Indomie Seleraku

Hari ini Butet naik bus sendiri. Setelah dua hari saya temani naik bus dan ternyata sahabatnya ada di bus yang sama, Butet memberanikan diri berangkat tanpa saya temani...

Saat dia sudah masuk tapi bus belum jalan, saya melihat-lihat ke bagian belakang. Mencoba mencari sahabatnya. Sempat girang karena ada kepala berambut pirang yang menempel di kaca jendela bus. Memang sahabat Butet mudah tertidur saat berkendara. Tapi ternyata bukan...

Tapi ternyata lagi, memang sahabat Butet ada di bus itu. Hanya saja, dia berada di sisi lain. Dan dia tidak tidur. Malah sedang mengerjakan tugas, cerita Butet kemudian... 

Yah syukurlah. Paling tidak Butet ke sekolah tak sendirian. Meskipun biasanya ada banyak teman jalan bareng dari terminal ke sekolah juga, tapi pasti tetap beda jika ada sahabatnya...

Memang Butet masih harus bersabar. Sepertinya minggu ini harus naik bus setiap hari. Saya masih belum juga menemukan solusi cepat untuk ban mobil yang bocor. Belum menemukan servis yang melayani penggantian ban mobil dengan ban cadangan. Kalau dengan membeli ban baru sih ada. Tapi apa saya mau membeli ban baru? Dan apakah bisa cepat juga? Bisa jadi lebih lama jika stok tidak tersedia...

Kemarin saya sempat menelepon seorang sahabat. Namun dia tak punya info servis penggantian ban yang bisa datang ke rumah juga. Dia menawarkan untuk dibantu suaminya. Namun karena suaminya kerja, ya baru bisa weekend...

Memang saya pikir, meminta teman datang itu adalah solusi terakhir. Karena bisa jadi kejadian lagi suatu saat dan saya perlu solusi cepat, kan!? 

Saat ini hanya perlu ke sekolah dan kursus piano saja. Masih bisa naik bus. Atau bahkan jalan kaki. Cuaca masih relatif bagus. Perbaikan masih bisa ditunda. Masih belum darurat perlu mobil. Dan tentu saja, berharap tak akan pernah mengalami darurat ya!?...

Sebenarnya mengantar Butet sampai kota juga jadi alasan buat memaksa saya jalan kaki. Tapi dari dua hari kemarin, hanya Selasa yang saya pulang jalan kaki. Seninnya saya naik bus. Sepertinya niatnya kurang kuat... 

Kalau Butet tak minta saya mengantar naik bus juga karena hari ini kami berencana jalan-jalan di kota. Mungkin dia berpikir toh nanti saya akan jalan juga. Padahal saya berniat naik bus!...

Butet ingin mencari buku gambar. Buku gambar yang kecil, yang bisa dibawa ke mana-mana untuk membuat sketsa, katanya. Buku gambarnya sudah habis. Buku-buku gambarnya cepat sekali habis. Tapi tak apa. Saya senang-senang saja membelikannya buku gambar...

Kami berjanji temu di Mairie Annexe. Sengaja saya tentukan di sana. Biar saya bisa ikut pengajian sampai akhir. Tak buru-buru karena harus mengejar bus...

Seperti biasa kami ke Fnac, jaringan toko buku terbesar di Prancis. Sebenarnya kami ingin mendukung toko-toko kecil. Tapi bukan karena Fnac lebih besar dan lebih bermacam-macam barangnya, kami merasa lebih bebas window shopping di toko besar. Tak terlalu merasa bersalah berlama-lama dan tak belanja apa-apa...

Seperti tadi. Butet tak menemukan buku gambar yang diinginkannya. Kali berlama-lama di bagian tentang teknik melukis. Duduk di lantai membuka-buka buku. Tak ada orang lain di sana. Hanya ada 1-2 orang yang lewat untuk menuju bagian wisata yang memang terletak di sebelahnya...

Tapi saya tak membelikan Butet buku tentang melukis. Baru saja kami belikan dia buku tentang teori melukis. Beli bekas dari Inggris. Karena tak ada yang menjualnya di Prancis. Butet harus bersabar sebelum membeli buku berikutnya...

Saya sendiri menyempatkan membeli buku 13 a table 2022. Buku berisi umpulan cerpen oleh penulis-penulis terkenal Prancis yang diterbitkan tiap tahunnya, yang keuntungannya disumbangkan ke asosiasi Resto du Coeur...

Mungkin kapan-kapan saya cerita lagi tentang ini. Tapi bukunya sendiri murah, hanya 5 euro saja. Itupun masih dapat diskon 5% karena saya pelanggan Fnac...

Dari Fnac, Butet minta mampir ke Pull & Bear. Tak ada diskonan black friday di sana. Tapi Butet perlu tshirt untuk olah raga. Sekalian untuk persiapan kostum karnaval. Tshirt hitam saja. Mau jadi ninja, katanya!...

Saya ajak Butet mampir ke Philipine Store. Kami membeli Indomie goreng di toko bahan makanan Asia itu. Lumayan untuk makan siang. Apalagi masih ada sisa ayam kemarin...

Hanya perlu mendidihkan air sambil memanaskan ayam. Diiringi deru angin yang mulai mengencang saat kami sampai di rumah, karena memang diramalkan cuaca memburuk tengah malam ini. Lima menit saja, sudah siap menyantap mi instant terenak di dunia itu... 😋

 

Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi