Berurusan dengan Polisi
Rabu seminggu yang lalu, untuk pertama kalinya saya ke Commisariat, ke kantor polisi! Bukan untuk masalah gawat kok. Tenang... Meski tetap saja saya deg-degan ke sana...
Kecelakaan di Depan Boucherie
Ceritanya dimulai Kamis, tiga minggu yang lalu. Saya ke toko daging setelah mengantar Butet sekolah. Sengaja memanfaatkan jam sekolahnya yang agak lambat. Jam 10. Kalau jam mulai sekolah biasa yang jam 8, toko daging belum buka...
Karena mendapat tempat parkir yang nyaman, saya sempatkan sekalian belanja bahan-bahan makanan Asia di Philipine Store yang berada di sekitaran. Saya manfaatkan parkir setengah jam gratis, laku baru membayar sebelum lanjut ke boucherie...
Belanja cepat saja. Kebetulan tak banyak pembeli juga...
Selesai belanja, saya masukkan tas ke bagasi. Buka kaca spion yang tadinya saya lipat--ya, spion saya tidak otomatis--lalu masuk mobil. Lepas masker, memakai desinfektan untuk tangan, bersiap pergi...
Saya sempat melihat truk besar yang datang dari belakang. Tapi tetap saja saya terkaget saat terdengar brakkk! dan terbengong tak langsung menyadari apa yang terjadi...
Sepertinya justru teriakan orang-orang di luar yang membuat saya terjaga. Melihat posisi spion kiri yang terlipat ke luar tidak normal. Segera saya keluar. Melihat bahwa cermin spionx tidak pada tempatnya!
Refleks saya teriak ke arah truk besar yang melaju cepat dan berbelok di ujung jalan. Tapi saya tak terpikir mengejarnya, seperti yang diteriakkan orang-orang. Malah mungkin berpikir buat apa?...
Saya lihat cermin spion tergeletak di jalan. Dua meter dari mobil saya. Relatif utuh. Hanya retak sedikit di salah satu pojoknya...
Melihat saya tak bergerak mengejar truk penabrak, seorang pemuda mendatangi saya, mencoba menempelkan cermin ke rangka spion. Lalu dia menyarankan saya untuk melapor ke polisi yang memang sempat saya lihat patroli di ujung jalan...
Uniknya, pada saat itu ada mobil datang. Dia hendak parkir di tempat saya. Saat saya bilang ada kecelakaan, dia menyuruh saya parkir di trotoar!... Kalau ada laser di mata saya, mobilnya pasti sudah terbelah dua!...
Seorang teman yang mendengar cerita marah-marah. Kenapa nggak kamu sumpahin dia?...
Rasanya saya sudah cukup gemetar untuk marah-marah lagi. Saya harus pulang. Menyetir. Dengan spion yang entah apakah bisa bertahan sampai rumah. Kalau saya makin emosi, bisa berbahaya untuk diri saya sendiri...
Polisi di ujung jalan mengenal truk yang menabrak spion saya. Truk itu sudah sempat membuat masalah sebelumnya. Entah apa... Tapi polisi tak bisa membantu saya. Hanya menyarankan untuk porte plainte, melaporkan, menuntut secara online...
Saya pun pulang dengan masih gemetar dan hati tak tenang, takut tiba-tiba spion jatuh di jalan...
Pré porte plainte en ligne
AlhamduliLlaah saya sampai di rumah dengan lancar, selamat...
Sepanjang perjalanan saya berpikir. Apakah ada gunanya porte plainte? Berpositif thinking bahwa kerusakan tak parah, apakah saya tak membuat si sopir truk jadi bermasalah ke depannya?...
Kalau dipikir-pikir, ngapain saya malah mengkhawatirkan orang lain yang jelas-jelas salah itu kan!? Tapi mungkin ini juga karena pada dasarnya saya malas sekali mempermasalahkan. Tak mau berpanjang lebar untuk persoalan yang masih saya harap ringan saja...
Sampai rumah, saya meminta suami saya yang sedang dinas luar untuk menelepon. Saya ceritakan semuanya. Dan dia menyarankan saya untuk segera porte plainte. Dan saya memang harus melakukan dalam 2 hari sejak kejadian, jika ingin mencoba mendapatkan perbaikan dengan asuransi...
Ternyata proses porte plainte online itu panjang. Banyak sekali detil isiannya. Tak cuma informasi diri dan mobil, tapi juga harus menuliskan rinci kejadian. Ada berlembar- eh, berhalaman-halaman yang haris diisi. Lama juga. Saya baru selesai lewat jam makan siang. Untung saja saya sendiri, tak ada yang menunggu untuk disiapkan makanannya...
Di akhir isian formulir, diberikan informasi bahwa nantinya akan ada petugas kepolisian yang akan mengontak untuk membuat janji temu penandatanganan laporan online ini. Ya, itu hanya pre-porte plainte, pra laporan. Belum porte plainte yang sebenarnya. Harus ada pertemuan antara pelapor dan polisi, dan harus ada tanda tangan keduanya di atas kertas...
Cerita belum selesai
Selesai mengisi formulir tadi, saya mencari informasi mengenai perbaikan kaca spion. Wah, memang bisa mahal juga. Bisa sampai 500 euros! Tapi saya optimis tidak semahal itu. Karena rangkanya masih utuh. Mungkin "hanya" harus mengecek koneksi kabel-kabel kontrol dan listriknya "saja"...
Lalu saya juga mengecek mengenai asuransi. Sepertinya kasus saya tidak menyenangkan. Karena termasuk tabrak lari. Kalau penabrak mengaku, biaya perbaikan akan dibebankan kepada asuransi si penabrak. Kalau tak ada penabrak? Asuransi korban suka menolak kasus ini. Atau membuat kita harus membayar ekstra premi ke depannya...
Sepertinya memang tak banyak gunanya saya porte plainte. Tapi paling tidak jika saya harus menggunakan mobil dan diperiksa dan ada ditemukan masalah spion, saya bisa menunjukkan kalau itu bukan salah saya...
Comments
Post a Comment