Perjalanan Liburan Akhir Tahun 2022 si Ucok

Kemarin si Ucok berangkat kembali merantau. Setelah dua minggu liburan di rumah. Di kampung halamannya. Setelah setahun kami tak bertemu!...

Harusnya, kami ketemu musim panas kemarin. Sama-sama jalan-jalan ke Indonesia. Tapi Covid menghalangi. Dan tak ada kesempatan bertemu sampai libur Natal dan Tahun Baru ini...

Perjalanan Panjang

Perjalanan mudiknya panjang. Saat berangkat harus menginap di airport segala. Karena jadwal pesawat dari Swedia tidak banyak saat musim dingin begini. Masih untung ada yang langsung Nice-Stockholm. Tak perlu transit ke negara lain lagi seperti yang sudah pernah dilakukannya...

Saat datang 20 Desember kemarin, dia sudah berangkat sehari sebelumnya. Karena pesawat untuk ke Nice berangkat jam 8 pagi. Jadi dia naik feri jam 4 sore, sampai di airport sudah malam, setelah naik bus 1 jam dan dilanjutkan kereta 20 menit, dan menginap di sana...

Sampai Nice jam 10an pagi, dia naik bus sendiri sampai rumah. Tidak dijemput. Saya masih belum berani kembali nyetir jauh tanpa pendamping. Lagipula siang-siang dan halte bus airport hanya 400 meter saja dari rumah...

Pesawat pulangnya kemarin jam 10.40. Pesawat yang sama dengan yang datang, jalur sebaliknya. Ucok sudah memesan tiket untuk feri jam 8 malam. Kenapa semalam itu? Karena hanya ada itu!...

Tak cuma pesawat; feri untuk menyeberang ke Gotland-pun lebih jarang di musim dingin. Jadwal feri sebelum yang dipesan itu jam 2 siang. Jelas tak akan terkejar. Tapi katanya nggak terlalu ngefek juga, toh matahari sudah terbenam dari jam 3. Sudah sama gelapnya! Begitu kata si Ucok...

Tetap saja saya cemas. Makin malam pasti makin dingin juga, kan!?

Stockholm jam 3 sore, eh, malam!

Perubahan Agenda

Kemarin, sesampai di bandara Stockholm dia mengirim pesan: ferinya diundur ke jam 10.45 malam. Dijadwalkan sampai Visby jam 1.45 dini hari! Jam 2 pagi, saudara-sudara!...

Deg!

Langsung saya cecar berbagai pertanyaan. Bisa ambil kapal lebih cepat nggak? Kenapa kok mundur? Bisa nginep di kapal, mungkin, sesampai Visby?

Saya juga menanyakan kemungkinan mengambil kapal pagi ini. Menginap dulu di rumah pamannya di Uppsala. Dadakan, emang. Tapi mustinya tak masalah kalau cuma sekedar numpang tidur saja...

Namun dia memilih tetap berangkat. Tetap sesuai rencana. Dengan lebih santai, tentunya...

Dia makan siang santai di airport, lalu jalan santai ke kota. Tak perlu buru-buru kejar bus ke pelabuhan, karena toh feri baru berangkat saat sudah larut malam...

Saya tekankan padanya untuk mengirimkan pesan saat sudah naik feri, tiba di Visby, dan tiba di rumah. Saya bilang tetap kirim pesan kalaupun tidak saya balas. Sudah jam tidur, kan, itu, sebenarnya? Biar saya tak perlu meneleponnya pagi-pagi .. dan giliran dia nyenyak tidur...

Saya masih sempat menerima pesannya saat Ucok mengabarkan naik feri. Rupanya angin kencang. Laut berombak tinggi. Terasa goyangannya di feri super besar yang pernah saya tumpangi yang di laut musim panas sangat stabil itu. Ternyata itu yang dimaksud alasan cuaca saat jadwal feri dimundurkan!...

Cemas, tentu saja! Namun perjalanan 4 jam kan lama juga. Saya sendiri lelah. Dan saya minta Ucok untuk tidur saja. Istirahat. Karena perjalanannya masih panjang...

Dari pelabuhan, dia harus berjalan kaki ke tempat tinggalnya. Dua km nanjak. Musim dingin dengan jalanan yang licin karena beku. Apalagi dia sudah sempat jatuh saat perjalanan pergi. AlhamduliLlaah tak apa-apa dan hanya meninggalkan goresan luka kecil di tangan saja...

Pesan yang Melegakan

Saat terbangun jam 5, saya langsung meraih ponsel. Ada dua pesan dari Ucok; saat tiba di pelabuhan, dan tiba di rumahnya. Pesan tertanda 2.35 pagi! Masya Allah...

Kebetulan Jumat pagi saya ada meeting online. Sengaja saya menunggu meeting usai untuk mengirim pesan pada Ucok. Menanyakan apakah semua lancar-lancar saja. Tak dijawab. Pasti masih tidur. Biarkan...

Saya kirim pesan lagi sesudah makan siang. Kali ini dijawab. Lega...

Ya, memang cukup sekedar berkabar saja sudah melegakan saat berjauhan. Dan Ucok paham akan kecemasan saya itu. Makanya menurut untuk mengirim pesan malam-malam meski tak langsung ada jawaban...

Semua lancar dan baik-baik saja, katanya. Kami belum berbincang panjang. Saya biarkan dia makan siang dan kembali beristirahat. AlhamduliLlaah ada akhir pekan untuk menata hati dan diri. Bersiap untuk kembali beraktivitas Senin nanti...

Sampai Musim Panas

BismiLlaah...

BarakaLlaah...

Yakin, perjuangannya untuk menuntut ilmu ada catatannya. Semoga semua selalu sehat, mudah, lancar sampai tujuan, kami bisa berkumpul kembali musim panas nanti dengan perjalanan yang lebih nyaman. Insya Allah. Aamiin...


Comments

Popular posts from this blog

Berbagai Hidangan Kambing Khas Solo

Memimpikan Bandung Tanpa Macet

Televisi