Kupilih Jalan Terindah Hidupku - Ernawati Nandhifa

Untuk menutup setoran KLIP tahun ini, saya ingin mengulas buku lagi. Buku ke empat yang saya ulas dalam seminggu ini. Semangat amat? Yak! Demi mengejar badge "so many books, so little time". Biar ngga cuma badge "read more books!" terus. Apalagi karena badge setoran bulanan saya di sesi tiga ini sewarna. Hijau semua. Alias "good" saja! 

Mengejar badge emas oustanding buat skripsi? Hmmm... Saat saya menulis ini, draft skripsi sudah memenuhi syarat minimal 19 ribu kata lho! Cieee... Bikin panik KLIPers yang baca nggak sih? "Tinggal" edit-edit, bikin judul, daftar isi, ... Heu, masih banyak yang harus dikerjakan sih ya!?... Hahaha... Ga jadi bikin panik dah!...

Tapi ada event di bulan Desember yang tak ingin saya lewatkan untuk tidak dicatatkan dalam skripsi. Yang artinya, saya berpikir menunggu hari terakhir setor. Ya, jadi alasan menunda! Hehehehe... Kita lihat saja nanti lah...


Kali ini, saya memilih mengulas buku Kupilih Jalan Terindah Hidupku yang baru saja selesai saya baca di iPusnas. Novel ini ditulis oleh ketua kelas kami, mbak Ernawati Nandhifa... Siapa tau dapet bonus badge ekstra dari beliau?... 🤔Hihihihi... 😜

Dari Wanita Karier ke Ibu Rumah Tangga

Menceritakan tentang perjalanan Mia, seorang manajer dengan masa depan karier yang menjanjikan, yang memutuskan untuk berhenti bekerja dan menjadi ibu rumah tangga...

Mengurus dua anak balita sekaligus menangani pekerjaan rumah, tak semudah yang dibayangkannya. Apalagi saat asisten tak ada. Bersengketa dengan ibunda, pula! Belum lagi persoalan kondisi ekonomi yang tentu berbeda dengan saat dia bekerja...

Perasaan tak mampu mendera. Apalagi saat ada tawaran untuk kembali bekerja...

Perlahan tapi pasti, Mia menemukan jalannya. Sebagai ibu rumah tangga pun, Mia bisa menerapkan ilmu dari kuliah dan pengalaman kerjanya...

Buku Ringan yang Berisi

Saya sempat bilang ke mbak Erna dan teman-teman KLIP di zoom KBK November kemarin : saya ini pembaca yang snob. Pembaca yang angkuh. Saya memilih-milih bacaan saya. Makanya saya jarang beli buku? Heu... Ada unsur itu juga sih, pastinya...

Yang jelas, sudah berapa buku yang saya terlantarkan di iPusnas karena tidak sesuai dengan selera saya...

Selera saya ini berkaitan dengan alur cerita, ataupun gaya penulisan. Beberapa buku saya lupakan karena ceritanya yang berlebihan. Atau cerita yang tidak sesuai fakta. Melebih-lebihkan, atau kurang riset, jadi tidak tepat...

Ada juga yang gaya penulisannya sungguh mengesalkan. Entah tata bahasa atau penyusunan kalimatnya sendiri yang menurut saya janggal...

Yah, saya bukan kritikus sastra. Tak tahu bagaimana mengungkapkannya. Hanya bisa merasa saja... 

Buku sastra? Tentu saja. Pilihan saya memang sering kali jatuh pada buku-buku yang meraih penghargaan sastra. Tapi saya kan pengin juga baca buku yang ringan. Buku yang santai. Tapi tetap berisi enak dibaca. Dan buku mbak Erna ini memenuhi syarat buat kriteria saya!...


Penulisannya enak, seperti sedang mengobrol dengan teman saja. Isinya yang meski santai cukup berbobot. Mungkin karena tema cerita berkaitan dengan saya pribadi, saya jadi merasa dekat. Meski jelas, kalau sekarang saya bisa menertawakan Mia, saya juga bisa memahami posisinya karena pernah berada di sana...

Antara Novel dan Buku Parenting 

Buku yang saya baca di iPusnas ini bukannya sempurna di mata saya. Saya melihat beberapa kekurang telitian dan ketidak konsistenan di sana. Misalnya saja Mia dan Rendy yang di awal cerita saling memanggil dengan "kamu" dan "mas", tiba-tiba di akhir cerita menjadi "ibu" dan "ayah". Atau perubahan sudut pandang dalam epilog yang menjadi dari arah Riska...

Bab terakhir buku ini bernada terlalu serius dengan teori-teori parentingnya yang padat. Memang bab ini diberi judul Rumus Mengurus Rumah Tangga. Tapi rasanya kurang seimbang dibanding bab-bab lainnya, yang bukannya tanpa diselipi teori juga...

Penulis sendiri mendefinisikan bukunya sebagai faksi. Memang profesinya sebagai psikolog klinis bisa kita andalkan untuk membuat tulisan tentang parenting. Dan penyajian dalam bentuk novel saya rasa akan lebih menarik pembaca yang tak suka diberi sajian teori. Seperti saya sendiri, misalnya, yang tak suka membaca buku non fiksi...

Novel ini mungkin tidak akan disukai mereka yang mengharuskan kesetaraan pria dan wanita secara mutlak. Suami dan istri sebagai partner sejajar. Dalam buku ini, penulis menempatkan suami sebagai general manager dan istri "hanya" sebagai manajer "saja"...

Lepas dari persoalan ketidaksejajaran yang tidak dibahas secara mendalam itu, buku ini saya sarankan untuk dibaca siapa saja. Tak cuma ibu rumah tangga, tapi juga calon ibu rumah tangga, ayah dan calon ayah, juga para nenek-kakek, untuk bisa sedikit-banyak memahami bahwa menjadi ibu rumah tangga adalah alternatif pilihan karier perempuan yang banyak tantangannya, namun juga banyak peluang pengembangannya!... 🤗


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi