Menginstall Telegram di Desktop

Kemarin saya tertidur sesudah makan siang. Saya memasak ikan bakar. Sayangnya, ikannya belum dibersihkan. Jadilah saya harus membersihkan sisiknya dulu. Dengan alat minimalis, banyak sisik yang terlempar ke baju. Sekalian ganti baju, saya pun mandi sebelum makan...

Kenyang dan bersih karena sudah mandi, saya pun sukses tertidur. Apalagi suami sibuk dengan pekerjaannya, dan Butet terdengar asik berdiskusi dengan teman-temannya. Kerja kelompok, tapi via whatsapp saja...

Saya masih sempat membaca. Tak berniat tidur juga. Tapi lalu kantuk datang. Sukses tidur dan baru terbangun karena azan Maghrib. Yang artinya saya tidur hampir 3 jam!

Sepertinya kelelahan menerpa. Memang selama seminggu, ada saja masalah-masalah kecil yang membuat kepala susah beristirahat. Akumulasinya membuat seluruh tubuh saya minta pause begitu ada kesempatan. Realisasinya di tidur siang panjang yang tak terencanakan...

Rasanya saya sudah berusaha cool. Berusaha tak terlalu memikirkan. Lagi-agi memang bawah sadar tak bisa dibohongi, ya!?...

Malamnya saya meminta suami menelepon Ucok. Sudah lama juga. Ucoknya sendiri sering sibuk. Tak bisa menerima telepon karena sedang diskusi online. Di malam hari di akhir pekan sekaligus!...

Minggu lalu, kami sudah membelikan tiket untuk Ucok pulang ke Prancis di masa Natal-Tahun Baru. Ucok dan papanya berdiskusi panjang. Hangout, atau telepon. Weekend-nya, suami tidak merasa perlu menelepon. Mungkin sama seperti saya, suasana hatinya sedang tidak nyaman. Itu adalah weekened sesudah meninggalnya eyang putri...

Tapi saya menyesal! Karena ternyata, Ucok sakit weekend itu. Panas dan batuk hingga tak bisa datang latihan kendo. Olah raga yang memang sudah diinginkannya sejak lama, namun malah baru bisa didapatkannya sesudah merantau...

Semalam, dia bilang sudah enakan. Sudah kembali ke kampus untuk kuliah. Sudah kembali ikut latihan kendo. Namun suaranya masih agak serak. Dan rasanya, saya ingin terbang ke sana memeluknya...

Hari ini, saya merasa lelah. Pagi tadi saya mengantar Butet sekolah naik bus. Salah satu ban mobil saya kempes. Sepertinya bocor. Saya tak tahu bagaimana mengganti ban. Dan saya belum menemukan solusinya sampai sekarang. Dan saya tak mau terlalu memikirkannya. Butet sudah besar, dan masih ada bus. Tapi mungkin ini akan jadi tulisan lain nanti belakangan...

Saya antar Butet sampai pusat kota. Karena ternyata, sahabatnya ada di bus yang sama. Kami tak melihatnya. Kalaupun melihat, saya sudah termanjur naik (dan membayar) tiket busnya juga...

Tadinya rencananya saya mengantar naik bus dan pulang berjalan kaki. Namun karena rasa lelah menerpa, saya memilih naik bus lagi. Kebetulan ada bus ke arah rumah yang menunggu. Apalagi, hari ini ada zoom KBK. Zoom terakhir untuk tahun 2021 ini. Dijadwalkan pada jam yang sama menurut WIB, tapi jadi maju satu jam menurut CET!...

Semua sudah maklum kalau saya bakal terlambat. Tapi ternyata saya tidak terlambat. Masih ada banyak waktu sebelum presentasi pertama dimulai. Dan saya mengikuti sampai akhir. Kali ini hampir 4 jam!!!

Sebenarnya pembicaraan tentang buku "hanya" 3 jam. Tapi kami banyak ngobrol. Termasuk meyakinkan seorang teman yang ingin keluar dari KLIP untuk tetap bertahan. Dan mungkin kami ingin memperpanjang saat kumpul-kumpul, meski hanya online, yang baru akan bisa diulang bulan Februari tahun depan...

Sesudah zoom berakhir, saya melanjutkan dengan install Telegram di desktop. Kebetulan suami sudah kembali berangkat kerja ke kliennya selama 4 hari ke depan. Tak perlu buru-buru menyiapkan makan siang. Bukannya saya belum lapar, tapi penasaran...

Tim Ketua Kelas KLIP berencana mengadakan rapat besok di Telegram. Ada usulan juga untuk memindahkan wag ke grup telegram. Dan hanya saya, di antara tim ketua kelas yang belum memilikinya...

Ternyata menginstal telegram di desktop sama rumitnya dengan menggunakan whatsapp web! Bahkan lebih rumit! 

Pertama harus mendownload dan menginstall telegram di desktop. Untuk mengaktifkannya, tak bisa hanya meminta kode melalui SMS, tapi harus tetap menginstall telegram di android, smartphone atau tablet! Padahal, pada akhirnya nanti kode pengaktifannya tetap dikirimkan ke SMS!

Bingung? Tak apa... Memang harus mencoba untuk bisa benar-benar mengerti...

Satu kelebihan telegram dari whatsapp adalah versi desktop yang bisa mandiri. Tak perlu ada smartphone atau tablet yang aktif. Sudah saya buktikan dengan menghapus aplikasi telegram dari tablet saya!...

Memang saya menginstall messenger berdasar kebutuhan. Berdasar permintaan. Tapi terbatas pada kapasitas juga...

Dulu whatsapp karena permintaan keluarga dan teman-teman. Smartphone masih baru. Masih kosong. Kali ini telegram karena permintaan tim ketua kelas KLIP. Smartphone sudah tak mampu. Untung saja bisa di desktop...

Bagaimana penggunaannya ke depannya?... Kita lihat saja... 😉


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi