Lockdown 2.0 - Hari ke Tiga Puluh Sembilan

Pagi ini ada zoom meeting. Ya, pagi. Karenanya, sepulang mengantar Butet sekolah, saya lekas menyelesaikan pekerjaan rumah. Merasa tak sempat walk at home, sayapun mengerjakan beberapa evaluasi MOOC. Lumayan. Sepuluh menit sebelum meeting dimulai, saya sudah di waiting list. Untung saja. Karena ternyata meeting dibatasi untuk 100 orang. Dan bahkan penyelenggaranyapun tidak menyadarinya!... 😅

Saya dapati kartu bus Butet tertinggal di rumah. Sepertinya saat bersiap dan mengecek kartu, dia lupa menyimpannya kembali dalam tasnya. Sempat ragu apakah saya kirim SMS atau tidak. Tapi akhirnya saya urung. Biarkan Butet menyelesaikan permasalahannya sendiri. Lagipula belum tentu dia ada waktu mengecek SMS sampe waktunya pulang sekolah...

Saatnya dia pulang, saya harap-harap cemas juga. Cemas dia panik baru menyadari kalau kartunya tak ada. Namun diiringi tenang karena sempat melihat dia memasukkan dompet ke tasnya. Karena biasanya dia malas bawa dompet. Dan memang tak biasa jajan juga seperti anak sekolahan di Indonesia...

Saya lega juga saat menerima SMS Butet bahwa dia sudah di bus. Berarti dia bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Meski ternyata tidak dengan jalan yang saya harapkan!... Ternyata Butet tidak membawa uang sama sekali di dompetnya!...

1,5 euro yang saya wajibkan bawa untuk cadangan tiket bus dan 2 euro yang saya suruh sisakan siapa tahu ingin jajan minuman atau viennoiserie di perjalanan, dipinjam oleh teman-temannya untuk membayar tiket bus saat mereka lupa membawa kartu!... Memang saya tekankan ke Butet untuk tidak menagih "hutang" yang tidak seberapa itu. Saya suruh dia membayangkan mungkin suatu waktu dalam posisi yang sama, semoga ada yang selalu bisa membantunya seperti yang dilakukannya... Seperti hari ini...

Tak ada rasa rendah diri saat Butet meminta sahabat dekatnya yang berhutang untuk membayari tiket busnya. Memang haknya. Apalagi kondisi memaksa. Dan temannya sedang ada kelonggaran untuk itu...

Sore ini saya lebih tekankan ke Butet untuk menyiapkan perlengkapan sekolahnya dengan teliti. Tak lupa memberinya uang ekstra pengganti tiket busnya tadi. Dengan pesan untuk selalu mengisi ulang dompetnya sekedar untuk satu tiket bus. Siapa tau, kan!?... 😉

Semoga semua lekas kembali aman, nyaman, tanpa kekhawatiran... 🙏


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah