memberi nama yang panjang juga. Dua cukup lah. Yang nantinya total jadi tiga kata, setelah ditambah nama keluarga yang diambil dari kata terakhir dari nama ayahnya sesuai aturan di Prancis. Kebetulan suami, dan juga saya, tak menggunakan nama keluarga seperti kebanyakan orang Indonesia. Namun takdir menyatakan lain .... Kelahiran Anak Harus Di...
Pemilihan Umum 2024 baru saja dilaksanakan. Sampai saat saya menulis ini, penghitungan suara masih dilakukan. Tapi sudah terlihat arah calon Presiden baru Indonesia. Ya, masih calon. Karena pelantikannya masih nanti di bulan Oktober kan!? KPU saja belum merilis hasil akhirnya tuh. Sabar, yaaa.... Saat mengetahui arahan hasil Pemilu, saya membaca-baca lebih detil visi dan misi calon kandidat terpilih. Dan seperti saat memilih, saya fokus pada kepentingan pribadi saya. Egois amat? Ya, kan, visi-misinya buanyak. Belum dikali tiga pasangan calon. Belum ditambah kalau mencari visi-misi para caleg. Makanya saya lebih mencari spesifik yang bersangkutan dengan saya pribadi saja dulu. Lagipula kalau yang global-global seperti pengentasan kemiskinan, peningkatan layanan kesehatan, memajukan pendidikan, swasembada pangan, ... gitu-gitu kayaknya semua kandidat sama saja. Ya nggak sih? Daaan ... yang saya sebut kepentingan pribadi adalah program-program yang berkaitan dengan diaspora. Dengan W...
Pagi tadi, buka Facebook, diingatkan posting 8 tahun lalu berupa video Butet membaca buku yang ditulisnya sendiri. Digambar, lebih tepatnya. Umurnya baru 4 taun 2 bulan. Belum bisa baca-tulis selain namanya sendiri. Tapi dari rekaman pembacaannya , ada cerita yang cukup terstruktur, meski belum secara bahasa. Terlihat dari judulnya saja dia masih belum bisa menentukan apakah Fée tombé (tapi tidak ada adegan si peri jatuh) atau Fait tomber (tanpa subjek dan objek?), yang memang sama secara pengucapan... Saya sendiri sudah lupa konteks mengapa Butet menyusun buku itu. Saya hanya ingat bahwa sebenarnya ini bukan "buku" pertama yang disusunnya. Tapi ini yang pertama dengan cerita dan tentu yang sempat terekam videonya... Terdengar dia sempat terbatuk di tengah rekaman. Sedang sakit kah?... Melihat suvenir-suvenir seperti ini, membuat saya menyesal kenapa tidak mencatatnya lebih detil... Padahal sebenarnya saya sudah ngeblog sejak taun 2004. Saat itu anak sulung saya baru 3 tau...
Comments
Post a Comment