Pasca Lockdown, Hari Ke Tiga Puluh Satu

Hari ke dua kembali ke sekolah…


Sejak weekend lalu, Butet sudah sempat bilang kalau dia suka sarapan nasi, asal ditemani sop ayam ala Indonesia. Saya bilang gampang, sebenarnya kalau memang dia mau. Tapi obrolan berlalu… Senin sore papanya keluar belanja. Saya tanya Butet mau dibeliin apa untuk sarapan. Dia minta sop ayam! Ternyata dia benar-benar menginginkannya!...


Sayangnya waktu itu  sudah terlalu sore. Ayam masih di freezer. Saya sudah mulai memasak makan malam. Tak ada waktu untuk memasak sop lagi dan saya tak mau menjanjikan memasak subuh-subuh… Saat itu Butet bilang "aku suka sop ayam karena mama selalu masak itu buatku kalau aku sedang tidak enak badan" 😍


Saya jadi merasa bersalah. Sedang tidak nyamankah dia sehingga menginginkan comfort food-nya? Tapi asal tahu saja. Tidak hanya saat Butet sakit, saya memasak sop ayam. Ada suatu masa di mana Butet HANYA mau makan sop ayam. Setiap hari saya masak ekstra sop ayam hanya untuknya di samping hidangan lainnya… 😅


Bagaimanapun juga, kemarin saya sudah siap. Saya masak sop yang sebenarnya sangat mudah. Asal ayamnya siap. Jadilah pagi ini Butet sarapan pagi ala Indonesia. Meski saya lupa menambahkan makaroni yang entah masih ada stok di lemari atau tidak… 😁


Kami sampai di sekolah pukul 8.40. Terasa lebih sepi dari hari-hari normal. Terlihat directeur de collège (kepala SMP) memantau di depan gerbang. Setiap yang masuk harus menunjukkan kartu pelajarnya. Seperti saat normal saja. Sudah melonggar dibanding hari-hari awal yang kabarnya setiap anak ditanya nama dan kelasnya, dan dicocokkan dahulu dengan daftar yang ada di sekolah sebelum diijinkan masuk…


Saat saya menjemput jam 12 siang tadi, banyak cerita dan informasi baru dari Butet tentang kembali sekolah pasca lockdown ini. Ternyata, di dalam satu sekolah pun,  tidak semua digilir 1 minggu di kelas, satu minggu jarak jauh. Hari ini Butet bertemu dengan sahabatnya yang berbeda kelas. Ternyata dia masuk setiap hari. Hanya memang kemarin adalah hari kosong untuknya. Seperti kosongnya Senin bagi Butet…


Memang dari pemberitahuan sekolah, kelas akan dibagi jika yang menyatakan masuk lebih dari 15 anak. Di gelombang ke dua kembali ke sekolah, kelas sahabat Butet tetap kurang dari 15 siswa. Karenanya mereka tidak perlu digilir. Uniknya, lagi-lagi tidak semua kelas selesai saat istirahat makan siang. Selain Rabu yang memang hanya setengah hari, kelas sahabat Butet selalu selesai pukul 15.20 seperti biasa…


Dari sini bisa dibayangkan rumitnya pengaturan untuk kembali ke sekolah. Padahal sistem pembelajaran daring di sekolah Butet sudah bagus. Di sini saya jadi tidak melihat esensi pemerataan pendidikan ataupun masalah menghidupkan kembali perekonomian dalam pembukaan sekolah. Kalau sekolah digilir 1 dari 2 minggu, saya lihat "hanya" untuk memberikan waktu keluar bagi anak-anak "saja". Membiarkan mereka ganti suasana, bertemu dengan guru dan teman-temannya, keluar dari lingkup rumah dan meja belajar plus komputer saja…


Sampai hari ini Butet selalu semangat dan senang sekolah. Meski terlihat lelah dan sempat tidur lagi, siang tadi 😅 Dan meski kami belum berani memberi tumpangan pulang pada sahabatnya yang rumahnya sejalur dengan perjalanan kami...


Semoga semua tetap bersabar, selalu lancar, aman, terkendali, dan kehidupan segera kembali nyaman tanpa kekhawatiran… 🙏


Comments

Popular posts from this blog

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi

Pindah or not Pindah