Bersyukur untuk 2021

Tema Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan November ini adalah Pelajaran Hidup Tahun 2021. Lagi-lagi bingung mau menulis apa. Tahun ini, untuk saya, masih sama dengan sebelumnya. Masih serupa dengan tiga tahun belakangan. Masih permasalahan pindah atau tidak pindah yang belum ada kepastiannya juga, dengan segala urusan yang berderet di belakangnya...

Lalu datang Tantangan Mingguan Kelas Literasi Ibu Profesional, yang 22-28 November ini bertema Catatan Syukurku Tahun Ini. Saya langsung tertohok!


Kenapa selama ini jika memikirkan refleksi selalu berkaitan dengan keluhan? Kenapa selalu menghubungkannya dengan masalah? Mengapa tak berpikir tentang syukur?...

Ah, terima kasih tim TTM KLIP yang tak perlu saya sebutkan namanya, yang penanggung jawabnya juga anggota komunitas MGN... 

Masih Punya Tempat Tinggal

Di Prancis, untuk pindah dari rumah kontrakan, kita harus memberitahu pemiliknya paling tidak 3 bulan sebelumnya. Demikian juga untuk mencari rumah baru. Tak bisa pindah serta-merta, hari ini pamit dan besok sudah tak ada. Prosedurnya panjang...

Bersyukur, meski masih belum lunas kreditnya, rumah susun kecil kami adalah milik kami sendiri. Bukan menyewa...

Tak bisa dibayangkan jika kami kontraktor dan sudah memberitahu akan pindah, lalu tak jadi. Jika pemilik rumah sudah mengalokasikannya untuk orang lain, mau tinggal di mana kami? Mencari rumah baru? Dan selama menunggu, kami harus bagaimana?

Atau di lain sisi, jika kami sudah jadi menandatangai penyewaan apartemen di kota baru tahun lalu itu. Lalu kuncitara diberlakukan. Apakah kami harus membayar biaya 2 apartemen selama kami belum bisa pindah rumah?

Dua contoh itu bukan karangan saya belaka. Banyak kasus serupa terjadi sejak terjangkitnya pandemi. Ada yang harus mengeluarkan uang untuk rumah yang tidak ditempati, ada pula yang harus berpindah dari hotel ke hotel karena tak punya status tempat tinggal lagi...

Ya, saya bersyukur masih punya tempat tinggal... 

Masih Ada Penghasilan

Sejak pandemi, suami saya work at home. Praktis sudah satu setengah tahun dia ada di rumah nyaris sepanjang wakatu. Ada positifnya, ada negatifnya. Kalau sudah memikirkan tentang negatifnya, bagian positifnya suka dilupakan. Klasik!...

Yang saya biasa makan asal-asalan, jadi repot masak tiap siang. Yang biasa makan dengan santai pada waktunya, jadi suka tiba-tiba diburu-buru menyiapkan makan karena harus lekas kembali meeting. Atau sebaliknya, sudah ditunggu makan ternyata meeting berkepanjangan!...

Belum lagi jadi tak bisa mengundang teman. Takut mengganggu konsentrasi suami bekerja. Apalagi kalau teman bawa anak kecil. Takut berisik!... Dan teman-teman sendiri pun sungkan datang karenanya...

Kerepotan-kerepotan itu membuat lupa kenikmatan besar bahwa keluarga kami masih memiliki penghasilan. Suami saya masih mempunyai pekerjaan. Statusnya yang dalam masa percobaan karena pergantian pekerjaan tidak terdampak oleh kuncitara yang diberlakukan tepat seminggu sebelum hari pertamanya kerja di kantor baru!...

Sempat khawatir? Tentu saja!... Seperti pindah rumah, pindah kerja juga tak bisa serta merta. Ada 3 bulan masa jeda. Kok ya kuncitara diberlakukan pas di jeda di mana suami sudah tak berstatus pegawai di kantor lama, tapi belum mulai bekerja di perusahaan baru!...

Sesudah berstatus kerja di perusahaan baru pun, belum langsung resmi menjadi pegawai. Ada masa percobaan selama 3 bulan lagi. Dan bisa lebih jika diperlukan!... Praktis kami baru bisa benar-benar tenang saat sudah lewat 6 bulan, kan!?...

Debar-debar kami tak bisa dibandingkan dengan kesedihan mereka yang langsung kehilangan pekerjaan. Atau mereka yang biasa mempekerjakan orang dan terpaksa melakukan pemecatan karena tak mampu lagi menggaji. Atau para pemuda lulusan baru yang tak bisa mendapatkan pekerjaan karena tak adanya peluang kerja...

Ya, saya bersyukur keluarga kami masih memiliki penghasilan..

Nikmat Sehat

Nikmat yang sering dilupakan adalah kesehatan. Baru teringat betapa berharganya nikmat sehat saat kita sakit. Atau saat melihat orang di sekitar kita sakit...

Saat level syukur besar, masih bisa ingat bahwa lebih baik bisa menangani segala kerepotan daripada santai tiduran dan dilayani, diistirahatkan karena sakit. Lebih baik duduk manis membaca buku sendirian tanpa bisa menelepon teman karena takut mengganggu meeting suami. Lebih baik masih bisa panik cepat-cepat bangkit dari istirahat karena jadwal mendadak anak berubah dan dia memutuhkan kita. Lebih baik hectic memasak daripada bahkan tak punya selera untuk tinggal makan saja...

Kesehatan adalah nikmat yang utama. Karena tanpa sehat, bagaimana bisa memikirkan tentang tempat tinggal? Kalau sedang sakit, tak mungkin lancar mencari pekerjaan juga kan!?

Saya sehat. Butet dan suami di rumah sehat. Ucok di perantauan sehat. Bapak, ibu, adik-adik, dan keponakan-keponakan di Solo sehat. Bapak, ibu, adik-adik, dan keponakan di Bandung sehat. Perasaan lebih tenang, meski harus berjauhan, dan masih belum bisa merencanakan untuk bisa kembali bertemu...

Ya, saya bersyukur kami sekeluarga sehat-sehat semua...

Syukur

Man purposes, God disposes. Itu yang tiap akhir tahun saya jadikan pegangan sejak 2019. 2018, bahkan! Ketidakpastian yang mengiringi kami memang sudah berlangsung lama. Dari karena perubahan struktur perusahaan, datangnya pandemi, dan berlanjut ke efek-efek pandemi, semua terjadi di luar kendali kami...

Memang saat level syukur tinggi, rasanya tak ada yang bisa menghalangi. Kepasrahan dan keikhlasan selalu mengiringi. Nikmati perjalanannya saja... 😇

Ah, jadi pengin nyanyi...

Syukuri apa yang ada
Hidup adalah anug'rah
Tetap jalani hidup ini
Melakukan yang terbaik
Tuhan pasti 'kan menunjukkan
Kebesaran dan kuasa-Nya
Bagi hamba-Nya yang sabar
Dan tak kenal putus asa 
(Jangan Menyerah - D'Masiv) 

 

 



Comments

  1. Bersyukur ya Fi.. suka lupa bersyukur padahal hidup kalau dijalaninya sambil ingat yang berat2 aja ya jadi berat. Kita mirip ya.. suamiku juga pindah kerja tahun ini. Berat, tapi bersyukur. Tuhan itu baik...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tu dia. Padahal nikmat-Nya begitu banyaknya. Tapi aku malah suka fokus sama yg ga enak aja... AstaghfiruLlaah...

      Delete
  2. Teh Alfi, salam kenal. Mau mengaku aku silent reader blog Teh Alfi lho, somehow suka dengan catatan harian nya, tapi karena baca di HP ga pernah ninggalin jejak.

    Terimakasih sudah mengingatkan untuk selalu bersyukur ya Teh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal juga. Ma kasih sudah menyimak curcol2 di sini. Dan kali ini ninggalin jejak juga... 😄🤗😘

      Delete
  3. Alhamdulillah. Ikut senang mengetahui semua blessings dan silver lining dari segala hal yang dijalani Mamah Alfi. :)

    Ehehe, btw, lagunya DMasiv yang ini memang meaningful ya, bukan yang bertemakan cinta menye menye. Pantas saja Alfi langsung 'jatih cinta' pertama kali mendengarnya saat sedang di perjalanan pulang kampung.

    ReplyDelete
  4. teh alfi setuju pisan nih ... bersyukur itu penting banget apapun yang terjadi

    salam semangat

    ReplyDelete
  5. Jangan menyerah, jangan menyerah oooooo hehehe jadi keterusan nyanyi wkwk. Makasih teh Alfi remindernyaaa :) Semoga kita bisa jadi hamba-Nya yang selalu bersyukur yaa semoga nikmatnya bertambah banyak aamiin

    ReplyDelete
  6. Makasih Teh tulisannya, ngajakin utk mensyukuri hal2 yg suka diabaikan .. semoga th depan kita jd manusia2 yg lbh pandai bersyukur yaa

    ReplyDelete
  7. perasaan udah pernah komen di sini, kok ga ada ya. Aku juga memegang kata2 manusia berencana Tuhan menentukan dan bersyukur dengan apapun yg boleh terjadi untuk hidup kita. Bersyukur untuk hal sekecil apapun dan efeknya bisa terasa besarrr untuk menjalani hari2 ke depan.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi